Jangan membunuh: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Ign christian (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Ign christian (bicara | kontrib)
adopsi dari Perintah kelima
Baris 105:
 
In the Talmud, Genesis 9:5 is interpreted as a prohibition against killing oneself, and Genesis 9:6 is “cited in support for the prohibition of abortion.”<ref>Commentary on Genesis 9, The Jewish Study Bible, Oxford University Press, 2004, p. 25, Talmud b.B.K 91b, b Sanhedrin 57b</ref>
-->
== Perjanjian Baru ==
{{See also|Pandangan Kristen tentang Perjanjian Lama}}
 
[[Perjanjian Baru]] juga memandang pembunuhan sebagai suatu kejahatan moral yang berat,<ref>Matius 5:21, Matius 15:19, Matius 19:19, Matius 22:7, Markus 10:19, Lukas 18:20, Roma 13:9, 1 Timotius 1:9, Yakobus 2:11, Wahyu 21:8</ref> dan dianggap mempertahankan pandangan [[Perjanjian Lama]] mengenai "utang darah" dalam arti tertentu.<ref>Matius 23:30-35, Matius 27:4, Lukas 11:50-51, Roma 3:15, Wahyu 6:10, Wahyu 18:24</ref> [[Yesus]] sendiri dipandang mengulangi dan memperluas perintah "Jangan membunuh".<ref>Matius 5:21, Matius 19:19, Markus 10:19, Lukas 18:20</ref> Dalam Perjanjian Baru, Yesus menjelaskan bahwa pembunuhan, sebagaimana [[dosa (Kristen)|dosa-dosa]] lainnya berasal dari dalam hati.
==New Testament view==
 
{{quote|Karena dari hati timbul segala pikiran jahat, pembunuhan, perzinahan, percabulan, pencurian, sumpah palsu dan hujat.|Matius 15:19}}
{{See also|Biblical law in Christianity}}
 
Perjanjian Baru mengakui peranan yang tepat dan adil dari pemerintah sipil dalam memelihara keadilan<ref>Roma 13:1-7, 1 Petrus 4:15, {{en}} John Calvin, ''[http://www.reformed.org/books/institutes/books/book4/bk4ch20.html Institutes of the Christian Religion]'', Book 4, Chapter 20.</ref> dan menghukum pelaku kejahatan, bahkan sampai "menyandang pedang".<ref>{{en}} Romans 13:4 and commentary, The NIV Study Bible, Zondervan, 1995 p. 2240</ref> Salah seorang penjahat yang disalibkan mengontraskan kematiannya sebagai akibat dari hukuman dengan kematian Yesus sebagai orang yang tidak bersalah.<ref>Lukas 23:41</ref>
The New Testament is in agreement that murder is a grave moral evil,<ref>Matthew 5:21, Matthew 15:19, Matthew 19:19, Matthew 22:7, Mark 10:19, Luke 18:20, Romans 13:9, 1 Timothy 1:9, James 2:11, Revelation 21:8</ref> and maintains the Old Testament view of bloodguilt.<ref>Matthew 23:30-35, Matthew 27:4, Luke 11:50-51, Romans 3:15, Revelation 6:10, Revelation 18:24</ref> Jesus himself repeats and expands upon the commandment, “Do not murder.”<ref>Matthew 5:21, Matthew 19:19, Mark 10:19, Luke 18:20</ref> The New Testament depicts Jesus as explaining that murder, as well as other sins, comes from the heart.
 
