Pusat Pendidikan Kesehatan: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
k Bot: penggantian teks otomatis (- didalam, + di dalam) |
||
Baris 44:
Panitia belum sempat bekerja sesuai apa yang direncanakan, telah diobrak-abrik oleh clash-clash dengan tentara Belanda sehingga koordinasi yang dimaksudkan tertunda hampir selama 5 tahun.
Sejalan dengan upaya kegiatan pendidikan di rumah – rumah sakit tentara yang khusus mendidik para jururawat, perawat dan bidan, serta sebagai realisasi pemikiran Staf Djawatan Kesehatan Tentara (DKT – AD) untuk segera melaksanakan pendidikan yang spesifik militer, maka pada pertengahan tahun 1951, dimulai pendidikan calon Intruktur Kesehatan Lapangan/ Militer yang diambil dari DKT Teritorial. Untuk pertama kali baru diikuti oleh 7 orang Pa/ Ba dengan tempat pendidikan di ruang bawah Markas DKT – AD Jalan dr. Abdulrachman Saleh, Jakarta. Kepala DKT – AD menunjuk beberapa dokter Tentara/ Sipil sebagai guru, instruktur diantaranya ialah : Letkol dr. Eri Soedewo, Mayor dr. Harnopidjati, Kapten dr. Frans Pattiasina dan dr. Zainal Abidin. Setelah beberapa bulan menerima pendidikan tambahan materi kesehatan lapangan (Keslap) dan kesehatan militer (Kesmil), beberapa orang dari tujuh orang peserta pelatihan yang terpilih, diperintahkan untuk melanjutkan pendidiikan ke Pusat Pendidikan Perwira Angkatan Darat di Bandung yang kemudian menghasilkan dua orang tenaga instruktur kesehatan sabagai inti, yaitu: Letda Soetomo dan Capa Samudji. Kepada kedua personel tersebut kemudian Pimpinan DKT–AD memberikan tugas sebagaii pimpinan sekolah.Mula – mula sekolah diselenggarakan dengan nama “ Sekolah Bintara Ulangan Kesehatan Lapangan “, dimana dalam rangka pelaksanaan kegiatan pendidikan, mendapat bantuan tenaga dari Misi Militer Belanda.
|