Tjong Yong Hian: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Lie Pin Pin (bicara | kontrib) |
k Bot: Perubahan kosmetika |
||
Baris 14:
Tjong Yong Hian diangkat oleh Belanda menjadi mayor dan adiknya Tjong A Fie diangkat menjadi sebagai kapten. Mayor adalah pangkat perwira menengah, peringkat terendah dalam ketentaraan, satu tingkat dibawah letnan kolonel dan satu tingkat diatas kapten.
Tjong Yong Hian sangat dihormati oleh komunitas Tionghoa dan sangat dihargai pemerintahan Belanda.
Pada tahun 1904, Tjong Yong Hian mendapat penghargaan tertinggi dari Belanda, atas dedikasi pengorbanan tenaga, pikiran dan waktu, demi keberhasilan suatu tujuan mulia : pengabdian melaksanakan cita-cita yang luhur untuk kemanusiaan.
Baris 20:
Salah satu bentuk apresiasi dan penghargaan yang diberikan Pemerintah Kota Medan terhadap Tjong Yong Hian (abang kandung dari Tjong A Fie) adalah menabalkan nama Jalan Bogor menjadi Jalan Tjong Yong Hian dan meresmikan Taman Tjong Yong Hian di Jalan Kejaksaan Medan. Penabalan dan peresmian taman disaksikan langsung oleh pewaris dan keturunan Tjong Yong Hian, yaitu Budihardjo Chandra (Chang Hung Kuin). Penghargaan yang diberikan Pemko Medan kepada keluarga Alm. Tjong Yong Hian juga sebagai bentuk ucapan terimakasih terhadap kontribusi Tjong Yong Hian yang telah ikut serta membangun kota Medan di masa lalu. Taman Tjong Yong Hian yang ada di Jalan Kejaksaan Medan adalah tempat peristirahatan terakhir Tjong Yong Hian dan isterinya. Di gapura pintu masuk ke kawasan ini tertulis Taman Kebun Bunga (Mao Rong Yuan), setelah masuk beberapa meter ke dalam, di atas pintu masuk berpagar warna hijau baru ada tertulis Taman Tjong Yong Hian.
Kontribusi yang diberikan oleh
Tjong Yong Hian memiliki beberapa rumah di Medan dan China. Ia dan isterinya (Nee Xu) mempunyai tiga anak laki-laki Pu Ching, Cen Ching dan Min Ching dan tiga anak perempuan. Rumah keluarga Tjong di Medan terletak di Jalan Kesawan (sekarang Jalan A. Yani). Sementara di China, Tjong dan leluhurnya memiliki rumah di Meixian, China. Tjong Yong Hian meninggal dunia di usia 61 tahun (11 September 1911), ribuan pelayat dari segala suku dan kebangsaan. Tempat peristirahatan terakhir Tjong Yong Hian adalah di Taman Mao Rong sebuah taman miliknya di kawasan Jalan Kejaksaan Medan. Saat berada di Taman Tjong Yong Hian ini, luasnya tidak seperti aslinya lagi. Makam berwarna merah menyala Tjong Yong Hian dan isterinya menghadap ke kolam teratai. Taman ini tetap terjaga keberadaannya karena dirawat oleh cicit Tjong Yong Hian, Budihardjo Chandra (Chang Hung Kuin), generasi keempat,
Setelah wafat pada 1911, putra tertuanya Chang Pu Ching beserta saudaranya melanjutkan kegiatan sosial ayahnya dengan membangun jembatan Tjong Yong Hian yang melintasi Sungai Babura (Jalan KH. Zainul Arifin). Kini jembatan itu diberi nama Jembatan Kebajikan dan telah dijadikan sebagai salah satu warisan sejarah dan budaya Kota Medan, serta mendapatkan penghargaan Unesco Award Of Merit Tahun 2003.
Adik Tjong Yong Hian, yaitu Tjong A Fie yang meninggal pada tahun 1921, membuat surat wasiat tentang harta warisannya yang tidak boleh dipindah-tangan maupun diperjual-belikan kepada pihak lain. Semua warisannya harus dikelola oleh yayasan Toen Moek Tong.
Sementara, sampai saat ini, belum diketahui dengan jelas bagaimana isi surat wasiat dari Tjong Yong Hian.
|