== Pandangan Katolik ==
{{quote| For out of the heart come evil thoughts, murder, adultery, sexual immorality, theft, false testimony, slander.|Matthew 15:19 (NIV)}}
Menurut [[Gereja Katolik]], perintah kelima ini menuntut penghormatan atas kehidupan manusia dan secara lebih tepat dapat diterjemahkan menjadi "jangan melakukan [[pembunuhan]] terencana di luar hukum (''[http://www.oxforddictionaries.com/definition/english/murder murder]'')". Membunuh (''[http://www.oxforddictionaries.com/definition/english/kill kill]''), dalam keadaan tertentu, dapat dibenarkan dalam Katolisisme. Yesus memperluasnya dengan melarang [[kemarahan]] yang tidak dapat dibenarkan, kebencian dan dendam, serta mewajibkan umat Kristen untuk mengasihi musuh-musuh mereka.<ref name="Schreck310">Schreck, pp. 310–312</ref><ref>[http://www.imankatolik.or.id/alkitab.php?k=mat&b=5&a1=21&a2=22 Matius 5:21–22]</ref> Dasar dari semua ajaran Katolik seputar perintah ini adalah etika [[kesakralan hidup]], yang menurut [[Peter Kreeft]] secara filosofis bertentangan dengan etika [[kualitas hidup (perawatan kesehatan)|kualitas hidup]], yaitu suatu filosofi yang ia cirikan diperkenalkan oleh sebuah buku berjudul ''Die Freigabe der Vernichtung des Lebensunwerten Lebens'' (''Izin untuk Mengakhiri Kehidupan yang Tidak Layak Hidup'') (lih. [[Kehidupan yang tidak layak hidup]]) dan ia tegaskan sebagai yang "pertama yang memenangkan penerimaan masyarakat ... oleh para dokter Jerman sebelum Perang Dunia II—dasar dan awal mula praktik medis [[Nazi]]."<ref name="Kreeft226">Kreeft, pp. 226–227</ref> Penafsiran ini didukung oleh jurnal-jurnal medis modern yang membahas dilema akibat filosofi-filosofi yang saling bertentangan ini bagi para dokter yang harus membuat keputusan antara hidup atau mati.<ref>Bayertz, p. 233</ref> Beberapa praktisi [[bioetika]] memandang penggunaan "analogi Nazi" tersebut tidak pantas jika diterapkan pada keputusan-keputusan terkait kualitas hidup; [[Arthur Caplan]] menyebut [[retorika]] ini "kekeliruan yang memuakkan".<ref>Annas and Grodin, p. 262</ref> Gereja terlibat secara aktif dalam perdebatan publik mengenai [[Aborsi dan Gereja Katolik|aborsi]], [[hukuman mati]], dan [[eutanasia]], serta mendorong umat beriman untuk mendukung undang-undang dan politikus yang dideskripsikannya sebagai [[gerakan antiaborsi|pro-kehidupan]].<ref>{{en}} {{citation | title = Faithful Citizenship, A Catholic Call to Political Responsibility| publisher =United States Conference of Catholic Bishops| year =2003| url=http://www.usccb.org/faithfulcitizenship/bishopStatement.html#1|accessdate=28 November 2008}}</ref>
 
=== Aborsi ===
The New Testament acknowledges the just and proper role of civil government in maintaining justice<ref>Romans 13:1-7, 1 Peter 4:15, John Calvin, Institutes of the Christian Religion, Book 4, Chapter 20, http://www.reformed.org/books/institutes/books/book4/bk4ch20.html</ref> and punishing evildoers, even to the point of “bearing the sword.”<ref>Romans 13:4 and commentary, The NIV Study Bible, Zondervan, 1995 p. 2240</ref> One criminal on the cross contrasts his death as due punishment with Jesus’ death as an innocent man.<ref>Luke 23:41</ref> When Jesus appeared before Pilate, both Pilate<ref>Matthew 27:24</ref> and the crowd<ref>Matthew 27:25</ref> recognize the principles of bloodguilt. There is no indication in the New Testament that it is unjust, immoral, or inappropriate for secular civil governments to execute those guilty of shedding innocent blood.<ref>Matthew 22:7, Romans 13, John Calvin, Institutes of the Christian Religion, Book 4, Chapter 20, http://www.reformed.org/books/institutes/books/book4/bk4ch20.html , Catechism of the Catholic Church 2267</ref>
{{main|Aborsi dan Gereja Katolik}}
 
''[[Katekismus Gereja Katolik]]'' (KGK) menyatakan: "Kehidupan manusia adalah kudus karena sejak awal melibatkan tindakan penciptaan oleh Allah dan selamanya tetap dalam hubungan khusus dengan Penciptanya. ... tidak ada seorang pun dapat mengklaim hak bagi dirinya sendiri dalam keadaan mana pun untuk secara langsung mengakhiri kehidupan manusia yang tidak bersalah."<ref name="Cat2258">{{en}} {{citation | last =Paragraph number 2258–2330 | title =Catechism of the Catholic Church | publisher = Libreria Editrice Vaticana| year = 1994| url = http://www.vatican.va/archive/ccc_css/archive/catechism/p3s2c2a5.htm |accessdate=27 December 2008}}</ref><ref name="Schreck310"/> [[Prinsip akibat ganda|Membunuh secara sengaja dan langsung]] manusia yang tidak bersalah dipandang sebagai suatu [[Dosa (Kristen)#Dosa berat|dosa berat]].<ref name="Cat2258"/> Bahkan bobot dosanya dianggap lebih berat lagi jika melakukan pembunuhan anggota keluarga seperti "[[infantisida|pembunuhan bayi]], [[fratrisida|pembunuhan saudara]], [[parrisida|pembunuhan orang tua]], pembunuhan pasangan hidup dan aborsi langsung yang dikehendaki."<ref name="Cat2258"/><ref name="Schreck310"/>
Like the Old Testament, the New Testament seems to depict the lawful use of force by soldiers in legitimate battles as justified.<ref>Catechism of the Catholic Church 2309-2310</ref> The profession of soldier is used as a metaphor by [[Paul the Apostle|Paul]] exhorting the [[Epistle to the Ephesians|Ephesians]] to “put on the full [[armor of God]].”<ref>Ephesians 6</ref> Cornelius, the Roman centurion, is portrayed as a righteous and God-fearing man.<ref>Acts 10, An Exposition of the Bible, Volume 5, Marcus Dods, et al., S.S. Scranton Co., 1903, pp. 428-435</ref> Jesus praises the faith of a Roman centurion on the occasion of healing the centurion’s servant, and states that he has not found such great faith even in Israel.<ref>Luke 7:1-10, An Exposition of the Bible, Volume 5, Marcus Dods, et al., S.S. Scranton Co., 1903, p. 429</ref> When John the Baptist was preaching repentance and baptizing penitent sinners in the Jordan river, soldiers came to John and asked for specific instructions regarding their repentance. John the Baptist did not demand that the soldiers renounce their profession, instead he exhorted them to be content with their pay.<ref>An Exposition of the Bible, Volume 5, Marcus Dods, et al., S.S. Scranton Co., 1903, p. 429</ref>
 
