Runtuhnya Uni Soviet membawa banyak implikasi terhadap Suriah, [[di mana]] dukungan [[Uni Soviet]] terhadap Suriah semakin berkurang terutama dengan banyaknya utang luar negeri Suriah kepada negeri itu, dan rezim Partai Ba’athBa’ats sendiri mulai goyah. Selama ini, rezim Suriah banyak didukung Uni Soviet dalam Perang Dingin. Persamaan paham sosialisme dan komunisme menjadi perekat keduanya. Walau begitu, pengaruh Inggris dan Perancis yang lama menguasai Suriah tak bisa hilang sama sekali. Dengan bantuan senjata dan dana, Suriah dijadikan alat bagi negara superpower itu untuk menanamkan pengaruhnya di Timur Tengah-sekalipun Suriah memiliki tujuan tersendiri-antara lain dengan mendorong Suriah masuk ke Libanon dan konflik dengan Israel di Dataran Tinggi Golan. Sejak runtuhnya Uni Soviet di akhir [[1991]], al-Assad mengambil kebijakan moderat namun tetap mempertahankan tuntutannya terhadap wilayah Dataran tinggi Golan. Sehingga sampai akhir hayatnya, Suriah tidak menandatangani perjanjian damai dengan Israel.