Kapitan Arab: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Edit tanda2 baca |
kTidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 28:
Di [[Cirebon]], ada orang Indonesia Arab ditunjuk sebagai kapten di 1845. Seperti di Batavia, desa Arab di sini pernah menjadi tempat tinggal para Gujarati atau mungkin dari Bengali juga. Pada tahun 1872 daerah koloni Indramayu lepas dari administratif Cirebon yang kemudian ditunjuk seorang kapten Arab pula. Di [[Banjarmasin]] di sekitar 1899, Kapitan Arab adalah Kata Hasan bin Idroes al-Habshi atau lebih dikenal sebagai Habib Ujung Murung.<ref name="awakening">{{cite book |title=The Hadrami Awakening: Community and Identity in the Netherlands East Indies, 1900–1942 |url=https://books.google.com/books?id=c45Xvsq2q4UC&pg=PA26&dq=Kapitein+der+Arabieren |page=25 |first=Natalie |last=Mobini-Kesheh |edition=illustrated |publisher=SEAP Publications |year=1999 |ISBN=978-0877-2772-79}}</ref><ref>{{cite web |url=http://www.kabarbanjarmasin.com/posting/habib-hasan-ujung-murung-sang-kapten-arab.html|title=Habib Hasan Ujung Murung Sang Kapten Arab|accessdate=Jun 8, 2014}}</ref> Penerus Said Hasan sebagai Kapten Arab di Kalimantan Selatan adalah Alwi bin Abdullah al-Habshi, yang kemudian pindah ke [[Barabai]].
Demikian pula, di [[Tegal]], [[Pekalongan]], [[Semarang]], [[Surabaya]], [[Gresik]], [[Pasuruan]], [[Bangil]], Lumajang, Besuki, [[Banyuwangi]], [[Surakarta]], [[Sumenep]], dan berbagai tempat di Nusantara masing-masing memiliki Kapitan Arab. Salah satu alasan pemerintah kolonial melakukan ini adalah untuk memisahkan orang-orang Arab dari orang-orang pribumi.<ref name="para kapiten arab"/>] Di Pekalongan, salah satu Kapten Arab adalah Hasan Saleh Argubi. Di Bangil, beberapa Kapitan Arab diantaranya Saleh bin Muhammad bin Said Sabaja (1892), Muhammad bin Saleh Sabaja (1920), dan Muhammad bin Salim Nabhan (1930).<ref>{{Cite web|url = http://kampungarabsurabaya.blog.com/2014/03/20/bangil-kota-sejarah-yang-dilupakan/|title = Bangil, Terlupakan Dalam Sejarah|date = |accessdate = June 11, 2014|website = Kampung Arab Surabaya|publisher = |last = |first = }}</ref> Di Banyuwangi, beberapa keturuna Arab yang memegang posisi ini, antara lain, adalah Datuk Sulaiman Bauzir, Datuk Dahnan, Habib Assegaf, dan Ahmad Haddad.<ref>{{cite web |url=http://thebanadziway.blogspot.com/2011/02/asal-usul-desa-lateng-kampung-arab.html |title=Asal-usul Desa Lateng Kampung Arab |language=id |accessdate=Jun 9, 2014}}</ref> Di Pasuruan, Kapten Arab adalah seorang Sayyid bernama Alim al-Qadri, yang merupakan kakek dari [[Hamid Algadri]].
Di Gresik, Kapitan Arab pada tahun 1930 adalah Husein bin Muhammad Shahab sementara Kapitan Arab Surabaya adalah Salim bin Awab bin Sungkar, yang memiliki tanah yang luas ({{convert|86500|m2|acre}})) di Pusat Kota [[Surabaya]], Ketabang Barat.<ref>{{Cite book|url=http://jmb.lipi.go.id/index.php/jmb/article/download/230/210|title=Komunitas Arab: Kontinuitas dan Perubahannya di Kota Surabaya 1900-1942|last=Rabani|first=La Ode|first2=Artono|last2=Artono|publisher=Jurnal Masyarakat dan Budaya|year=2005|isbn=|volume=7|location=Surabaya|pages=124|language=Id|issue=2}}</ref>
Baris 40:
Satya|last=Winnie}}</ref>
<gallery mode="packed" heights=
Berkas:Sayid hasan ujung murung.jpg|Habib Ujung Murung,
Berkas:Kapten Arab HABIB ALWI BIN ABDULLAH (Kapten Arab) dan HABIB MUHAMAD BIN ALI BIN YAHYA.jpg|Alwi bin Abdullah bin Alwi bin Sheikh al-Habshi (
Berkas:Orang Arab di Talise 1920. Koleksi Het Geheugen van Nederland.jpg|
Berkas:Alim algadri - grandfather of hamid.jpg|Alim algadri -
</gallery>
|