Parvoviridae: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
k Bot: Perubahan kosmetika
Baris 21:
 
== Karakteristik Virus ==
Parvovirus resisten terhadap inaktivasi. Virus dapat tetap bersifat [[infeksius]] di tanah yang [[kontaminasi|terkontaminasi]] [[feses]] selama lebih dari 5 bulan pada kondisi yang sesuai.<ref name=Gordon/> [[Desinfektan]] dan [[detergen]] pada umumnya gagal untuk menginaktivasi parvovirus. <ref name=Gordon> {{en}} Gordon JC, Angrick EJ. 1986. Canine Parvovirus: environmental effects on inectivity. Am J Vet Res 47: 1464-1467.</ref> Pada kondisi pH dan [[suhu]] yang sesuai, CPV menghemaglutinasi [[sel darah merah]] pada beberapa spesies [[hewan]]. Efek mengaglutinasi [[sel darah merah]] dapat hilang pada [[pasase]] yang berulang kali di [[kultur jaringan]]. Namun, test hemaglutinasi dapat digunakan untuk menguji keberadaan CPV dengan menggunakan [[spesimen]] berupa [[feses]].<ref name=Pollock/>
 
== Gejala Klinis ==
Gejala klinis infeksi CPV-2 pada anak anjing yaitu [[diare]] cair atau diare berdarah, [[muntah]] secara berulang, dan [[anoreksia]]. Gejala klinis lainnya yaitu [[demam]], kelemahan tubuh, [[limfopenia]] terutama [[neutropenia]]. Hewan juga mengalami [[dehidrasi]], penurunan berat badan, dan rasa sakit di bagian abdominal. <ref name=Tilley> Tilley LP, Smith FWK, MacCurray AC. 1997. The 5 Minute Veterinary Consult. Baltimore: Williams and Wilkins. Hlm 528-529, 910-911. </ref>
 
Pada anak anjing gejala awal yang terlihat adalah kondisi tubuh yang terus melemah dan kehilangan nafsu makan. Berbeda dengan kehilangan nafsu makan yang biasa ditemui pada kasus lain, gejala parvovirus dapat dilihat dari perilaku penderita yang sangat lemah, cenderung tidak mau beraktivitas dan tidak responsif terhadap lingkungan. Setelah berlangsung selama 24 jam akan diikuti oleh keluarnya cairan tubuh berdarah lewat mulut ([[muntah]] darah). Fase berikutnya adalah setelah 24 jam dari muntah darah pertama, akan diikuti oleh buang air besar cair dan berdarah, yang akan disebut sebagai masa kritis.
Baris 48:
 
== Penanganan ==
Tingkat keberhasilan penanganan infeksi CPV bergantung pada seberapa lama infeksi telah berlangsung. Penanganan yang umumnya dilakukan dokter hewan adalah terapi suportif cairan/ infus, suntikan anti muntah seperti metoclopramide, dolasetron, ondasetron, dan prochlorperazine, dan suntikan antibiotik seperti cefoxitin, timentin, enrofloxacin dan metronidazole. <ref>Macintire, Douglass K. (2004). "Management of Severe Parvoviral Enteritis". Proceedings of the Western Veterinary Conference. Retrieved 2007-06-26.</ref>
 
Cairan infus diberikan untuk menggantikan cairan tubuh yang hilang lewat muntah dan diare, dan diberikan lewat intravena. Banyaknya cairan yang dibutuhkan disesuiakan dengan berat tubuh, penurunan berat badan yang terjadi, dan tingkat dehidrasi anjing tersebut. Selain cairan infus, pemberian darah anjing lain yang sehat juga dapat membantu dalam pembentukan antibodi penderita, pendonor darah harus memiliki darah super-vaksin dimana pendonor telah di vaksin secara rutin dan berulang-ulang selama hidupnya, semakin banyak jumlah vaksinasi yang telah dijalani, semakin baik pula hasilnya. Pemberian darah super-vaksin dapat dilakukan dengan pemberian secara langsung ke dalam saluran pencernaan lewat mulut penderita. Tidak ada dosis tepat yang dapat menjadi panutan, dianjurkan secukupnya sesuai dengan berat tubuh penderita dan diberikan sekali dalam satu hari.