KGK menyatakan bahwa [[embrio]] yang terbentuk "sejak pembuahan harus diperlakukan sebagai pribadi". Dalam bahasa Latin, kata asli untuk "sebagai" adalah "''tamquam''", yang artinya "sebagaimana" atau "sama seperti".<ref>{{KGK|2274}}</ref> "Meskipun Gereja tidak mendefinisikan secara resmi kapan kehidupan manusia benar-benar dimulai, [Gereja] telah menempuh arah untuk mempertahankan bahwa kehidupan manusia ada dari saat pembuahan atau fertilisasi"; menghormati kehidupan di semua tahapan, bahkan potensi kehidupan, umumnya merupakan konteks dokumen-dokumen [[Gereja Katolik|Gereja]].<ref>Rausch, p.150</ref>
{{quote|Don't extort money and don't accuse people falsely—be content with your pay.|Luke 3:14 (NIV)}}
 
[[Aborsi dan Gereja Katolik|Aborsi]] telah secara khusus dan terus menerus dikutuk oleh Gereja sejak abad pertama.<ref name="Cat2258"/><ref>Kreeft, p. 232</ref> Keterlibatan langsung atau secara aktif dalam aborsi menyebabkan hukuman [[ekskomunikasi]] yang berlaku dengan sendirinya saat pelanggaran dilakukan (bahasa Latin: ''[[latae sententiae]]'', "hukuman [telah, yakni: otomatis] dikenakan").<ref name="Schreck310"/> KGK menekankan bahwa hukuman ini tidak dimaksudkan untuk membatasi belas kasihan, tetapi untuk menegaskan bobot kejahatan dan kerugian yang tidak dapat diperbaiki lagi yang telah dilakukan terhadap anak tersebut, sebagaimana terhadap orang tuanya dan masyarakat.<ref name="Cat2258"/><ref name="Schreck310"/> "Keterlibatan aktif" dalam aborsi tidak hanya sebatas pada sang ibu yang dengan kehendak bebasnya menghendaki, tetapi juga dokter, perawat dan siapa saja yang secara langsung membantu dalam melakukan tindakan tersebut. Gereja memiliki berbagai pelayanan rekonsiliasi, misalnya [[Priests for Life]], bagi mereka yang sungguh-sungguh bertobat dari dosa mereka atas keterlibatan aktif dalam aborsi.<ref>Kreeft, p. 233</ref>
Jesus was not condoning violence as the very next verse confirms it was to satisfy the prophecy of Isaiah 53 when he told his disciples to buy a sword if they do not have one, “now if you have a purse, take it, and also a bag; and if you don't have a sword, sell your cloak and buy one.”<ref>Luke 22:36-37 NIV</ref> Jesus was quick to correct his servant for the improper use of the sword in cutting off the ear of the high-priest’s servant.
 
