Abdurrahman Wahid: Perbedaan antara revisi

[revisi tidak terperiksa][revisi terperiksa]
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Okkisafire (bicara | kontrib)
wong duso gede
Baris 1:
{{lindungidarianon2|small=yes}}
{{Infobox_President
|honorific-prefix = <small>[[Dr.(H.C.)]] [[KatakKiai|K.]] [[Haji (gelar)|H.]]</small>
|name = {{PAGENAME}}
|image = President Abdurrahman Wahid - Indonesia.jpg
Baris 9:
|state = <!--- mohon jangan sunting bagian ini, sudah sesuai kaidah bahasa Indonesia --->
|term_start = [[20 Oktober]] [[1999]]
|term_end = [[23 Juli]] [[2001]] ({{age|1999|10|21|2001|7|23}} tahun)
|vicepresident = [[Megawati Soekarnoputri]]
|predecessor = [[Bacharuddin Jusuf Habibie]]
Baris 23:
|profession =
|religion = [[Islam]]
|signature = SignSignature of Abdurrahman Wahid new.pngsvg
|website = {{URL|http://www.gusdur.net}}
}}
 
[[Dr.(H.C.)]] [[KatakKiai|K.]] [[Haji (gelar)|H.]] '''Abdurrahman Wahid''' atau yang akrab disapa '''Katak Gus Dur''' ({{lahirmati|[[Kabupaten Jombang|Jombang]], [[Jawa Timur]]|7|9|1940|[[Jakarta]]|30|12|2009}})<ref>{{cite news
|title = Gus Dur Wafat|newspaper = Kompas|date = 30 Desember 2009|url =http://nasional.kompas.com/read/xml/2009/12/30/19073028/Gus.Dur.Wafat|accessdate = 30 Desember 2009
}}</ref> adalah tokoh [[Muslim]] [[Indonesia]] dan pemimpin politik yang menjadi [[Presiden Indonesia]] yang keempat dari tahun 1999 hingga 2001. Ia menggantikan Presiden [[B.J. Habibie]] setelah dipilih oleh [[Majelis Permusyawaratan Rakyat]] hasil [[Pemilihan umum legislatif Indonesia 1999|Pemilu 1999]]. Penyelenggaraan pemerintahannya dibantu oleh [[Kabinet (pemerintahan)|Kabinet]] [[Persatuan Nasional]]. Masa kepresidenan Abdurrahman Wahid dimulai pada [[20 Oktober]] [[1999]] dan berakhir pada Sidang Istimewa [[MPR]] pada tahun 2001. Tepat [[23 Juli]] [[2001]], kepemimpinannya digantikan oleh [[Megawati Soekarnoputri]] setelah mandatnya dicabut oleh MPR. Abdurrahman Wahid adalah mantan ketua ''Tanfidziyah'' (badan eksekutif) [[Nahdlatul Ulama]] dan pendiri [[Partai Kebangkitan Bangsa]] (PKB).
Baris 36:
Abdurrahman Wahid lahir pada hari ke-4 dan bulan ke-8 [[kalender Islam]] tahun 1940 di Denanyar [[Jombang]], [[Jawa Timur]] dari pasangan [[Wahid Hasyim]] dan Solichah. Terdapat kepercayaan bahwa ia lahir tanggal 4 Agustus, namun kalender yang digunakan untuk menandai hari kelahirannya adalah kalender Islam yang berarti ia lahir pada 4 Sya'ban 1359 [[Hijriah]], sama dengan [[7 September]] 1940.
 
Ia lahir dengan nama '''Abdurrahman Addakhil'''. "Addakhil" berarti "Sang Penakluk".<ref name="latar gus">[http://gusdur.net/indonesia/index.php?option=com_content&task=view&id=21&Itemid=63 Latar belakang keluarga Gus Dur], GusDur.net</ref> Kata "Addakhil" tidak cukup dikenal dan diganti nama "Wahid", dan kemudian lebih dikenal dengan panggilan '''Katak Gus Dur'''. "Gus" adalah panggilan kehormatan khas pesantren kepada seorang anak kiai yang berati "''abang''" atau "''mas''".<ref name="latar gus"/> Katak sebab rupanya macam katak.
 
