Garbhagriha: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
Baris 30:
Bentuk mutakhir dari sebagian besar kuil-kuil ini adalah wilmana berlantai dua dengan sebuah garbhagriha persegi dan sebuah jalur pradaksina di sekelilingnya, sebuah ardha-mandapa ([[pendopo]] penghubung bagian luar dengan garbhagriha) serta sebuah maha-mandapa (pendopo tempat persembahyangan) yang lebih sempit.<ref name="temple"/>
 
[[Pura]] [[Agama Hindu Bali|Hindu Dharma]] di Indonesia, bukanlah tempat peribadatan yang tertutup seperti [[mandir]], tetapi berupa pelataran terbuka berbentuk persegi panjang yang dilingkungi tembok seperti kuil-kuil India Selatan. Pelataran ini kemudian disekat dengan tembok menjadi tiga pelataran yang berbeda fungsi dan derajat kesuciannya. Pelataran depan yang disebut ''jaba pisan'' atau ''nista mandala'', memiliki fungsi yang sama dengan ''ardha-mandapa''. Pelataran tengah yang disebut ''jaba tengah'' atau ''madya mandala'', memiliki fungsi yang sama dengan ''maha-mandapa''. Sementara pelataran dalam yang disebut ''jero'' atau ''utama mandala'' berfungsi sebagai ruang tersuci dari sebuah Pura. Ketiga pelataran terbuka ini menampung sekumpulan bangunan sesuai fungsinya masing-masing. Di pelataran ''utama mandala'' didirikan bangunan ''[[pelinggih]]'', antara lain ''[[padmasana]]'' dan ''[[pelinggih meru]]'', yang kurang-lebih sama fungsinya dengan garbhagriha dan wilmana di India.
 
''Krobongan'', bilik keramat di dalam rumah tradisional Jawa, lazimnya bertempat di tengah bagian terdalam rumah tinggal, juga memperlihatkan adaptasi lokal atas konsep garbhagriha sebagai titik pusat peribadatan Hindu.