Ajaran resmi Gereja mengizinkan perawatan dan prosedur medis yang dimaksudkan untuk melindungi atau memulihkan kesehatan sang ibu apabila ia akan berada dalam bahaya maut tanpa dilakukannya hal-hal tersebut,<ref>Posner, p. 278</ref> sekalipun prosedur tersebut menimbulkan suatu risiko kematian pada [[janin]] (lih. [[aborsi tidak langsung]]).<ref name="Kelly112"/> Contoh-contohnya seperti pengangkatan [[tuba fallopi]] dalam kasus [[kehamilan ektopik]], pengangkatan rahim yang terkena kanker pada saat kehamilan, dan [[apendektomi]].<ref name="Kelly112">Kelly, pp. 112–113</ref>
{{quote|Then said Jesus unto him, Put up again thy sword into his place: for all they that take the sword shall perish with the sword. Thinkest thou that I cannot now pray to my Father, and he shall presently give me more than twelve legions of angels? |Matthew 26:52-53 (KJV)}}
 
==== Penggunaan embrio untuk penelitian atau pembuahan ====
==Roman Catholic Church==
''United States Catechism for Adults'' memuat satu bagian khusus untuk membahas [[Fertilisasi in vitro|program 'bayi tabung']], penelitian [[sel punca]], dan [[kloning]] dalam kaitannya dengan perintah ini; karena hal-hal ini seringkali menyebabkan pengakhiran hidup embrio manusia maka dipandang sebagai suatu bentuk pembunuhan dengan kadar dosa yang berat.<ref name="USCat392"/> Penelitian [[sel punca embrionik]] disebut sebagai "suatu cara amoral untuk suatu hasil yang baik" dan "tidak dapat diterima secara moral."<ref name="USCat392"/> Para uskup Amerika Serikat mengutip ''Instruksi tentang Penghormatan pada Kehidupan Manusia dalam Asal Mulanya dan tentang Martabat Prokreasi'' yang dikeluarkan [[Kongregasi bagi Doktrin Iman|Kongregasi Ajaran Iman]]: "Tidak ada tujuan yang mulia sekalipun, seperti keuntungan masa mendatang untuk ilmu pengetahuan, untuk manusia lainnya, atau untuk masyarakat, yang dapat dengan cara apapun membenarkan dilakukannya eksperimen pada janin atau [[embrio]] manusia hidup, entah ia mampu bertahan hidup atau tidak, baik di dalam atau di luar tubuh ibunya." Para uskup tersebut menyampaikan bahwa penelitian [[sel punca dewasa]], menggunakan sel-sel yang diperoleh dengan penjelasan dan persetujuan sepenuhnya, adalah suatu bidang penelitian yang dapat diterima secara moral.<ref name="USCat392">USCCB, pp. 392–393</ref>
 
=== Bunuh diri, eutanasia ===
===Modern Catechism===
Perintah ini melarang bunuh diri dan pembunuhan karena belas kasihan (atau [[eutanasia]]) atas mereka yang sekarat, sekalipun untuk menghilangkan penderitaan. Menurut Gereja, perawatan yang biasanya diberikan terhadap mereka yang menghadapi bahaya kematian secara moral tidak dapat dihentikan. "Perawatan yang biasanya diberikan" mengacu pada makanan, air, dan penghilang rasa sakit, namun tidak termasuk "perawatan luar biasa" yang mengacu pada penggunaan [[pipa makanan]] atau respirator yang dipandang bersifat opsional atau sukarela. Mengizinkan orang yang menderita [[penyakit terminal]] (sakit parah yang tidak dapat disembuhkan) untuk meninggal dunia dengan menggunakan obat penghilang rasa sakit yang mungkin mempersingkat hidup mereka, atau menolak perawatan luar biasa seperti [[kemoterapi]] ataupun radiasi, dapat diterima secara moral dan tidak melanggar perintah ini, sesuai dengan [[prinsip akibat ganda]].<ref name="Kreeft236">Kreeft, p. 236</ref>
 
=== Hukuman mati ===
The modern [[Catechism of the Catholic Church]], developed and published in the 1990s under [[John Paul II]], asserts that the prohibition of murder stems from man being created in God’s image and recognizes the principles of bloodguilt as being necessary for all time.<ref>Catechism of the Catholic Church 2259-2260 http://www.vatican.va/archive/catechism/p3s2c2a5.htm</ref> Life is portrayed as sacred, and no one can claim the right to destroy an innocent human being. The sin of shedding of innocent blood cries out to heaven for vengeance.
{{main|Gereja Katolik dan hukuman mati}}
 