Gus Dur adalah putra pertama dari enam bersaudara. Wahid lahir dalam keluarga yang sangat terhormat dalam komunitas Muslim Jawa Timur. Kakek dari ayahnya adalah [[K.H. Hasyim Asyari]], pendiri [[Nahdlatul Ulama]] (NU), sementara kakek dari pihak ibu, [[K.H. Bisri Syansuri]], adalah pengajar pesantren pertama yang mengajarkan kelas pada perempuan.<ref>Barton (2002), halaman 38-40.</ref> Ayah Gus Dur, [[K.H. Wahid Hasyim]], terlibat dalam Gerakan Nasionalis dan menjadi [[Daftar Menteri Agama Republik Indonesia|Menteri Agama]] tahun 1949. Ibunya, Ny. Hj. Sholehah, adalah putri pendiri [[Pondok Pesantren]] Denanyar Jombang. Saudaranya adalah [[Salahuddin Wahid]] dan [[Lily Wahid]]. Ia menikah dengan [[Sinta Nuriyah]] dan dikaruniai empat putri: Alisa, [[Yenny Wahid|Yenny]], Anita, dan Inayah.
Baris 99:
 
== Awal karier ==
Gus Dur kembali ke Jakarta mengharapkan bahwa ia akan pergi ke luar negeri lagi untuk belajar di Universitas McGill Kanada. Ia membuat dirinya sibuk dengan bergabung ke Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial ([[LP3ES]]) organisasi yg terdiri dari kaum intelektual muslim progresif dan sosial demokrat. LP3ES mendirikan majalah yang''[[Prisma disebut "(majalah)|Prisma"]]'' dan Gusdur menjadi salah satu kontributor utama majalah tersebut. Selain bekerja sebagai kontributor LP3ES,Gusdur juga berkeliling pesantren dan madrasah di seluruh Jawa. Pada saat itu,pesantren berusaha keras mendapatkan pendanaan dari pemerintah dengan cara mengadopsi kurikulum pemerintah. Gusdur merasa prihatin dengan kondisi itu karena nilai-nilai tradisional pesantren semakin luntur akibat perubahan ini. Gusdur juga prihatin dengan kemiskinan pesantren yang ia lihat. Pada waktu yang sama ketika mereka membujuk pesantren mengadopsi kurikulum pemerintah, pemerintah juga membujuk pesantren sebagai agen perubahan dan membantu pemerintah dalam perkembangan ekonomi Indonesia. Gusdur memilih batal belajar luar negeri dan lebih memilih mengembangkan pesantren.
 
Abdurrahman Wahid meneruskan kariernya sebagai jurnalis,menulis untuk majalah dan surat kabar Artikelnya diterima dengan baik dan ia mulai mengembangkan reputasi sebagai komentator sosial. Dengan popularitas itu,ia mendapatkan banyak undangan untuk memberikan kuliah dan seminar, membuat dia harus pulang-pergi antara Jakarta dan Jombang, tempat Gusdur tinggal bersama keluarganya.
Baris 123:
Terpilihnya Gus Dur dilihat positif oleh [[Suharto]] dan rezim [[Orde Baru]]. Penerimaan Wahid terhadap Pancasila bersamaan dengan citra moderatnya menjadikannya disukai oleh pejabat pemerintahan. Pada tahun 1985, Suharto menjadikan Gus Dur indoktrinator Pancasila.<ref>Barton (2002), halaman 153-154</ref> Pada tahun 1987, Abdurrahman Wahid menunjukan dukungan lebih lanjut terhadap rezim tersebut dengan mengkritik PPP dalam pemilihan umum legislatif 1987 dan memperkuat Partai [[Golkar]] Suharto. Ia kemudian menjadi anggota MPR mewakili Golkar. Meskipun ia disukai oleh rezim, Wahid mengkritik pemerintah karena proyek [[Kasus Kedung Ombo|Waduk Kedung Ombo]] yang didanai oleh [[Bank Dunia]].<ref>Barton (2002), ''Biografi Gus Dur'', LKiS, halaman 188-189</ref> Hal ini merenggangkan hubungan Wahid dengan pemerintah, namun saat itu Suharto masih mendapat dukungan politik dari NU.
 
