Sejarah Aceh: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Perubahan kosmetika |
|||
Baris 31:
[[Gajah Mada]] yang diangkat sebagai [[patih]] di [[Kerajaan Kahuripan|Kahuripan]] ([[1319]]-[[1321]]) oleh [[Jayanagara]] dari [[Majapahit]]. Dan pada tahun [[1331]], naik pangkat Gajah Mada menjadi mahapatih Majapahit yang diangkat oleh Ratu [[Tribhuwana Wijayatunggadewi]].
Ketika pelantikan Gajah Mada menjadi mahapatih Majapahit inilah keluar ucapannya yang disebut dengan sumpah palapa yang berisikan "dia tidak akan menikmati palapa sebelum seluruh usantara berada dibawah kekuasaan kerajaan Majapahit". Ternyata dengan dasar sumpah palapanya inilah Gajah Mada merasa tidak senang ketika mendengar dan melihat bahwa [[Samudera Pasai]] di Aceh makin berkembang dan maju. Pada tahun 1350 Majapahit ingin menggempur Samudera Pasai, tetapi Majapahit tidak pernah mencapai kerajaan Samudra Pasai karena di hadang askar [[Sriwijaya]].
== Kesultanan Aceh ==
Baris 45:
Ketika Kesultanan Samudera Pasai dalam krisis, maka [[Kesultanan Malaka]] yang muncul dibawah [[Parameswara]] (Paramisora) yang berganti nama setelah masuk Islam dengan panggilan Iskandar Syah. Kerajaan Islam Malaka ini maju pesat sampai pada tahun 1511 ketika Portugis dibawah pimpinan [[Afonso d Albuquerque|Afonso DAlbuquerque]] dengan armadanya menaklukan Malaka.
Ketika Malaka jatuh ke tangan Portugis, kembali Aceh bangkit dibawah pimpinan [[Sultan Ali Mughayat Syah]] (1514-1528). Yang diteruskan oleh Sultan Salahuddin (1528-1537). Sultan Alauddin Riayat Syahal Kahar (1537-1568). Sultan Ali Riyat Syah (1568-1573). Sultan Seri Alam (1576. Sultan Muda (1604-1607). Sultan Iskandar Muda, gelar marhum mahkota alam (1607-1636). Semua serangan yang dilancarkan pihak Portugis untuk menguasai aceh dapat
[[Berkas:Laksamana Malahayati.jpg|thumb|250px|Laksamana [[Malahayati]] dilukis oleh Sayed Dahlan Al-Habsy.]]
Baris 63:
==== Utsmaniyah ====
Pada masa Iskandar Muda, Kerajaan Aceh mengirim utusannya untuk menghadap [[Sultan Utsmaniyah]] yang berkedudukan di [[Istanbul]]. Karena saat itu Sultan Utsmaniyah sedang gering maka utusan Kerajaan Aceh terluntang-lantung demikian lamanya sehingga mereka harus menjual sedikit demi sedikit hadiah persembahan untuk kelangsungan hidup mereka. Lalu pada akhirnya ketika mereka diterima oleh sang Sultan, persembahan mereka hanya tinggal Lada Sicupak atau Lada sekarung. Namun sang Sultan menyambut baik hadiah itu dan mengirimkan sebuah meriam dan beberapa orang yang cakap dalam ilmu perang untuk membantu kerajaan Aceh. Meriam tersebut pula masih ada hingga kini dikenal dengan nama Meriam Lada Sicupak. Pada masa selanjutnya Sultan Utsmaniyah mengirimkan sebuah bintang jasa kepada Sultan Aceh.meriam tersebut menurut informasi kini berada di desa Blang Balok kecamatan peureulak (sumber MAA Atim). Pada 1565, Kesultanan Turki Usmani mengirimkan ekspedisi untuk membantu Kesultanan Aceh memerang Portugis di Malaka. Ekspedisi ini merupakan kelanjutan dari pembicaraan utusan Aceh dengan Sultan Turki Usmani, Sulaiman pada tahun 1564.<ref>The Cambridge History of Southeast Asia by Nicholas Tarling p.39</ref> Ekspedisi Usmani pertama dipimpin oleh Kurtoğlu Hızır Reis yang tediri dari 15 kapal dengan berbagai meriam artileri.<ref>Medieval Islamic Civilization: An Encyclopedia Josef W. Meri p.465</ref>
==== Perancis ====
|