Selama dua ratus tahun pertama, orang-orang Kristen "menolak untuk membunuh di dalam militer, dalam mempertahankan diri, atau di dalam sistem peradilan.<ref name=Surlis/> Ketika Gereja pertama kali diakui sebagai suatu lembaga publik pada [[Edik Milan|tahun 313]], sikapnya terhadap hukuman mati menjadi suatu bentuk toleransi meski bukan penerimaan secara langsung.<ref name=Surlis/> Hukuman mati mendapat dukungan dari para teolog Katolik awal, kendati demikian beberapa dari mereka seperti [[Ambrosius]] mendorong para klerus agar tidak memaklumkan atau melaksanakan hukuman mati. [[Agustinus dari Hippo|Agustinus]] menjawab keberatan-keberatan yang berakar pada perintah pertama dalam buku ''[[Kota Allah]]'' karyanya.<ref name="dulles">{{cite news|authorlink=Avery Dulles|last=Dulles|first=Avery|date=April 2001|title=Catholicism and Capital Punishment|url=http://www.firstthings.com/article/2001/04/catholicism-amp-capital-punishment|work=First Things: A Monthly Journal of Religion and Public Life|pages=30–35| volume=121|publisher=catholiceducation.org|accessdate=2016-02-26}}</ref> [[Thomas Aquinas]] dan [[Duns Scotus]] berpendapat bahwa pelaksanaan hukuman mati oleh otoritas sipil didukung [[Kitab Suci Katolik|Kitab Suci]].<ref name="dulles"/> Sebagai prasyarat untuk rekonsiliasi dengan Gereja, [[Paus Innosensius III]] mengharuskan [[Peter Waldo]] dan kaum [[Waldens (Aliran Kristen)|Waldens]] agar menerima bahwa "kekuasaan sekuler dapat, tanpa berdosa berat, melakukan penghakiman darah, asalkan menghukum dengan keadilan, bukan karena kebencian, dengan kehati-hatian, bukan ketergesa-gesaan".<ref name="dulles"/> Paul J. Surlis menyatakan bahwa ajaran-ajaran resmi Gereja tidak secara mutlak mengutuk ataupun mendukung hukuman mati, toleransi terhadap pelaksanaannya mengalami fluktuasi sepanjang zaman.<ref name=Surlis>{{en}} {{cite web |first=Paul|last=Suris |title=Church Teaching and the Death Penalty |url=http://www.vincenter.org/95/surlis.html |accessdate=2009-05-05|publisher=The Vincentian Center for Church and Society|archiveurl=https://web.archive.org/web/20090629182039/http://www.vincenter.org/95/surlis.html|archivedate=2009-06-29|deadurl=yes}}</ref> [[Inkuisisi]] merupakan contoh yang paling sering dikenang terkait dukungan Gereja atas hukuman mati, walaupun sejumlah sejarawan menganggapnya lebih lunak daripada pengadilan-pengadilan sekuler pada zaman tersebut.<ref name="Vidmar150">Vidmar, p. 150</ref><ref name="Peters112">Peters, p. 112</ref>
{{quote|Human life is sacred’’ because from its beginning it involves the creative action of God and it remains for ever in a special relationship with the Creator, who is its sole end. God alone is the Lord of life from its beginning until its end: no one can under any circumstance claim for himself the right directly to destroy an innocent human being… The deliberate murder of an innocent person is gravely contrary to the dignity of the human being, to the golden rule, and to the holiness of the Creator. The law forbidding it is universally valid: it obliges each and everyone, always and everywhere... The fifth commandment forbids [[direct and intentional]] killing as gravely sinful. The murderer and those who cooperate voluntarily in murder commit a sin that cries out to heaven for vengeance.| Catechism of the Catholic Church<ref>Catechism of the Catholic Church 2258,2261,2268 http://www.vatican.va/archive/catechism/p3s2c2a5.htm</ref>}}
 
KGK menyatakan bahwa hukuman mati diizinkan dalam kasus-kasus ekstrem. Hal ini dimungkinkan jika "tanggung jawab dan identitas pihak yang bersalah telah dipastikan sepenuhnya" dan jika hukuman mati adalah satu-satunya cara untuk mempertahankan kehidupan manusia lainnya dari pihak yang bersalah. Namun demikian jika ada cara-cara lain untuk membela orang-orang dari "penyerang yang tidak dapat dibenarkan", cara-cara tersebut lebih diutamakan karena dipandang lebih menghormati martabat manusia dan menjaga kebaikan bersama.<ref name="Cat2258"/> Karena masyarakat modern telah memiliki cara-cara efektif untuk mencegah kejahatan tanpa perlu eksekusi, KGK menyatakan bahwa, "kasus-kasus yang mutlak memerlukan eksekusi pelaku kejahatan 'adalah sangat langka, atau bahkan tidak ada.{{'"}}<ref name="Cat2258"/> [[Paus Yohanes Paulus II]] membahas dan menegaskan hal ini dalam ''[[Evangelium Vitae]]'' yang dipublikasikan pada tahun 1995.<ref name=Surlis/>
Legitimate defense is depicted as justifiable, even if the defender deals his aggressor a lethal blow. However, a man should not use more force than necessary to repel an attack. The legitimate defense of persons and societies should not be considered as an exception to the prohibition of murdering the innocent: the preservation of innocent life is seen as the intended outcome. Injury or death to the aggressor is not the intended outcome, it is the unfortunate consequence of using necessary force to repel an imminent threat.<ref>Catechism of the Catholic Church 2263-2264 http://www.vatican.va/archive/catechism/p3s2c2a5.htm</ref>
 