Selama masa jabatan pertamanya, Gus Dur fokus dalam mereformasi sistem pendidikan pesantren dan berhasil meningkatkan kualitas sistem pendidikan pesantren sehingga dapat menandingi sekolah sekularsekuler.<ref>Barton, halaman 162</ref> Pada tahun 1987, Gus Dur juga mendirikan kelompok belajar di [[Probolinggo]], Jawa Timur untuk menyediakan forum individu sependirian dalam NU untuk mendiskusikan dan menyediakan interpretasi teks Muslim.<ref>Barton, halaman 165-166</ref> Gus Dur pernah pula menghadapi kritik bahwa ia mengharapkan mengubah salam Muslim "assalamualaikum" menjadi salam sekularsekuler "selamat pagi".<ref>Barton (2002), ''Biografi Gus Dur'', LKiS, halaman 189</ref>
 
=== Masa jabatan kedua dan melawan Orde Baru ===
Baris 172:
Ketika Gus Dur kembali ke Jakarta, Wiranto berbicara dengannya dan berhasil meyakinkan Gus Dur agar tidak menggantikannya. Namun, Gus Dur kemudian mengubah pikirannya dan memintanya mundur. Pada April 2000, Gus Dur memecat Menteri Negara Perindustrian dan Perdagangan [[Jusuf Kalla]] dan Menteri Negara BUMN [[Laksamana Sukardi]]. Alasan yang diberikan Wahid adalah bahwa keduanya terlibat dalam kasus korupsi, meskipun Gus Dur tidak pernah memberikan bukti yang kuat.<ref>Barton (2002), halaman 302</ref> Hal ini memperburuk hubungan Gus Dur dengan Golkar dan PDI-P.
 
Pada Maret 2000, pemerintahan Gus Dur mulai melakukan negosiasi dengan [[Gerakan Aceh Merdeka]] (GAM). Dua bulan kemudian, pemerintah menandatangani [[nota kesepahaman]] dengan GAM hingga awal tahun 2001, saat kedua penandatangan akan melanggar persetujuan.<ref>{{cite book|last = Conceicao|first = J.F|title = Indonesia's Six Years of Living Dangerously|publisher = Horizon Books|date = 2005|location = Singapore|pages = 30-31|id = ISBN 981-05-2307-6 }}</ref> Gus Dur juga mengusulkan agar TAP MPRS No. XXIX/MPR/1966 yang melarang Marxisme-Leninisme dicabut.<ref>{{cite web|coauthorsauthors = ryi/wis/sal|title = Dari Secangkir Kopi ke Hawa Nafsu|publisher = Kompas|date = 14 April 2000|url = http://www.kompas.com/kompas-cetak/0004/14/NASIONAL/dari07.htm|accessdate = 30 Desember 2006}}</ref>
 
Ia juga berusaha membuka hubungan dengan Israel, yang menyebabkan kemarahan pada kelompok Muslim Indonesia.<ref>{{cite web|title = Wahid's Move on Trade Stirs Up Nationalism Among Muslims|publisher = New York Times|date = 12 November 1999|url = http://www.nytimes.com/1999/11/12/news/12iht-a1_3.html|accessdate = 25 Juni 2009}}</ref> Isu ini diangkat dalam pidato Ribbhi Awad, duta besar Palestina untuk Indonesia, kepada parlemen Palestina tahun 2000. Isu lain yang muncul adalah keanggotaan Gus Dur pada Yayasan [[Shimon Peres]]. Baik Gus Dur dan menteri luar negerinya [[Alwi Shihab]] menentang penggambaran Presiden Indonesia yang tidak tepat, dan Alwi meminta agar Awad, duta besar Palestina untuk Indonesia, diganti.<ref>{{cite web|title = Palestinian Ambassador Should Be Replaced|publisher = Jakarta Post|date = 20 Oktober 2000|url = http://www.thejakartapost.com/news/2000/10/20/palestinian-ambassador-should-be-replaced-alwi.html|accessdate = 25 Juni 2009}}</ref>
Baris 338:
{{Presiden Indonesia}}
{{Kabinet Persatuan Nasional}}
{{AP}}
{{featured article}}
{{Authority control}}
 
{{lifetime|1940|2009|Wahid, Abdurrahman}}