Galai: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 61:
Transisi dari galai ke kapal-kapal layar sebagai jenis kapal perang yang paling lazim digunakan bermula pada [[Abad Pertengahan Tinggi|puncak Zaman Pertengahan]] (ca. abad ke-11). Kapal-kapal layar berukuran besar dan berlambung tinggi selalu menjadi rintangan yang menakutkan bagi kapal-kapal galai. Bagi kapal-kapal dayung bergeladak rendah itu, kapal-kapal layar yang lebih gempal seperti [[kerakah]] dan [[koga]] nyaris tampak seperti benteng-benteng terapung, karena sukar untuk dikerubuti dan bahkan lebih sukar lagi untuk direbut. Kapal-kapal galai masih dimanfaatkan sebagai kapal perang sepanjang Zaman Pertengahan karena kelincahannya bermanuver. Kapal-kapal layar kala itu hanya bertiang satu, biasanya dipasangi satu layar tunggal yang sangat lebar dan berbentuk persegi. Keadaan ini menjadikan kapal-kapal layar sukar dikemudikan dan nyaris tidak mungkin berlayar bertentangan dengan arah angin. Oleh karena itu kapal-kapal galai masih merupakan satu-satunya jenis kapal yang dapat digunakan untuk penyerangan daerah pesisir dan pendaratan pasukan, yakni dua unsur penentu dalam peperangan pada Zaman Pertengahan.<ref>Rodger, (1997), hal. 64–65</ref>
Di kawasan timur Laut Tengah, [[Kekaisaran Romawi Timur|Kekaisaran Bizantium]] disibukkan oleh serbuan-serbuan mendadak dari bangsa Arab Muslim sejak abad ke-7, yang mengakibatkan timbulnya persaingan sengit, penambahan armada, dan pembuatan galai-galai perang yang semakin lama semakin besar ukurannya. Segera sesudah menaklukkan Mesir dan Levant, para pemimpin Arab membuat kapal-kapal yang sangat mirip dengan kapal-kapal [[dromon]] Bizantium dengan bantuan para pembuat kapal [[Koptik]] dari bekas pangkalan-pangkalan laut Bizantium.<ref>Unger (1980), hal. 53–55.</ref> Jelang abad ke-9, pergumulan antara Bizantium dan Arab telah menjadikan kawasan timur Laut Tengah sebagai wilayah tak bertuan bagi aktivitas niaga. Dalam kurun waktu 820-an, [[Kreta]] direbut oleh kaum Muslim Andalusia yang tersingkir dari negerinya setelah gagal memberontak melawan [[Keamiran Kordoba|Emirat Kordoba]], mengubah pulau itu menjadi sebuah pangkalan untuk melancarkan serangan-serangan (menggunakan galai) atas usaha pengapalan barang pihak Kristen sampai dengan pulau itu direbut kembali oleh Bizantium pada 960.<ref>Unger (1980), hal. 96–97</ref>
===Kawasan barat Laut Tengah===
|