Tragedi Bubat: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
saya menghapus yang bukan asli sejarah
Tag: VisualEditor menghilangkan referensi [ * ]
Baris 4:
 
== Tragedi Bubat dalam Kidung Sunda ==
'''Kidung Sunda''' adalah sebuah karya sastra dalam [[bahasaBahasa Jawa|bahasa Jawa Pertengahan]] berbentuk ''[[tembang]]'' (syair) dan naskahnya ditemukan di Bali. Dalam kidung ini dikisahkan prabu [[Hayam Wuruk]] dari [[Majapahit]] yang ingin mencari seorang permaisuri, kemudian dia menginginkan putri Sunda yang dalam cerita ini tidak disebutkan namanya. Setelah adanya surat lamaran dari Hayam Wuruk maka pergilah rombongan Raja Sunda ke Majapahit. Namun patih [[Gajah Mada]] tidak sukatahu karenaakan menganggaphal [[Kerajaanini, Sunda]]kemudian harusRombongan tunduk kepada Majapahit. Kemudian terjadi pertempuran yang tidak seimbang antara rombongan pengantinKerajaan Sunda dengan prajurit Majapahit di Bubat, pelabuhandikira tempatPatih berlabuhnyaGajam rombonganMada Sunda.akan Dalammenyerang pertempuranMajapahit, yangKemudian tidakMereka seimbangdiBabat iniHabis rombonganoleh KerajaanTentara SundaGajah dibantai dan putri Sunda yang merasa pilu akhirnya bunuh diriMada.
 
=== Penyebab ===
Penyebab dari tragedi Bubat adalah kegagalanketidaktahuan Gajah Mada untukakan memenuhikemauan sumpahnyakerajaan yangSunda dikenaluntuk sebagaitunduk Sumpah Palapa. Untuk memenuhi ambisi tersebut, sebenarnya Kerajaanterhadap Majapahit pernahdengan menyerangmenawarkan KerajaanPutrinya Sunda beberapa kali tapi digagalkan oleh Kerajaan Sunda. Untuk itu, diauntuk memintadinikahi Raja Sunda untuk memberikan upeti namun ditolak oleh pihak Kerajaan SundaMajapahit.
 
Cuplikan teks dari Kidung Sunda yang terkait dengan gagalnya serangan Majapahit adalah sebagai berikut:
:''Ih angapa, Gajah Mada, agung wuwusmu i kami, ngong iki mangkw angaturana sira sang rajaputri, adulurana bakti, mangkana rakwa karěpmu, pada lan Nusantara dede Sunda iki, durung-durung ngong iki andap ring yuda.''
:''Abasa lali po kita nguni duk kita aněkani jurit, amrang pradesa ring gunung, ěnti ramening yuda, wong Sunda kagingsir, wong Jipang amburu, praptâpatih Sunda apulih, rusak wadwamu gingsir.''
:''Mantrimu kalih tinigas anama Lěs Beleteng angěmasi, bubar wadwamu malayu, anânibani jurang, amurug-murug rwi, lwir patining lutung, uwak setan pating burěngik, padâmalakw ing urip. ''
:''Mangke agung kokohanmu, uwabmu lwir ntuting gasir, kaya purisya tinilar ing asu, mengkene kaharěpta, tan pracura juti, ndi sasana tinutmu gurwaning dustârusuh, dadi angapusi sang sadubudi, patitânêng niraya atmamu těmbe yen antu.''
 
Alihbahasa:
: “Wahai Gajah Mada, apa maksudnya engkau bermulut besar terhadap kami? Kami ini sekarang ingin membawa Tuan Putri, sementara engkau menginginkan kami harus membawa bakti sama seperti dari Nusantara. Kami lain, kami orang Sunda, belum pernah kami kalah berperang.
: Seakan-akan lupa engkau dahulu kala, ketika engkau berperang, bertempur di daerah-daerah pegunungan. Sungguh dahsyat peperangannya, diburu orang Jipang. Kemudian patih Sunda datang kembali dan bala tentaramu mundur.
: Kedua mantrimu yang bernama Lěs dan Beleteng diparang dan mati. Pasukanmu bubar dan melarikan diri. Ada yang jatuh di jurang dan terkena duri-duri. Mereka mati bagaikan kera, siamang dan setan. Di mana-mana mereka merengek-rengek minta tetap hidup.
: Sekarang, besar juga kata-katamu. Bau mulutmu seperti kentut jangkrik, seperti tahi anjing. Sekarang maumu itu tidak sopan dan berkhianat. Ajaran apa yang kau ikuti selain engkau ingin menjadi guru yang berdusta dan berbuat buruk. Menipu orang berbudi syahdu. Jiwamu akan jatuh ke neraka, jika mati!”
 
Cuplikan teks yang menggambarkan penolakan Raja Sunda untuk memberikan upeti adalah sebagai berikut:
:'' [...], yan kitâwĕdîng pati, lah age marĕka, i jĕng sri naranata, aturana jiwa bakti, wangining sĕmbah, sira sang nataputri.''
:''Wahu karungu denira sri narendra, bangun runtik ing ati, ah kita potusan, warahĕn tuhanira, nora ngong marĕka malih, angatĕrana, iki sang rajaputri.''
:''Mong kari sasisih bahune wong Sunda, rĕmpak kang kanan keri, norengsun ahulap, rinĕbateng paprangan, srĕngĕn si rakryan apatih, kaya siniwak, karnasula angapi.''
 
Alihbahasa:
: [...], jika engkau takut mati, datanglah segera menghadap Sri Baginda (Hayam Wuruk) dan haturkan bukti kesetianmu, keharuman sembahmu dengan menghaturkan dia sang Tuan Putri.
: Maka ini terdengar oleh Sri Raja Sunda dan dia menjadi murka: “Wahai kalian para duta! Laporkan kepada tuanmu bahwa kami tidak akan menghadap lagi menghantarkan Tuan Putri!”
: “Meskipun orang-orang Sunda tinggal satu tangannya, atau hancur sebelah kanan dan kiri, kami tiada akan ‘silau’!”. Sang Tuan Patih juga marah, seakan-akan robek telinganya mendengarkan (kata-kata pedas orang Majapahit).
 
=== Akibat ===
Pertempuran dahsyat berkecamuk, pasukan MajapahitSunda banyak yang gugur. Tetapi karenaKarena kalah jumlahnya, akhirnya hampir semua anggota rombongan pengantin [[Kerajaan Sunda]] tewas oleh pasukan Majapahit. Patih kerajaan Sunda, Anepakěn, dikalahkan oleh Gajah Mada sedangkan Raja Sunda ditewaskan oleh besannya sendiri, Raja Kahuripan dan Daha. Pitar adalah satu-satunya anggota rombongan yang masih hidup karena pura-pura mati di antara mayat-mayat anggota rombongan pengantin Kerajaan Sunda. Kemudian ia lolos dan melaporkan keadaan kepada permaisuri dan putri Sunda. Mereka bersedih hati dan kemudian sesuai ajaran [[Hindu]] mereka melakukan belapati (bunuh diri). Semua istri para perwira Sunda pergi ke medan perang dan melakukan bunuh diri massal di atas jenazah-jenazah suami mereka.
 
== Tragedi Bubat dalam Carita Parahiyangan ==