Pantai Lovina: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Qdaffy123 (bicara | kontrib)
Putraka (bicara | kontrib)
Baris 16:
Waktu itu, beberapa pengamat bisnis mengkawatirkan, bahwa rencana Panji Tisna tidak akan berhasil seperti yang diharapkan. Terlalu awal waktunya untuk membuat usaha sejenis itu di pantai terpencil seperti pantai di Tukad Cebol. Pengamat budaya lokal menyatakan, "Lovina" adalah sebuah kata asing, bukan bahasa Bali. Selanjutnya lagi, tidak ada huruf "v" dalam aksara Bali. Komentar lain mengatakan dengan tegas, jangan menggunakan kata “Lovina”, sebaiknya dihapus saja.
 
Pada tahun 1959, Anak Agung Panji Tisna memindah-tangankan Penginapan Lovina kepada saudara sepupunya yang lebih muda, [[Anak Agung Ngurah Sentanu]] yang waktu itu berusia 22 tahun yang dipercaya untuk meneruskan usaha rintisannya. Bisnis Pondok Wisata Lovina berlanjut. Namun tidak banyak pelancong atau turis ke Lovina. Hanya beberapa teman Panji Tisna yang datang. Mereka berasal dari Amerika dan Eropa, serta pejabat pemerintah daerah setempat dan para pengusaha untuk berlibur. Merasa beruntung juga, karena pada hari-hari khusus seperti hari Minggu dan hari libur, juga pada hari raya seperti Galungan dan Kuningan banyak orang termasuk pelajar yang datang menikmati suasana alam pantai.
 
Namun pada Desember 1960 Kota Singaraja sebagai Ibu Kota Propinsi Bali beralih ke Kota Denpasar. Ekonomi di Singaraja Buleleng terpuruk.
Baris 22:
== Dibekukan ==
[[Berkas:Penlovina.jpg|thumb|Salah satu penunjuk arah yang menunjukkan arah pantai Lovina dan kawasan lainnya]]
Pengembangan pariwisata di Bali yangberkembang pesat padasejak tahun 1980, mendorong pemerintah membentuk kawasan-kawasan wisata, seperti Kawasan Wisata “Kuta” dan “Sanur”. Waktu itu di kabupaten Buleleng, dibentuk dua Kawasan Wisata yaitu Kawasan Wisata “Kalibukbuk” dan Kawasan Wisata “Air Sanih”. Kemudian ada arahan dari Gubernur Bali, agar nama Lovina tidak dikembangkan lagi, karena nama itu tidak dikenal di Bali. Sebaiknya agar dikembangkan pariwisata berakar budaya Bali. Karena itu, para pengusaha untuk selanjutnya agar memakai nama-nama berbudaya Bali seperti contoh yang sudah ada Manggala, Krisna, Angsoka, Nirwana, Lila Cita, Banyualit, Kalibukbuk, Aditya, Ayodia, dan lainnya. Sedangkan Anak Agung Panji Tisna sendiri waktu itu tahun 1974 sudah membangun hotel dengan nama '''“Tasik Madu”''', terletak 100 meter di sebelah Barat lokasi '''"Lovina"''', Namun sayang Hotel Tasikmadu rusak total terkena musibah '''"Gempa Seritit"''' tahun 1976. Sedangkan usaha dengan nama "Lovina" tidak boleh dihadirkan. Nama "Lovina" disimpan oleh pemiliknya, Anak Agung Ngurah Sentanu. Pada tahun 1980 '''"Pondok Lovina"''' selesai direnovasi.Namun mengingat pengarahan Bapak Gubernur maka nama '''"Lovina"''' tidak dipakai. Selanjutnya memakai nama alias yaitu: '''"Pondok Wisata Permata"''' atau '''"Permata Cottages".'''
 
== Bangkit kembali ==