Muhammad bin Tughj al-Ikhsyid: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Glorious Engine (bicara | kontrib)
Glorious Engine (bicara | kontrib)
Baris 64:
Sebagai komandan dan penguasa di Mesir, al-Ikhshid adalah seorang penyabar dan berhati-hati. Ia meraih tujuannya melalui diplomasi dan menjalin hubungan dengan orang-orang berkuasa dalam rezim Baghdad seperti halnya melalui pasukan, dan bahkan ia menghindari konfrontasi militer langsung antara dua pihak yang memberikan al-Ikhshid waktu untuk mempertimbangkan situasi di Mesir sebelum bertindak.{{sfn|Bacharach|1975|pp=594–595}} Meskipun telah melangkahi Ibnu Tulun, ia berambisi lebih sederhana dan lebih berpraktik obyektif, seperti halnya sebagian bukti dalam kebijakannya terhadap Suriah dan wilayah Kekhalifahan lainnya.{{sfn|Kennedy|2004|p=312}} Dulunya, di wilayah Suriah dan sebagian Palestina, sebuah kebijakan luar negeri dikeluarkan oleh beberapa penguasa Mesir, untuk memajukan rute invasi terhadap negara tersebut. Ibnu Tujul sebelum dan [[Saladin]] setelah al-Ikhshid merupakan dua contoh khas penguasa Mesir yang menjalani sebagian besar masa pemerintahan mereka dengan mempertahankan kekuasaan atas Suriah, dan menggunakan Mesir sebagai sumber pendapatan dan sumber daya untuk mencapai tujuan tersebut.{{sfn|Bacharach|1975|pp=596–597}} Al-Ikhshid berbeda dari mereka; Bacharach menyebutnya sebagai orang yang "berhati-hati, realis konservatif".{{sfn|Bacharach|1975|p=600}} Tujuannya terbatas namun jelas: perhatian utamanya adalah Mesir dan pendirian keluarganya sebagai dinasti warisan terhadap kawasan tersebut, sementara Suriah masih menjadi perhatian sekunder.{{sfn|Bacharach|1975|pp=597, 603}} Tak seperti penguasa militer lainnya pada masanya, ia tidak berniat memasuki persaingan untuk kekuasaan Baghdad dan pemerintah kekhalifahan melalui jabatan berkuasa ''[[amir al-umara]]''; selain itu, saat Khalifah [[al-Mustakfi]] (r. 944–946) menawarkannya jabatan tersebut, ia menolaknya.{{sfn|Bacharach|1975|pp=597–598}}
 
===Konflik dengan IbnIbnu Ra'iq===
[[Berkas:Syria in the 9th century.svg|thumb|right|250px|Peta kawasan Suriah dan provinsi-provinsinya di bawah kekuasaan Abbasiyah]]
Setelah pengusiran Fatimiyah dari Mesir, al-Ikhshid memerintahkan pasukannya untuk menduduki seluruh Suriah sampai Aleppo, menyekutukan dirinya sendiri dengan suku lokal [[Banu Kilab]], seperti halnya yang dilakukan Ibnu Tulun, untuk memperkuat kekuasaannya atas utara Suriah.{{sfn|Bianquis|1998|p=113}} Sebagai gubernur Suriah, ia menentukan batas-batas darat (''[[thughur]]'') dengan [[Kekaisaran Bizantium]] di [[Silisia]]. Kemudian pada tahun 936/7 atau 937/8 (paling diyakini pada musim gugur 937) ia meraih sebuah kedutaan besar dari kaisar Bizantium, [[Romanos I Lekapenos]] (memerintah tahun 920–944), untuk mengadakan [[pertukaran tahanan Arab–Bizantium|pertukaran tahanan]], Meskipun dilakukan tanpa ijin Khalifah al-Radi, tindakan tersebut diberi penghormatan khusus dan pengakuan tak langsung dari otonomi al-Ikhshid, meskipun korespondensi dan negosiasi untuk peristiwa semacam itu biasanya diajukan kepada khalifah ketimbang para gubernur provinsi. Pertukaran tersebut dilakukan pada musim gugur 938, yang menghasilkan pembebasan 6,300 Muslim untuk jumlah tahanan Bizantium yang setara. Karena Bizantium memiliki 800 lebih tahanan ketimbang Muslim, mereka telah diransum dan secara bertahap dibebaskan sepanjang enam bulan berikutnya.{{sfn|PmbZ|loc=Muḥammad b. Ṭuġǧ al-Iḫšīd (#25443)}}{{sfn|Canard|1936|p=193}}