Arsitektur Fatimiyah: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 202:
Dawoodi Bohra, sebuah kelompok yang terdiri dari sekitar satu juta orang Syi'ah Ismailiyah yang melacak iman mereka kembali untuk melakukan konversi dari [[agama Hindu]] selama masa khalifah Fatimiyah [[Al-Mustansir Billah]] (1029-1094), {{sfn|Sanders|p=111}} telah terlibat dalam restorasi masjid-masjid Kairo sejak tahun [[1970-an]]. Selain menghormati warisan mereka, tujuan kampanye untuk mengembalikan arsitektur Fatimiyah di Kairo adalah untuk mendorong {{wikt|Ziyaret}} Ziyaret, sebuah ziarah yang bertujuan untuk meningkatkan kohesi komunitas Bohra secara internasional. {{sfn|al Sayyad|2011|p=57}} Kegiatan ini telah menarik komentar negatif dari para kritikus di [[Eropa]] dan [[Amerika]] yang percaya bahwa masjid harus dipertahankan dalam keadaan saat ini. {{sfn|Sanders|2008|p=117}}
Pada bulan November 1979, buletin pertama Perhimpunan Pelestarian Sumber Daya Arsitektur Mesir menulis sebuah laporan pedas tentang renovasi Bohras di [[#masjid al-Hakim|masjid al-Hakim]], dengan mengatakan bahwa "Meskipun metode pembiayaan proyek mereka menarik, arkade beton mereka dapat hanya disesali saja." Namun, ketika masjid dibuka kembali setahun kemudian, ''[[The Egyptian Gazette]]'' memuji
Restorasi telah mengubah bangunan dari negara bagian mereka secara signifikan. Helwan marmer telah digunakan secara ekstensif pada permukaan interior dan eksterior, dan prasasti di pedalaman telah disepuh emas. Motif dan desain telah disalin dari satu masjid ke masjid lainnya. Sisi kiblat dari masjid al-Hakim, yang telah diperbaiki secara tidak dapat diperbaiki, digantikan oleh versi marmer dan emas mihrab masjid al-Azhar. {{sfn|Sanders|2008|p=126}} Masjid Lu'lu'a, yang dulu merupakan reruntuhan, telah dibangun kembali sebagai bangunan bertingkat tiga yang agak mirip Bab al-Nasr, dengan elemen dekoratif dari al-Aqmar dan al-Hakim. Kisi-kisi perak dan emas sekarang melampirkan makam di masjid dan mausoleum. Lengkungan, terutama dalam kelompok tiga, dianggap "Fatimiyah", terlepas dari bentuknya. Hasilnya adalah apa yang bisa disebut arsitektur "Neo-Fatimiyah", yang sekarang ditemukan di masjid Bohra baru di seluruh dunia. {{sfn|Sanders|2008|p=127}} Aga Sir Sultan Muhammad Shah, pemimpin sekte Ismailiyah, dimakamkan pada tahun 1957 di sebuah mausoleum yang dibangun dengan gaya neo-Fatimiyah ini. {{sfn|Kerr|2008|p=69}} Dalam beberapa kasus gaya ini menggabungkan elemen yang jelas dari periode yang berbeda. Semua kecuali satu menara Fatimiyah dihancurkan oleh [[gempa bumi]] pada tahun 1303, dan kemudian dibangun kembali oleh Mamluk, namun replika menara ini digunakan di masjid-masjid Neo-Fatimiyah. {{sfn|Sanders|2004|p=141}}
|