Kemiskinan di India terlihat pada penduduknya, di mana sebagian sangat kaya dan banyak sekali yang miskin <ref name="Yewangoe"/>. Situasi yang terjadi pada tahun 1944 yaitu India sedang mengalami kelaparan di mana-mana, terdapat perbedaan tajam antara kelompok sosial (di mana sekelompok kecil kaya sementara yang banyak yang miskin <ref name="Yewangoe"/>. Selain itu ditambah lagi karena adanya kemasabodohan di antara kelompok sosial, khususnya oleh mereka yang kaya terhadap mereka yang miskin <ref name="Yewangoe"/>. Berdasarkan sensus kepada masyarakat India tahun 1961, dari 439 juta jiwa penduduk India, terdapat 64 juta jiwa yang termasuk dalam kelompok Dalit <ref name="Clarke">{{en}} Sathianathan Clarke. ''Dalits'' ''and'' ''Christianity:'' ''Subaltern'' ''Religion'' '' and'' ''Liberation'' ''Theology'' ''in'' ''India''. New Delhi: Oxford University Press. Hlm. 59-61, 64-65.</ref>. Kemudian pada tahun 1971 tercatat 80 juta kaum Dalit dari total 548 juta penduduk India. Pada tahun 1981, hasil sensus di Tamil Nadu kaum Dalit mencapai lebih dari 18 persen <ref name="Clarke"/>. Bahkan pada tahun 1991 sekitar 138 juta orang adalah kaum Dalit dari 846 juta total penduduk India <ref name="Clarke"/>.
== Pemikiran teologis ==
Teologi Dalit terinpirasi oleh ideologi yang menyerukan pembebasan terhadap segala bentuk penindasan penindasan yang terdapat di seluruh dunia <ref name="Pieris">{{en}} Aloysius Pieris. ''An'' ''Asian'' ''Theology'' ''of'' ''Liberation''. Edinburgh: T&T Clark. Hlm. 104-105.</ref>. Semangat pembebasan ini disesuaikan pada konteks India dengan ajakan untuk mencoba mengakui dan membangun kembali kehidupan komunitas yang difokuskan pada kaum Dalit <ref name="Clarke"/>. Hal ini dikarenakan kaum Dalit dianggap sebagai orang yang tak tersentuh dan orang yang tak terlihat <ref name="Fabella & Sugirtharajah"/><ref name="Sugirtharajah & Hargreaves">{{en}} R.S. Sugirtharajah & Cecil Hargreaves (eds). ''Readings'' ''In'' ''Indian'' ''Christian'' ''Theology'' ''Vol'' ''1''. London: SPCK. Hlm. 37.</ref>. Masuknya Kekristenan di India menyebabkan munculnya Teologi Dalit <ref name="Fabella & Sugirtharajah"/><ref name="Clarke"/>.
Teologi Dalit juga merupakan refleksi yang timbul dari masyarakat di India karena adanya sistem kasta yang berlaku bagi siapa saja yang tinggal di India <ref name="Amaladoss"/>. Teologi Dalit menegaskan adanya hubungan dengan ''pain-pathos'' sebagai ranah berteologi yang mewakili kebudayaan dan keagamaan kaum Dalit <ref name="Fabella & Sugirtharajah"/>. Selain itu, Teologi Dalit juga dihubungkan dengan Yesus <ref name="Fabella & Sugirtharajah"/>. Penderitaan komunitas kaum Dalit mempunyai persamaan dengan penderitaan yang Yesus alami <ref name="Fabella & Sugirtharajah"/>. Hal ini diartikan oleh kaum Dalit dari Kristologi di India <ref name="Yewangoe">{{en}} A.A. Yewangoe. ''Theologia'' ''Cruicis'' ''Di'' ''Asia'' ''(terj)''. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hlm. 38-39, 69-76, 84-90.</ref><ref name="Kuster">{{en}} Volker Kuster. ''The'' ''Many'' ''Faces'' ''of'' ''Jesus'' ''Christ:'' ''Intercultural'' ''Christology''. London: SCM Press. Hlm. 79-88.</ref>.
Beberapa orang mengatakan bahwa berteologi Dalit hanya dapat dilakukan oleh para Dalit itu sendiri, yang telah mengalami penindasan <ref name="Amaladoss"/>. Namun kita harus menyadari bahwa Allah tidak terbatas, Allah berpihak kepada semua orang baik kepada kaum Dalit atau bukan Dalit <ref name="Amaladoss"/>. "Kuasa dan kekuatan yang besar" dan "menggemparkan" menunjuk kepada keperluan kaum Dalit untuk berusaha memperjuangkan hak-hak mereka <ref name="Amaladoss"/>. Tujuannya adalah martabat manusia sebagai umat Allah yang setara (humanisme) <ref name="Amaladoss"/>. Teologi Dalit juga bersifat doksologis <ref name="Amaladoss"/>. Bagi kaum Dalit yang menjadi Kristen dari agama Hindu merupakan pengalaman eksodus (keluaran) yang membebaskan <ref name="Amaladoss"/>. Pengalaman ini mengandung pengharapan eksodus dari para kaum Dalit untuk mendapatkan pembebasan sepenuhnya <ref name="Amaladoss"/>. Akan tetapi perlu diingat bahwa kaum Dalit tidak akan dibebaskan jika sistem kasta sebagai penataan masyarakat tidak turut diubah <ref name="Amaladoss"/>. Kemudian yang terjadi adalah berteologi Dalit juga merupakan bagian dari orang lain yang bersosialisasi dengan mereka <ref name="Amaladoss"/>.
Para Dalit yang termasuk Kristen merasakan pengasingan ganda <ref name="Sugirtharajah & Hargreaves"/>. Mereka termarginalkan oleh kelompok kaya dan para penguasa non-Dalit <ref name="Sugirtharajah & Hargreaves"/>. Selain itu, mereka juga tersiksa dalam gereja-gereja arus utama, di mana anggapan mereka dalam gereja akan mendapatkan emansipasi <ref name="Sugirtharajah & Hargreaves"/>.
== Yesus dan kaum dalit ==
Karya Allah pada kebangkitan Yesus merupakan realitas Eskatologis <ref name="Elwood">{{en}} Douglas J. Elwood. ''Teologi'' ''Kristen'' ''Asia'' ''(terj)''. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hlm. 106-107, 112.</ref>. Kebangkitan menunjukkan bahwa Yesus berada di dalam ruang dan waktu, bukan terpisah melainkan merupakan sebuah totalitas <ref name="Elwood"/>. Hal tersebut tidak hanya sebuah sejarah melainkan sebagai bentuk keterlibatan secara penuh dan mendalam antara zaman Yesus dengan masa manusia sekarang, karena tidak mungkin tercapai realitas Eskatologis tanpa manusia ikut berproses di dalam sejarah <ref name="Elwood"/>. Pendekatan seperti ini dapat dianalogikan terhadap Yesus dan kaum Dalit dengan melihat keterlibatan Teologi dalam kehidupan nyata, partsisipasinya dalam keprihatinan, serta impian untuk memperjuangkan kelompoknya <ref name="Elwood"/>.
|