Dorokandang, Lasem, Rembang: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Kenrick95Bot (bicara | kontrib)
k Menghapus penggunaan berkas rusak (Kategori:Halaman dengan gambar rusak)
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: penggantian teks otomatis (-asal-usul, +asal usul
Baris 16:
'''Dorokandang''' adalah [[desa]] di [[kecamatan]] [[Lasem, Rembang|Lasem]], [[Kabupaten Rembang|Rembang]], [[Jawa Tengah]], [[Indonesia]].
 
== Asal- usul Nama ==
 
Pada saat Raden [[Panji Margono]] mengasingkan dari [[Kadipaten Lasem]] dan menjalani hidup seperti rakyat kecil, dia membuka lahan untuk perkampungan di sekitar [[sungai]] kecil, sebelah barat Sungai Babagan (Sungai Lasem). Di tanah bekas [[rawa]]-[[rawa]] yang penuh semak belukar itu, terdapat sekali pohon Tal (aren/[[siwalan]]) serta pohon Doro (widoro/[[bidara]]). Seiring berjalannya waktu, banyak orang yang membuat rumah dan tinggal di perkampungan tersebut bersama Raden Panji Margono yang sebenarnya adalah anak seorang Adipati [[Lasem]], Raden Arya Tejakusuma V (Raden Panji Sasongko), yang tak mau menduduki jabatan sebagai Adipati Lasem jika ayahnya sudah turun jabatan. Pada suatu ketika, Raden Panji Margono dan warga membersihkan semak belukar yang tumbuh di sekitar perkampungan. [[Ki Mursodo]], seorang yang menjadi abdi setia sang putra adipati tersebut bertugas merapikan ranting pohon [[bidara|Doro]] yang besar itu bersama beberapa warga kampung. Setelah pohon Doro yang besar itu terlihat bersih dan asri, di sekitar pohon Doro itu dibangun sebuah [[pagar]] dari [[bambu]] yang mengelilingi pohon tersebut sehingga nampak seperti [[kandang]]. Setelah Panji Margono bersama para warga lain selesai membersihkan tempat itu mereka semua merasa sangat lelah karena seharian membersihkan semak-semak belukar. Setelah mereka semua lelah bekerja bakti, mereka pun beristirahat di bawah pohon Doro tersebut. Di sana juga terlihat Raden [[Panji Margono]] yang juga terlihat sangat kelelahan, duduk bersantai bersama warga. Di sela-sela istirahat para warga, Raden Panji Margono berkata "''Sedulur-sedulurku sedoyo, warga-wargaku, elingo. Yen mbesok ono reja-rejane njaman, kanggo pengeling-eling, panggonan iki bakal takjenakno DOROKANDANG!''" (Para saudara-saudaraku, warga-wargaku, ingat-ingatlah. Jika suatu saat jaman sudah berganti menjadi lebih baik, sebagai pengingat kalian semua, tempat ini dan sekitarnya saya namakan DOROKANDANG”. Sejak saat itu dan sampai sekarang tempat itu bernama desa Dorokandang (terdiri dari kata DORO dan KANDANG).