Arsitektur Jepara: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
k Bot: Perubahan kosmetika |
||
Baris 8:
Pada masa [[Kerajaan Kalingga]] arsitektur [[Jepara]] terbilang mewah ibu kota kerajaan dikelilingi benteng yang terbuat dari tonggak kayu, bangunan istana kerajaan yang bertingkat, Atap dari pohon aren, Singgasana dari [[gading]] [[gajah]].
Pada masa [[Kerajaan Kalinyamat]] arsitektur [[Jepara]] mengalami kemajuan terutama dalam bidang ukir-ukiran. Tepatnya ketika [[Sultan Hadlirin|Tjie Bin Thang]] (Toyib) dan ayah angkatnya yaitu Tjie Hwio Gwan pindah ke Jawa ([[Jepara]]), Ketika [[Sultan Hadlirin|Tjie Bin Thang]] (Toyib) menjadi sultan di sebuah [[Kerajaan Kalinyamat]], dimana Toyib menjadi [[raja]] bergelar [[Sultan Hadlirin]] dan Tjie Hwio Gwan menjadi [[patih]] bergelar Sungging Badar Duwung. Arti dari gelar Sungging Badar Duwung yaitu (sungging "memahat", badar "batu", duwung "tajam"). Nama sungging diberikan karena Badar Duwung adalah seorang ahli pahat dan seni ukir.
Tjie Hwio Gwan adalah yang membuat hiasan ukiran di dinding [[Masjid Mantingan|Masjid Astana Mantingan]]. Ialah yang mengajarkan keahlian seni ukir kepada penduduk di Jepara. Di tengah kesibukannya sebagai mangkubumi [[Kerajaan Kalinyamat]] (Jepara), Patih Sungging Badar Duwung masih sering mengukir di atas batu yang khusus didatangkan dari negeri [[Cina]]. Karena batu-batu dari Cina kurang mencukupi kebutuhan, maka penduduk Jepara memahat ukiran pada batu putih dan kayu. Tjie Hwio Gwan mengajarkan seni ukir kepada penduduk Jepara, sehingga arsitektur rumah di Jepara dihiasi ornamen-ornamen ukir karena warga Jepara yang trampil dalam seni ukir, bahkan kini produk furniture kayu ukiran Jepara dikenal keseluruh dunia.
== Joglo Jepara ==
[[Joglo Jepara]] adalah Rumah Adat Jepara merupakan salah satu rumah tradisional yang mencerminkan perpaduan akulturasi kebudayaan masyarakat Jepara. Rumah Adat Jepara memiliki atap genteng yang disebut '''“Atap Wuwungan”'''. Jenis bangunan ini merupakan bangunan tradisional di daerah Jepara dan sampai saat ini masih banyak dijumpai.
Ciri khusus arsitektur bangunan ini adalah :
Baris 23:
* Membelakangi gunung dengan maksud agar tidak congkak dan tinggi hati
* Atap berujud pegunungan dengan maksud religius yaitu Tuhan di atas dan berkuasa atas segalanya
* Tiga buah pintu di depan merupakan perwujudan hubungan antara:
# Manusia dengan Tuhan
# Manusia dengan manusia
Baris 34:
Berkas:Rumah Adat Jepara di Anjungan Jepara di Puri Maerokoco.JPG|Joglo Jepara (Rumah Adat Jepara)
Berkas:Rumah adat tradisional Jepara.JPG|Joglo Jepara (Rumah Adat Jepara)
Berkas:Pintu khas Rumah adat Jepara.JPG|Tiga Pintu khas Joglo Jepara
Berkas:atap genteng wuwungan Jepara Khas Rumah AdatJepara.JPG|Atap Genteng Wuwungan Khas Jepara
</gallery>
Baris 44:
<center>
<gallery caption="Genteng khas Jepara" perrow="6">
Berkas:Atap Genteng Ukir Jepara Khas Rumah Adat Jepara Genteng Makuta.PNG|Genteng Ukir Jepara Makuta
Berkas:Atap Genteng Ukir Jepara Khas Rumah Adat Jepara Genteng Gatotkaca.PNG|Genteng Ukir Jepara Gatotkaca
Berkas:Atap Genteng Ukir Jepara Khas Rumah Adat Jepara Genteng Krepyak.PNG|Genteng Ukir Jepara Krepyak
</gallery>
</center>
Baris 54:
<center>
<gallery caption="Masjid khas Jepara" perrow="6">
Berkas:Masjid Agung Baitul Makmur Jepara 1660 Masehi.JPG|[[Masjid Agung Baitul Makmur Jepara|Masjid Agung Jepara]] pada tahun 1660 M
Berkas:Masjid Astana Mantingan Zaman Dahulu-Jepara.JPG|[[Masjid Mantingan|Masjid Astana Mantingan]]
</gallery>
Baris 124:
<gallery caption="Macan Kurung" perrow="6">
Berkas:Foto Tugu Macan Kurung Khas Jepara.JPG|Macan Kurung
Berkas:Monumen Macan Kurung Khas Jepara di malam hari.JPG|Macan Kurung Outdoor Khas Jepara Malam Hari
Berkas:Macan Kurung Outdoor Khas Jepara di Taman Jepara.JPG|Macan Kurung Outdoor untuk taman Jepara
Berkas:Macan Kurung Outdoor Khas Jepara pada Taman Jepara.JPG|Macan Kurung Outdoor untuk taman Jepara
</gallery>
</center>
Baris 146:
<center>
<gallery caption="Dwarapala" perrow="6">
Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Beeld van een demonische tempelwachter Singosari Oost-Java TMnr 10016489.jpg|Arca Dwarapala terbesar di Jawa, zaman kerajaan [[Singhasari]]
Berkas:Arca Dwarapala.jpg|Arca Dwarapala
</gallery>
Baris 156:
[[Naga Jawa]] juga ditemui di beberapa relief candi. Naga di candi ini dinamakan ''Naga Taksaka'' yang bertugas menjaga candi. Umumnya ular naga dijadikan pola hias bentuk makara yaitu pipi tangga di kanan dan kiri tangga naik ke bangunan candi yang dibentuk sebagai badan dan kepala naga: mulut naga digambarkan terbuka lebar dan lidahnya menjulur keluar dalam wujud untaian manik-manik ataupun bentuk [[makara]] dengan naga yang menganga dengan seekor singa di dalam mulutnya. Hiasan semacam ini umum didapati di candi-candi di Jawa Tengah dan Yogyakarta. Sering pula wujud naga dipahat di bawah cerat yoni karena yoni selalu dipahat menonjol keluar dari bingkai bujur sangar sehingga perlu penyangga di bawahnya. Fungsi naga pada bangunan candi atau pada yoni tampaknya erat kaitannya dengan tugas penjagaan atau perlindungan terhadap sebuah bangunan.
<center>
<gallery caption="Naga Jawa" perrow="6">
Berkas:Naga jawa tamansari1.jpg|Naga Jawa di tangga
Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Stenen beelden in de vorm van een makara op de Candi Kalasan TMnr 10015966.jpg|Gerbang pintu anak tangga berbentuk kepala [[Naga Jawa]]
</gallery>
|