=== Kesehatan pribadi, jenazah, penguburan ===
{{quote|Legitimate defense can be not only a right but a grave duty for one who is responsible for the lives of others. The defense of the common good requires that an unjust aggressor be rendered unable to cause harm. For this reason, those who legitimately hold authority also have the right to use arms to repel aggressors against the civil community entrusted to their responsibility. | Catechism of the Catholic Church<ref>Catechism of the Catholic Church 2265 http://www.vatican.va/archive/catechism/p3s2c2a5.htm</ref> }}
Menurut ajaran Gereja, penghormatan atas kehidupan manusia mensyaratkan penghormatan tubuh sendiri, menghindari perilaku yang tidak sehat, penyalahgunaan terhadap makanan, alkohol, obat-obatan, obat-obatan terlarang, tato dan tindik tubuh.<ref name="Kreeft236"/> Gereja juga memperingatkan untuk tidak mengikuti kecenderungan perilaku yang "sibuk secara berlebihan dengan kesehatan dan kepuasan tubuh yang 'memberhalakan' kesempurnaan fisik, kebugaran, dan kesuksesan di bidang olahraga."<ref name="Schreck310"/>
 
Tindakan-tindakan penculikan, terorisme, dan penyiksaan dilarang keras, termasuk juga [[Sterilisasi (kedokteran)|sterilisasi]], amputasi dan mutilasi yang dilakukan bukan karena alasan medis terapeutik yang kuat.<ref name="Cat2258"/><ref name="Schreck310"/> Menurut KGK, masyarakat memiliki kewajiban moral agar berusaha menyediakan kondisi-kondisi hidup yang sehat bagi semua orang.<ref name="Kreeft236"/>
The Catholic Catechism teaches that legitimate public authority has the right and duty to punish criminals proportionally to the gravity of the offense to safeguard the public good. Nonlethal means are preferred, if these are sufficient to defend and protect people’s safety. However, recourse to the death penalty is not excluded, provided the guilty party’s identity and responsibility have been fully determined.<ref name="vatican1">Catechism of the Catholic Church 2267 http://www.vatican.va/archive/catechism/p3s2c2a5.htm</ref>
 
Keyakinan Gereja akan [[kebangkitan orang mati|kebangkitan badan]] menyebabkan adanya suatu larangan terhadap [[kremasi]] yang kemudian saat [[Konsili Vatikan II]] tahun 1960-an diubah secara pastoral dengan persyaratan kondisi-kondisi tertentu, misalnya tidak menyangkal keyakinan akan kebangkitan badan, tetapi kondisi-kondisi tersebut seringkali diabaikan bahkan oleh para klerus.<ref>{{en}} {{citation | last = Owen| first =Richard | title =Burial is best–but you can scatter your ashes if you must, rules Vatican | publisher = TimesOnline| url =http://www.timesonline.co.uk/tol/news/world/europe/article3168478.ece|accessdate=28 February 2009 | location=London | date=11 January 2008}}</ref> Menurut KGK, pemakaman orang yang telah meninggal dunia merupakan suatu [[Karya-karya Kasih|karya belas kasih]] jasmaniah yang mengharuskan perlakuan terhadap tubuh dengan rasa hormat dan kasih sehingga praktik-praktik seperti melarung abu jenazah yang dikremasi dan pemakaman di makam tak bertanda dilarang dalam Gereja Katolik. Donasi organ tubuh setelah kematian dan transplantasi organ dengan persyaratan tertentu, juga otopsi jenazah demi alasan hukum dan penyelidikan ilmiah diizinkan.<ref>{{en}} {{citation | last =Paragraph number 2299–2301 | title =Catechism of the Catholic Church | publisher = Libreria Editrice Vaticana| year = 1994| url = http://www.vatican.va/archive/ccc_css/archive/catechism/p3s2c2a5.htm |accessdate=28 February 2009}}</ref>
{{quote|Assuming that the guilty party's identity and responsibility have been fully determined, the traditional teaching of the Church does not exclude recourse to the death penalty, if this is the only possible way of effectively defending human lives against the unjust aggressor. | Catechism of the Catholic Church<ref name="vatican1"/> }}
 
