Ajaran Siwa-Buddha: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: penggantian teks otomatis (-kuna +kuno) |
Ajaran agama Timur melarang penganutnya untuk menyebut penganut agama lain sebagai 'kafir' Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
Baris 11:
=== Masuknya agama Buddha ===
Agama Buddha sampai di Nusantara cukup awal dan banyak informasi mengenai hal ini kita dapatkan dari sumber-sumber [[China|Tionghoa]]. [[Fa Xien]] yang datang dari [[Sri Langka]] pada tahun 414, terdampar karena angin topan yang hebat ke ''Yeh p’o t’i'' (Yawadwîpa, entah ini Jawa atau Sumatra, kurang jelas), merasa agak kecewa terhadap situasi agamanya (=agama Buddha) di sana, apalagi apabila dibandingkan dengan kaum brahmana dan orang-orang
Pada abad ke-7, ke-8, ke-9 para penganut Buddha Indonesia, atau paling tidak beberapa pusat agama Buddha di Sumatra dan Jawa sudah merupakan bagian dari sifat kosmopolitis agama ini. Kesan ini terutama didapatkan dari karya [[I Ching]]. Dalam buku kenangannya, ia menceritakan bahwa sang peziarah Hui Ning memutuskan perjalanannya selama tiga tahun di pulau Jawa (664/5 – 667/8) untuk menterjemahkan sebuah [[Sutra (kitab)|sutra]], kemungkinan besar dari mazhab [[Hinayana]], mengenai [[Nirwana]] yang agung. Penterjemahannya dibantu seorang pakar Jawa yang bernama [[Jnanabhadra|Jñânabhadra]]. Sedangkan I Ching sendiri menghargai pusat-pusat studi agama Buddha di Sumatra secara tinggi. Hal ini terbukti dari fakta bahwa ia tinggal selama enam bulan di [[Sriwijaya]] dan dua bulan di Malayu ([[Jambi]]) dalam perjalanannya ke India pada tahun 671 dan setelah itu selama sepuluh tahun di Sriwijaya (685-695).
|