Peramalan komunikasi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
k Bot: Penggantian teks otomatis (- di tahun + pada tahun)
Baris 27:
[[Informasi]] merupakan data yang dikomunikasikan melalui [[media komunikasi]], dari satu orang ke orang lainnya. Informasi merupakan barang publik dengan karakteristik yang tidak dapat diindera secara fisik, dan bisa diberikan kepada sebanyak-banyaknya orang sesuai permintaan yang muncul, tanpa perlu memperhatikan aspek konsumsi.<ref name="Grant, A. E. 2010">Grant, A. E. & Meadows, J. H. (2010). Communication Technology Update and Fundamentals. 12th Edition. Focal Press.</ref> Beberapa pakar menjelaskan posisi informasi dan hubungannya dalam masyarakat. Beniger (1986) menyebutkan bahwa perubahan yang kompleks dan cepat dalam susunan teknologi dan ekonomi dimana informasi dikumpulkan, disimpan, diproses, dan dikomunikasikan melalui keputusan formal atau terprogram dapat mempengaruhi kontrol sosial.<ref>Beniger, J. (1986). The Information Society: Technological and Economic Origins. In S. Ball-Rokeach & M. Cantor (Eds.). Media Audienceand Social Structure. Newbury Park, NJ: Sage.</ref> Sebagai contoh, informasi yang selama ini tersentralisasi di media massa, lambat laun membutuhkan teknologi baru yang dikembangkan untuk mengontrol informasi akibat semakin cepat dan ramainya informasi dibuat dan didistribusikan. Apalagi sejak kemunculan internet, ledakan informasi yang tidak dapat dihindarkan mengharuskan adanya inovasi [[Mesin pencari web|mesin pencarian]] guna membantu para pengguna menemukan informasi.<ref name="Grant, A. E. 2010"/>
 
Informasi juga dianggap sebagai power (kekuasaan), dan orang yang memiliki informasi juga memiliki power untuk memberikan informasi itu kembali. Seperti pemerintah, contohnya, yang memiliki kekuasaan untuk mengontrol akses informasi guna mempertahankan kekuasaannya. Hari ini, sesuai prediksi Wired dipada tahun 1993, benar bahwa koran telah berubah menjadi iPad, siaran televisi menjadi televisi internet, film menjadi digital, telepon menjadi pesan teks, pemutar kaset menjadi iPod – teknologi komunikasi secara kontinu berkembang dan berganti, seiring [[media massa]] konvensional yang juga sudah menjadi digital.<ref>Straubhaar, J., LaRose, R.& Davenport R., (2011). Media Now: Understanding Media, Culture, and Technology, 2011 Update Seventh Edition. Thomson-Wadsworth.</ref>
 
== Teori pembelajaran sosial / kognitif sosial ==
Baris 39:
 
== Kognitif sosial dan pilihan masyarakat ==
Sejak Alexander Graham Bell berhasil memecahkan misteri transmisi audio secara elektronik dipada tahun 1876, [[telepon]] telah menjadi bagian dari masyarakat yang diadopsi besar-besaran dalam waktu yang singkat.<ref name="Grant, A. E. 2010"/> Hal itu bisa dianalisa menggunakan teori kognitif sosial. Adopsi alat komunikasi telepon yang saat itu dinilai sangat canggih merupakan efek dari pertimbangan seseorang yang mengobservasi media tersebut, yang menunjukkan bahwa penggunaan telepon dapat membantu proses komunikasinya, sehingga Ia merasa butuh memiliki teknologi komunikasi yang sama. Adanya proses reinforcement yang positif disana, sehingga tercatat adopsi besar-besaran terjadi hanya berselang beberapa bulan sejak penemuan Bell. Inovasi terus terjadi hingga akhirnya hari ini kita mengenal generasi telepon pintar yang berbasis internet.
 
Pilihan masyarakat menggunakan telepon yang berkembang sesuai masanya, sejalan dengan analisa teori kognitif sosial. Masih mengambil contoh telepon, kemunculan telepon pintar diadaptasi dengan sangat baik oleh masyarakat Indonesia karena proses pembelajaran observasional, yaitu pemahaman atas konsekuensi dan menilai baik-buruknya pengadopsian sebuah teknologi komunikasi dilihat dari fungsi dan kontennya, berjalan lancar. ''Reinforcement'' yang diterapkan oleh para perusahaan telepon pintar, misalnya, melalui iklan-iklan yang tepat, membuat angka adopsi teknologi komunikasi melonjak tinggi. Namun di saat yang bersamaan, masyarakat juga memahami adanya konsekuensi, ''punishment'' (ganjaran), yang muncul selama mereka mengadopsi teknologi komunikasi tersebut. ''Punishment'' yang muncul bisa bermacam-macam, namun masyarakat tetap memilih menggunakannya.
 
Berada di zaman digital membuat masyarakat memiliki akses untuk mengeksplor apa pun yang ditawarkan telepon pintar, mulai dari aplikasi sosial hingga akses terhadap informasi yang berada di mesin pencarian. [[Aplikasi]]-aplikasi sosial seperti Twitter, Facebook, [[Instagram]], Vine, YouTube, dan lain-lain memberikan masyarakat ruang untuk bersenang-senang dengan dirinya sendiri, menciptakan avatar dirinya di dunia maya, berinteraksi dengan masyarakat dari berbagai belahan dunia, tanpa terinterupsi masalah waktu, tempat, dan biaya. Hal-hal inilah yang menjadi penunjang pilihan masyarakat mengadopsi teknologi komunikasi. Seperti data yang dilansir Kementerian Komunikasi dan Informatika, dipada tahun 2013 saja, Indonesia menempati peringkat 4 pengguna facebook terbesar setelah Amerika Serikat, Brazil, dan India. Sedangkan untuk [[Twitter]], Indonesia menempati peringkat ke 5 setelah Amerika Serikat, Brazil, Jepang, dan Inggris. Secara umum, untuk seluruh wilayah di Indonesia, ada sekitar 65 juta pengguna Facebook aktif dan 19,5 juta pengguna Twitter. Karakteristik pengguna aplikasi sosial di Indonesia adalah konsumen, dimana kebanyakan masyarakat adalah pengonsumsi aplikasi, namun tidak aktif berkontribusi dalam pembuatan blog atau video dalam YouTube.<ref>Kemenkominfo, 2013. Pengguna Internet di Indonesia 63 Juta Orang. http://kominfo.go.id/index.php/content/detail/3415/Kominfo+%3A+Pengguna+Internet+di+Indonesia+63+Juta+Orang/0/berita_satker#.VflS2302jIU diakses pada 16 September 2015</ref>
 
== Komunikasi di Indonesia ==