Museum Rumah Tanjung Timur: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 1:
[[Image:Huis Groeneveld in Meester Cornelis te Batavia.jpg|thumb|right|Rumah Tanjung Timur, yaitu sebuah bangunan peninggalan abad ke-18 ini difoto sekitar tahun 1930-an. 56 tahun sebelum terjadi kebakaran hebat yang menghangusan seluruh bangunan ini]]
'''Rumah Tanjung Timur''' (sebutan dalam [[Bahasa Belanda]] '''Groeneveld''' atau '''Tandjong -Oost Huis''') adalah sebuah rumah peninggalan Kolonial Belanda yang terletak di wilayah [[Kramat Jati, Jakarta Timur]]. Bangunan yang dikenal dengan sebutan '''Villa Nova''' ini letaknya tidak jauh dari [[Ci Liwung|kali Ciliwung]] yang mengalir di halaman belakang bangunan ini. Bangunan ini terbakar pada tahun [[1985]] dan kini hanya menyisakan puing-puingnya saja.<ref name=detik-groen>[http://news.detik.com/read/2011/04/03/100148/1607466/10/]. Mengintip Sisa Rumah Tuan Tanah di Pasar Rebo. Detik News. Retrieved February 12, 2015.</ref><ref name=gallus-groen>[http://gallusmagnus.nl/index.php/Landgoed_Groeneveld]. Landgoed Groeneveld. Familie Wiki. Retrieved February 12, 2015.</ref>
 
==Sejarah==
Pemilik pertama bangunan ini, Pieter van de Velde merupakan salah satu anggota Dewan Hindia yang berasal dari [[Amersfoort]].<ref name="gallus">[http://gallusmagnus.nl/index.php/Landgoed_Groeneveld] Landgoed Groeneveld. Gallus Magnus.</ref> Setelah meletusnya peristiwa [[Geger pacinan]] yang melanda hampir seluruh [[Batavia|Kota Batavia]], van de Velde membeli sebuah lahan milik Kapiten Ni Hu-Kong dan wilayah lainnya di bagian selatan Meester Cornelis, yaitu di sebelah timur [[Ci Liwung|kali Ciliwung]]. Lahan tersebut dinamakan ''Tandjoeng Oost''. Diatas lahan tersebut dibangunlah sebuah landhuis yang megah pada tahun [[1756]]. Belum lama kemudian Pieter van de Velde meninggal pada tahun [[1759]]. Pemilik selanjutnya Adrian Jubbels membeli landhuis ini pada tahun [[1763]].<ref name="gallus"/> Setelah Adrian Jubbels, landhuis ini kemudian dimiliki oleh Jacobus Johannes Craan di tahun yang sama. Johannes Craan menamai landhuis ini ''Groeneveld'' dan merenovasi seluruh landhuis ini dengan ornamen gaya [[Louis XV dari Perancis|Louis XV]] dan Pintu serta jendela yang mengadopsi gaya [[Tionghoa]]. keseluruhan bangunan ini tidak mengalami perubahan sampai pada akhirnya terbakar pada tahun [[1985]].<ref name="mjd-eyya">[http://mjd-eyya.blogspot.com/] Abdul Majid's blog</ref><ref name=jpost-groen>[http://m.thejakartapost.com/news/2008/01/25/beautiful-dutch-villa-ruins.html]. A beautiful Dutch villa in ruins. Jakarta Post. Retrieved February 12, 2015.</ref>
 
Setelah Johannes Craan meninggal pada tahun [[1780]], bangunan ini diwariskan kepada putrinya, Catharina Margaretha Craan yang kemudian diambil alih oleh suaminya, Willem Vincent Helvetius van Riemsdijk (anak kedua dari [[Gubernur Jenderal Hindia Belanda]] [[Jeremias van Riemsdijk]]). Helvetius van Riemsdijk sendiri sebelumnya sudah menduduki pangkat tertinggi di bidang administratif [[Pulau Onrust]] ketika masih berumur 17 tahun. Helvetius van Riemsdijk juga memiliki berbagai lahan dan perkebunan tebu di daerah [[Tanah Abang, Jakarta Pusat|Tanah Abang]], [[Cibinong, Bogor|Cibinong]], [[Cimanggis, Depok|Cimanggis]], [[Ciampea, Bogor|Ciampea]], [[Cibungbulang, Bogor|Cibungbulang]], [[Sadeng, Leuwisadeng, Bogor|Sadeng]], dan Tanjong -Oost. Semua properti tersebut tetap dimiliki oleh keluarga van Riemsdijk hingga memasuki [[Perang Dunia Kedua]].<ref name="gallus"/>
 
Pada masa [[Perang Dunia Kedua]], bangunan ini dipakai oleh tentara Jepang sebagai gudang. Setelah Perang Dunia Kedua selesai, bangunan ini dipakai sebagai markas [[Barisan Pelopor]] yang dipimpin oleh [[Soekarno]], Beliau kemudian memproklamirkan Kemerdekaan Indonesia dan diangkat menjadi Presiden Republik Indonesia Pertama. Setelah terjadinya [[Agresi Militer Belanda I]] dan [[Agresi Militer Belanda II|II]], bangunan ini diambil alih oleh [[NICA]] dan untuk dijadikan tempat perkebunan karet.<ref name="jakartapost"/>