B. J. Habibie: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Menolak 9 perubahan teks terakhir dan mengembalikan revisi 11773956 oleh Achmadmaulanaibr
Baris 6:
|office = Presiden Indonesia<!--- mohon jangan sunting bagian ini, sudah sesuai kaidah bahasa Indonesia --->
|order = 3
|state = <!--- mohon jangan sunting bagian ini, sudah sesuai kaidah bahasa IndonesiawIndonesia --->tirta
|term_start = 21 Mei 1998
|term_end = 20 Oktober 1999
|vicepresident = ''Tidak ada''
|predecessor = [[Soeharto]]
|successor = [[Abdurrahman Wahid]]
|office2 = Wakil Presiden Indonesia
Baris 38:
|spouse = [[Hasri Ainun Besari]]
|children = [[Ilham Akbar Habibie|Ilham Akbar]] <br /> Thareq Kemal
|alma_mater = [[InstitutUniversitas TeknologiIndonesia Bandung]]<br />[[RWTH Aachen|Rheinisch-Westfälische Technische Hochschule Aachen]]<br />
|profession = [[Insinyur]] [[Politikus]]
|religion = [[Islam]]
|signature = SignatureSign of B. J.BJ Habibie.svgpng
}}
 
Baris 59:
[[Berkas:BJ Habibie dgn Helmut Kohl.jpg|thumb|250px|Habibie saat bertemu [[Helmut Kohl]] di [[Jerman]].]]
Ia kemudian menjabat sebagai [[Menteri Negara Riset dan Teknologi]] sejak tahun 1978 sampai Maret 1998. Sebelum menjabat sebagai Presiden (21 Mei 1998 - 20 Oktober 1999), B.J. Habibie adalah Wakil Presiden (14 Maret 1998 - 21 Mei 1998) dalam [[Kabinet Pembangunan VII]] di bawah Presiden Soeharto. Ia diangkat menjadi ketua umum [[ICMI]] (Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia), pada masa jabatannya sebagai menteri.
 
Habibie menjadi sosok favorit di sekolahnya. Setelah tamat Sekolah Menengah Atas di Bandung tahun 1954, Habibie masuk Universitas Indonesia di Bandung (Sekarang Institut Teknologi Bandung).
 
Ia mendapat gelar Diploma dari Technische Hochschule, Jerman, tahun 1960, kemudian memperoleh gelar Doktor di bidang konstruksi pesawat terbang dengan predikat summa cum laude dari tempat yang sama pada tahun 1965.
 
Tahun 1967 beliau menjadi Profesor kehormatan (Guru Besar) pada Institut Teknologi Bandung. Sebelum kembali ke Indonesia, Habibie bekerja di industri pesawat terbang terkemuka di Jerman.
 
Selain itu, Habibie juga dipercaya memegang jabatan penting, seperti Direkur Utama (Dirut) PT Industri Pesawat Terbang  Nasional (IPTN), Dirut PT Industri Perkapalan Indonesia, Dirut PT Industri Senjata Ringan (PINDAD), Kepala Otorita Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam, dan Ketua Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesi (ICMI).
 
Selama masa pengabdiannya di Indonesia, Habibie pernah menjabat Menteri Negara Riset dan Teknologi/Kepala BPPT, menjadi Wakil Presiden RI, dan menjadi Presiden RI menggantikan Presiden Soeharto.
 
Ketika menjabat Presiden, Habibie mendapat tantangan yang berat ketika rakyat di Provinsi Timor-Timur meminta referendum. Atas desakan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Habibie menyetujui pelaksanaan referendum di provinsi tersebut.
 
== Masa Kepresidenan ==
Baris 121 ⟶ 109:
Kasus inilah yang mendorong pihak oposisi yang tidak puas dengan latar belakang Habibie semakin giat menjatuhkannya. Upaya ini akhirnya berhasil saat Sidang Umum 1999, ia memutuskan untuk tidak mencalonkan diri lagi setelah laporan pertanggungjawabannya ditolak oleh [[MPR]].
 
Pandangan terhadap pemerintahan Habibie pada era awal reformasi cenderung bersifat negatif, tetapitapi sejalan dengan perkembangan waktu banyak yang menilai positif pemerintahan Habibie. Salah satu pandangan positif itu dikemukan oleh L. Misbah Hidayat dalam bukunya [[Reformasi Administrasi: Kajian Komparatif Pemerintahan Tiga Presiden]].<ref>Reformasi Administrasi: Kajian Komparatif Pemerintahan Tiga Presiden</ref>
 
{{cquote|Visi, misi dan kepemimpinan presiden [[Habibie]] dalam menjalankan agenda reformasi memang tidak bisa dilepaskan dari pengalaman hidupnya. Setiap keputusan yang diambil didasarkan pada faktor-faktor yang bisa diukur. Maka tidak heran tiap kebijakan yang diambil kadangkala membuat orang terkaget-kaget dan tidak mengerti. Bahkan sebagian kalangan menganggap Habibie apolitis dan tidak berperasaan. Pola kepemimpinan Habibie seperti itu dapat dimaklumi mengingat latar belakang pendidikannya sebagai doktor di bidang konstruksi pesawat terbang. Berkaitan dengan semangat demokratisasi, Habibie telah melakukan perubahan dengan membangun pemerintahan yang transparan dan dialogis. Prinsip demokrasi juga diterapkan dalam kebijakan ekonomi yang disertai penegakan hukum dan ditujukan untuk kesejahteraan rakyat. Dalam mengelola kegiatan kabinet sehari-haripun, Habibie melakukan perubahan besar. Ia meningkatkan koordinasi dan menghapus egosentisme sekotral antarmenteri. Selain itu sejumlah kreativitas mewarnai gaya kepemimpinan Habibie dalam menangani masalah bangsa.<ref>Suryo B. Sulistyo.1999."Kebijakan ekonominya mengandalkan kekuatan pasar", dalam Badaruddin et.al. ''Kepemimpinan BJ. Habibie. Visi, Misi, dan Stategi'', Jakarta: Yayasan Bina Profesi dan Wirausaha</ref> Untuk mengatasi persoalan ekonomi, misalnya, ia mengangkat pengusaha menjadi utusan khusus. Dan pengusaha itu sendiri yang menanggung biayanya. Tugas tersebut sangat penting, karena salah satu kelemahan pemerintah adalah kurang menjelaskan keadaan Indonesia yang sesungguhnya pada masyarakat internasional. Sementara itu pers, khususnya pers asing, terkesan hanya mengekspos berita-berita negatif tentang Indonesia sehingga tidak seimbang dalam pemberitaan.}}