Kedatuan Luwu: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: penggantian teks otomatis (-dibawah, +di bawah) |
|||
Baris 1:
{{noref}}
[[Berkas:Kerajaan awal SulSel.PNG|150px|thumb|right|Kerajaan-kerajaan awal di Sulawesi Selatan menurut [[I La Galigo]]]]
'''Kesultanan Luwu''' (juga dieja '''Luwuq''', '''Wareq''', '''Luwok''', '''Luwu'''') adalah kerajaan [[Bugis]] tertua, pada [[1889]] M, [[Daftar Penguasa Hindia Belanda|Gubernur Hindia Belanda]] di [[Makassar]] menyatakan bahwa masa kejayaan Luwu antara [[abad ke-10]] sampai [[abad ke-14|14]], tetapi tidak ada bukti lebih lanjut. Luwu bersama-sama dengan [[Wewang Nriwuk]] dan [[Tompotikka]] adalah tiga kerajaan Bugis pertama yang tertera dalam epik [[I La Galigo]], sebuah karya orang Bugis. Namun begitu, I La Galigo tidak dapat diterima sepenuhnya sebagai teks sejarah karena dipenuhi dengan mitos, maka keberadaan kerajaan-kerajaan ini dipertanyakan. Pusat kerajaan ini terletak di [[Malangke, Luwu Utara|Malangke]] yang kini menjadi wilayah [[Kabupaten Luwu Utara]], [[Sulawesi Selatan]]. Kerajaan Luwu juga disebutkan dalam kitab [[Kakawin Nagarakretagama]] , teks pada abad ke-14 sebagai daerah
== daftar Datu Luwu/ Pajung Datu Luwuk ==
Baris 18:
* 1556-1571: Datu Luwu ke-13: Maoge, merupakan Pajung
* 1571-1587: Datu Luwu ke-14: E Tenri Rawe’, merupakan Pajung
* 1587-1615: Datu Luwu ke-15: Andi Pattiware’ Daeng Parabung atau Pattiarase, bergelar Petta Matinroe’ ri Malangke (Petta Luwu) "sebagai raja pertama yang menerima ajaran syariat islam yang
* 1615-1637: Datu Luwu ke-16: Patipasaung, merupakan Pajung
* 1637-1663: Datu Luwu ke-17: La Basso atau La Pakeubangan atau Sultan Ahmad Nazaruddin, bergelar Petta Matinroe’ ri Gowa (Lokkoe’) merupakan Pajung
|