=== Perang dan pertahanan diri ===
Catholicism asserts that [[abortion]] is a grave moral evil because the act takes an innocent human life: human life must be respected and protected absolutely from the moment of conception. From the first moment of his existence, “a human being must be recognized as having the rights of a person - among which is the inviolable right of every innocent being to life.”<ref name="vatican2">Catechism of the Catholic Church 2270 http://www.vatican.va/archive/catechism/p3s2c2a5.htm</ref>
Dalam [[Khotbah di Bukit]], Yesus Kristus mengingatkan adanya perintah "Jangan membunuh"<ref>[http://www.imankatolik.or.id/alkitab.php?k=mat&b=5&a1=21&a2=21 Matius 5:21]</ref> dan kemudian menambahnya dengan larangan-larangan terhadap [[kemarahan]], kebencian, serta dendam.<ref>[http://www.imankatolik.or.id/alkitab.php?k=mat&b=5&a1=22&a2=39 Matius 5:22–39]</ref> Lebih lanjut lagi Kristus meminta murid-murid-Nya supaya mengasihi musuh-musuh mereka.<ref name="CAT2265">{{en}} {{citation | last =Paragraph number 2263–2267 | title =Catechism of the Catholic Church | publisher = Libreria Editrice Vaticana| year = 1994| url = http://www.vatican.va/archive/ccc_css/archive/catechism/p3s2c2a5.htm |accessdate=12 April 2009}}</ref> KGK menegaskan bahwa "adalah sah seseorang menuntut penghormatan atas haknya sendiri untuk hidup."<ref name="CAT2265"/>
[[Peter Kreeft]] mengatakan bahwa "pertahanan diri adalah sah untuk alasan yang sama dengan tidak sahnya bunuh diri: karena kehidupan seseorang merupakan anugerah dari Allah, suatu harta yang wajib kita lestarikan dan pertahankan."<ref name="Kreeft229">Kreeft, p. 229</ref> KGK mengajarkan bahwa "seseorang yang mempertahankan hidupnya tidak bersalah atas pembunuhan kendatipun ia terpaksa mengatasi penyerangnya dengan suatu pukulan mematikan."<ref name="CAT2265"/> Pembelaan atau pertahanan yang sah dapat saja bukan sekadar hak tetapi kewajiban berat bagi seseorang yang bertanggung jawab atas kehidupan orang lain. Pertahanan untuk kebaikan bersama mensyaratkan bahwa penyerang yang tidak dapat dibenarkan dijadikan tidak mampu menyebabkan bahaya. Untuk alasan ini, mereka yang memiliki kewenangan sah juga memiliki hak untuk menggunakan senjata demi menghalau para penyerang masyarakat sipil yang dipercayakan ke dalam tanggung jawab mereka.<ref name="CAT2265"/>
 
Gereja meminta semua orang untuk berdoa dan berupaya mencegah perang yang tidak adil atau tidak dibenarkan, namun [[teori perang yang benar|perang yang dapat dibenarkan]] dimungkinkan dengan kondisi-kondisi tertentu:
{{quote|Before I formed you in the womb I knew you, and before you were born I consecrated you. (Jeremiah 1:5; See also: Job 10:8-12, Psalms 22:10-11)
# Alasan untuk berperang adalah pembelaan diri (defensif).
 
# "Kerugian yang diakibatkan oleh penyerang ... harus diketahui dengan pasti, bersifat berat dan langgeng."
<br>
# Merupakan pilihan terakhir yang diambil setelah semua cara lain untuk mengakhiri "kerugian berat" tersebut terbukti tidak efektif.
 
# Tujuan utamanya adalah perdamaian dan ada kesempatan besar untuk meraih kesuksesan.
My frame was not hidden from you, when I was being made in secret, intricately wrought in the depths of the earth. (Ps 139:15)| Catechism of the Catholic Church<ref name="vatican2"/> }}
# Tidak mengakibatkan kejahatan yang lebih buruk daripada kejahatan yang akan disingkirkan. Hal ini termasuk larangan penggunaan senjata untuk memusnahkan seluruh kota dan daerah beserta para penduduknya.
 
# Diperlukan penghormatan dan perlakuan manusiawi bagi para penduduk sipil, tentara yang terluka, dan tawanan perang. Para tentara yang akan berperang wajib mengabaikan perintah untuk melakukan [[genosida]] dan semua tindakan yang melanggar prinsip-prinsip universal.<ref name="Cat2258"/><ref>Kreeft, p. 238</ref>
Catholic teaching strictly prohibits [[euthanasia]] and [[suicide]] as violations of the commandment, “You shall not kill.”<ref>Catechism of the Catholic Church 2276-2283 http://www.vatican.va/archive/catechism/p3s2c2a5.htm</ref> Recognizing life and health as precious gifts from God, adherents are encouraged to avoid excess of food, tobacco, alcohol, and medications. Endangering others with excesses speed or drunkenness on the roadway incurs grave guilt.<ref>Catechism of the Catholic Church 2288-2290 http://www.vatican.va/archive/catechism/p3s2c2a5.htm</ref> The use of drugs, except on strictly therapeutic grounds is a grave offense. Clandestine production and trafficking in drugs constitute “direct co-operation in evil.” <ref>Catechism of the Catholic Church 2291 http://www.vatican.va/archive/catechism/p3s2c2a5.htm</ref>
 
