Bubungan Tinggi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Alamnirvana (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Alamnirvana (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 14:
[[Rumah Banjar]] terdiri dari berbagai jenis dan bentuk, pemisahan jenis dan bentuk rumah Banjar sesuai dengan filsafat dan religi yang bersumber pada kepercayaan nenek moyang yaitu [[Kaharingan]] yang mana dalam kepercayaan [[suku Dayak]] alam semesta yang terbagi menjadi 2 bagian, yaitu alam atas dan alam bawah.
 
[[Rumah Bubungan Tinggi]] merupakan lambang [[mikrokosmos]] dalam [[makrokosmos]] yang besar. Penghuni seakan-akan tinggal di bagian dunia tengah yang diapit oleh dunia atas dan dunia bawah. Di mana mereka hidup dalam keluarga besar, sedang kesatuan dari dunia atas dan dunia bawah melambangkan [[Mahatala]] dan [[JathaJata]].
 
Rumah Bubungan Tinggi melambangkan berpadunya Dunia Atas dan Dunia Bawah di dalam [[Dwitunggal Semesta]].
Baris 20:
Pada peradaban agraris, rumah dianggap keramat karena dianggap sebagai tempat bersemayam secara [[ghaib]] oleh para [[dewata]] seperti pada [[rumah Balai]] suku [[Dayak Meratus]] yang berfungsi sebagai rumah ritual.
 
Pada masa Kerajaan [[Negara Dipa]] sosok nenek moyang diwujudkan dalam bentuk patung pria dan wanita yang disembah dan ditempatkan dalam istana. Pemujaan arwah nenek moyang yang berwujud pemujaan [[Maharaja Suryanata]] dan [[Puteri Junjung Buih]] merupakan simbol persatuan alam atas dan alam bawah Kosmogoni Kaharingan-Hindu.
dan alam bawah Kosmogoni Kaharingan-Hindu.
 
[[Suryanata]] sebagai [[manifestasi]] [[dewa Matahari]] (Surya) dari unsur kepercayaan Kaharingan-Hindu, matahari yang menjadi orientasi karena terbit dari ufuk timur (orient) selalu dinantikan kehadirannya sebagai sumber kehidupan, sedangkan [[Puteri Junjung Buih]] berupa lambang air, sekaligus lambang kesuburan tanah.