Said Naum: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Buhadram (bicara | kontrib)
Tulisan rintisan
 
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
Baris 3:
== Sejarah ==
Said Na'um adalah seorang [[Hadhrami]] dan sempat tinggal di [[Palembang]] untuk sebelum kemudian pindah ke [[Pekojan]] di [[Batavia]]. Said adalah seorang pedagang kaya yang memiliki banyak kapal perdagangan dan sebagai tuan tanah di Batavia yang memiliki tanah yang sangat luas. Dia juga seorang yang saleh, memiliki hati bersih, mencintai orang saleh, menghormati fakir-miskin dan yang membutuhkan dan dikenal kedermawanannya dengan '' [[Wakaf]] al-Turbah '' (tanah [[wakaf]]), di mana ia mewakafkan ber[[hektar]] tanahnya untuk digunakan buat sekolah-sekolah, pemakaman dan masjid <ref name="alkisah"/><ref name="masjid_naum">{{cite web| url=http://www.alraimedia.com/Articles.aspx?id=425269 | script-title=ar:مسجد سعيد نعوم - جاكرتا| language=ar| accessdate=July 11, 2014}}</ref>
[[FileBerkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Gebouw waarvan de bovenverdieping in gebruik is als moskee eronder twee woningen Djakarta Pekodjan TMnr 10014934.jpg|thumb| Masjid ''Langgar Tinggi'' yang dibangun oleh Syekh Said Naum, di mana lantai atas digunakan sebagai masjid sementara bagian bawah digunakan sebagai dua rumah di Pekojan, 1949]]
Ia menikah dengan seorang gadis bernama Zainah bint Ubaid, yang memberinya satu-satunya putra bernama Muhammad yang kemudian meninggal, dan beberapa anak perempuan. Tertua adalah Syekhah, yang menikah dengan orang yang benar, Sheikh Salim bin Umar Bahfen. Putrinya lainnya adalah Ruqayyah, yang menikah dengan Sheikh Abdullah bin Said Basalamah, dan yang terakhir adalah Nur, yang menikah dengan Sheikh Said bin Ahmad Jawwas. Semua dari mereka memiliki anak. <Refref name="alkisah"/>
 
[[FileBerkas: Habib abubakar bin ali shahab.jpg | thumb | Cucu Said Naum, Habib Abubakar bin Ali Shahab, yang merupakan salah satu pendiri dan kepala sekolah pertama [[Jamiat Kheir]]]]
 
Setelah pindah ke Batavia, ia kemudian menikahi wanita lain (hal biasa di zaman itu bagi pria untuk memiliki beberapa istri) bernama Nur binti Muhammad Audhah, yang memberinya seorang putri bernama Muznah yang kemudian menikah dengan Ali bin Abubakar bin Umar Shahab, seorang [[Wulayti]] [[Hadhrami]] dari [[Dammun, Yaman | Dammun]], satu kota kecil dekat [[Tarim, Yaman | Tarim]].<ref name="alkisah"/><ref>{{cite web| url=http://distancebetween.info/dammun/al_mustashfa_tarim_ar_rifi| title=Distance between Dammun and Al Mustashfa Tarim Ar Rifi| accessdate=July 11, 2014}}</ref> Pernikahan Muznah dengan Ali Said ini memberikan Said beberapa cucu, yaitu Abubakar, Muhammad, dan sidah<ref>{{Cite web|url = http://ahlussunahwaljamaah.wordpress.com/manakib/al-habib-abubakar-bin-ali-shahab/|title = Habib Abubakar bin Ali Shahab|date = |accessdate = July 11, 2014|website = |publisher = ahlussunahwaljamaah|last = |first = }}</ref>. Cucunya yang bernama Abubakar kemudian menjadi kepala sekolah pertama di [[Jamiat Kheir]].
 
Di Batavia, Said membeli sebidang besar tanah di daerah Pekojan yang disebut ''Tanah Tinggi''. Di tana ini ia kemudian membangun sebuah [[masjid]] yang disebut ''Masjid Tanah Tinggi'' pada bulan November 1833 CE ([[Rajab]] 1249 AH). Karena popularitasnya di kalangan [[Arab Indonesia]], Pemerintah [[Hindia Belanda]] menunjuknya sebagai [[Kapten Arab]] di Batavia dari 1844 ke 1864. .<ref>{{cite journal| url=http://staff.ui.ac.id/system/files/users/evawani.ellisa/publication/indiaisvspekojanpaper.pdf| title=Pekojan: Between the Disappearance of Muslim Arabs and the Emergence of Chinese Communities| publisher=Universitas Indonesia| date=November 30, 2007| author=Ellisa, Evawani }}</ref><ref>
Baris 20:
Di nasa akhir hidupnya ketika kondisi fisik dan bisnisnya menurun, bisnisnya diserahkan kepada seorang mantunya yang bernama Abdullah bin Said Basalamah. Pada tahun 1844, ia menyumbangkan {{convert|22240|m2|acre}} bidang tanah untuk pemakaman di daerah [[Tanah Abang]], Batavia<ref>{{cite journal|work=magazine|url=https://books.google.com/books?id=v74TAQAAMAAJ&q=said+naum+batavia&dq=said+naum+batavia&hl=en&sa=X&ei=erznVMSiH4b2oATAt4DwDg&ved=0CDwQ6AEwBTgK|title=Tempo|publisher=Badan Usaha Jaya Press Japansan Jaya Raya|year=1975|volume=5|accessdate=February 20, 2015}}</ref> Naum was buried in his endowed cemetery near the grave of [[Sheikh]] Salim bin Abdullah bin Sumair who died in 1855 CE (1271 AH).<ref name="alkisah"/>
 
Pada tahun 1970-an, pemerintah Jakarta melakukan tindakan kontroversial dengan merelokasi pemakaman tersebut ke [[Taman Pemakaman Umum Karet Bivak | Karet]]. Mereka menggali kuburan dan sisa-sisa ratusan [[mayat]] untuk dipindahkan ke lokasi baru. Beberapa bagian dari tanah yang diwakafkan sekarang digunakan sebagai sekolah yang diberi nama sesuai namanya.
 
== Lihat juga ==
Baris 29:
 
* {{Cite book | Script-title = ar: رحلة الأصفر | author = ابوبكر إبن علي شهاب | language = ar}}
 
[[Category: Arab diaspora di Indonesia]]
[[Kategori: Hindia Belanda]]
[[Kategori: orang Indonesia keturunan Yaman]]
[[Kategori: Muslim Indonesia]]
[[Kategori: Sunni sufi]]
[[Kategori: sarjana Muslim o
 
[[CategoryKategori: Arab diaspora di Indonesia]]
[[Kategori: Hindia Belanda]]
[[Kategori: orangOrang Indonesia keturunan Yaman]]
[[Kategori: Muslim Indonesia]]
[[Kategori: Sunni sufi]]