The Catholic Catechism urges prayer for the avoidance of [[war]]. All citizens and governments are obliged to work toward the avoidance of war. However, it recognizes that governments cannot be denied the lawful right to self-defense, once all peace efforts have failed. The use of legitimate defense by a military force is considered grave and therefore subject to rigorous considerations of moral legitimacy. Elements of a “just war” doctrine are explicitly enumerated.<ref>Catechism of the Catholic Church 2307-2317 http://www.vatican.va/archive/catechism/p3s2c2a5.htm</ref>
 
{{quote|-the damage inflicted by the aggressor on the nation or community of nations must be lasting, grave, and certain;
 
- all other means of putting an end to it must have been shown to be impractical or ineffective;
 
- there must be serious prospects of success;
 
- the use of arms must not produce evils and disorders graver than the evil to be eliminated. The power of modern means of destruction weighs very heavily in evaluating this condition. | Catechism of the Catholic Church<ref>Catechism of the Catholic Church 2309 http://www.vatican.va/archive/catechism/p3s2c2a5.htm</ref> }}
 
=== Penyesatan ===
KGK mengklasifikasikan penyesatan atau skandal di dalam perintah ini, dan mendefinisikannya sebagai "sikap atau perilaku yang menyebabkan orang lain melakukan kejahatan".<ref name="Kreeft237">Kreeft, p. 237</ref> Dalam Injil Matius, Yesus menyatakan, "Barangsiapa menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil ini yang percaya kepada-Ku, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia ditenggelamkan ke dalam laut."<ref>[http://www.imankatolik.or.id/alkitab.php?k=mat&b=18&a1=6&a2=6 Matius 18:6]</ref> Gereja memandangnya sebagai suatu kejahatan serius yang menyebabkan iman, harapan, dan kasih dalam diri orang lain menjadi lemah, terutama jika hal ini dilakukan terhadap anak-anak atau kaum muda dan pelakunya adalah pribadi dari pihak otoritas seperti orang tua, guru, atau imam.<ref name="Cat2258"/><ref name="Kreeft237"/>
<!--
==Reformation and Post-Reformation views==
 
Baris 202 ⟶ 206:
== Referensi ==
{{Reflist|30em}}
 
== Sumber kutipan ==
* {{en}} {{cite book |last=Annas |first=George |authorlink=George Annas |last2=Grodin |first2=Michael |author2-link=Michael Grodin |title=The Nazi doctors and the Nuremberg Code |publisher=[[Oxford University Press]] |year=1995 |isbn=978-0-19-510106-5}}
* {{en}} {{cite book|title=Sanctity of Life and Human Dignity|last=Bayertz|first=Kurt|year=1996|publisher=Springer|isbn=978-0-7923-3739-3}}
* {{en}} {{cite book|title=Catholic Christianity|last=Kreeft|first=Peter|authorlink=Peter Kreeft|year=2001|publisher=Ignatius Press|isbn=0-89870-798-6}}
* {{en}} {{cite book|last=Peters|first=Edward|title=Inquisition|publisher=[[University of California Press]]|year=1989|isbn=978-0-520-06630-4}}
* {{en}} {{cite book|title=Sex and Reason|last=Posner|first= Richard|year=1994|publisher=[[Harvard University Press]]|isbn=978-0-674-80280-3}}
* {{en}} {{cite book |title=Catholicism in the Third Millennium |first=Thomas P. |last=Rausch |editor=Catherine E. Clifford |url=https://books.google.com/books?id=o4jG7X95mMQC |authorlink=Thomas Rausch |year=2003 |edition=2nd |location=Collegeville |publisher=Liturgical Prress |isbn=9780814658994}}
* {{en}} {{cite book|last =USCCB ([[United States Conference of Catholic Bishops]])|title =United States Catechism for Adults|publisher =USCCB Publishing|year = 2008|isbn =978-1-57455-450-2}}
* {{en}} {{cite book|title=The Catholic Church Through the Ages|last=Vidmar|first=John|authorlink=John Vidmar|year=2005|publisher=Paulist Press|isbn=0-8091-4234-1}}
 
== Pustaka tambahan ==