Pieter Schuyt: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Memperbaiki pengalihan |
k Cleanup |
||
Baris 3:
Pada tahun 1908 hingga 1917, Schuyt menjadi guru misionaris di [[Kuku, Pamona Utara, Poso|Kuku]].{{sfn|Noort|2006|p=75}} Karena dia merasa "terlahir sebagai dokter", dia menjadi tertarik ke sisi medis dalam misi penginjilan dan ingin lebih memenuhi syarat tersebut, sehingga pada tahun 1917 hingga 1919, dia bekerja di Rumah Misi Reformed Petronella Belanda di [[Daerah Istimewa Yogyakarta|Yogyakarta]]. Pada tahun 1919 hingga 1924, Schuyt kembali ke Sulawesi Tengah.
Meski pada awalnya memiliki hubungan yang harmonis, hubungan antara Schuyt dengan [[Albertus Christiaan Kruyt]] —pemimpin informal pekerjaan penginjilan di Poso— mulai merenggang pada tahun 1921.{{sfn|Noort|2006|pp=85-86}} Schuyt terlibat konflik dengan Kruyt, yang memiliki niat untuk melindungi penduduk terhadap eksploitasi oleh [[pedagang]] [[Tionghoa]] dan [[bangsa Arab|Arab]] yang mengatur perdagangan secara sistematis dengan membuka toko-toko, berbeda dengan pendapat Schuyt tentang mengkristenkan ritual kuno untuk orang yang telah meninggal dengan memperkenalkan ritual membersihkan kuburan (ritual yang dilakukan pada [[Paskah|Hari Paskah]]). Penyebab utama ketegangan adalah tujuan Schuyt yang menginginkan pelayanan terpusat dan profesional sebagai lingkup kemungkinan medis "darurat". Kruyt melihat pelayanan medis sebagai sarana untuk
Pada tahun 1924 Schuyt dipulangkan, dan kemudian dia mengikuti pendidikan dokter di Leiden.{{sfn|Noort|2006|p=86}} Pada tahun 1928, setelah menyelesaikan studinya, Schuyt memang kembali ke Poso —[[Tentena]] lebih tepatnya— untuk melanjutkan pekerjaannya. Tahun 1929 adalah akhir dari permasalahah di antara mereka berdua ketika Dewan NZG akhirnya memutuskan, atas saran dari Konferensi misionaris, untuk tidak membiarkan dokter Schuyt kembali ke Sulawesi Tengah. Schuyt tahu ini karena pengaruh Kruyt. Konflik ini begitu parah sampai nama keluarga Schuyt dan Kruyt tidak harus disebutkan lagi secara bersama-sama.{{sfn|Noort|2006|p=87}}
|