Sejarah Asia: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
Baris 1:
[[Berkas:Chinese silk, 4th Century BC.JPG|thumbjmpl|300px|rightka|Selembar [[sutra]] Tiongkok dari abad ke-4 SM. Perniagaan sutra melalui [[Jalur Sutra]] menghubungkan berbagai negeri mulai dari Tiongkok, India, Asia Tengah dan Timur Tengah, hingga Eropa dan Afrika.]]
 
'''Sejarah Asia''' dapat dilihat sebagai sejarah kolektif dari tiga kawasan pesisir benua Asia, yakni Asia Timur, Asia Selatan, dan Timur Tengah, yang dihubungkan oleh bentangan [[stepa]] yang luas di pedalaman [[Eurasia]].
Baris 93:
==== Kekaisaran Islam perdana ====
{{main|Kekhalifahan Umayyah}}
[[Berkas:Muhammad 11.jpg|thumbjmpl|leftkiri|190px|Muhammad digambarkan berada dalam sebuah mesjid tanpa memperlihatkan satu pun anggota tubuhnya.]]
Sejak 613 sampai pada 630, [[Muhammad]] menyebarkan agama Islam di gurun Arabia, berpuncak pada kemenangannya di [[Mekah]]. Ia kemudian mempersatukan suku-suku Arab menjadi sebuah Kekaisaran Islam yang dikepalai oleh seorang pemimpin agama dan politik, [[khalifah]]. Gabungan suku-suku Arab ini kelak maju menaklukkan Kekaisaran Sasania serta wilayah-wilayah yang kini disebut [[Suriah]], [[Palestina]], [[Mesir]], dan [[Libya]].{{sfn|Stearns|2011|page=148=149}} Sebuah bala pasukan laut Arab dibentuk dan tak lama kemudian menguasai Mediterania, membuat Kekaisaran Bizantium tidak berdaya dalam kepungannya sampai berabad-abad kemudian.{{sfn|Stearns|2011|page=148-149}} Permasalahan-permasalahan seputar penentuan para khalifah pengganti Muhammad berakibat meletusnya [[Perang Riddah]] dan pada akhirnya mengakibatkan perpecahan [[Sunni]]-[[Syi'ah]], dua golongan umat Islam yang saling bertentangan; kaum Sunni pada akhirnya menjadi golongan yang dominan dan mendirikan [[Kekhalifahan Umayyah|Kekhalifahan Umawiyah]].{{sfn|Stearns|2011|page=148-149}}
 
Baris 100:
==== Kekaisaran Abbasiyah ====
{{main|Kekhalifahan Abbasiyah}}
[[Berkas:Abbasid Caliphate most extant.png|230px|thumbjmpl|Keseluruhan wilayah yang pernah dikuasai Kekaisaran Abbasiyah]]
Kekaisaran Umawiyah mengalami kemunduran sejak permulaan abad ke-8 tatkala para pemimpinnya makin lama makin menjauh dari rakyat, terutama dari para pejuang yang telah mempertaruhkan nyawa dalam perang-perang penaklukan.{{sfn|Stearns|2011|page=151}} Sebuah golongan politik baru, Bani Abbas, bergabung dengan golongan-golongan yang memendam kekecewaan, yakni para pejuang, kaum Syi'ah, dan kaum Mawali, kemudian menumbangkan Bani Umayyah pada 750 dalam [[Pertempuran Zab]]. Sisa-sisa Bani Umayyah melarikan diri ke [[Iberia|Semenanjung Iberia]], kemudian mendirikan di sana sebuah kerajaan Islam merdeka, [[Kekhalifahan Kordoba]]. Pembentukan [[Kekhalifahan Abbasiyah]] bermula dengan pemindahan ibu kota ke [[Baghdad]] di Persia (sekarang Irak) pada 762, dan bersamaan dengan itu terjadi pula penerapan tata lembaga politik Persia, seperti pembentukan monarki absolut yang berkuasa penuh secara mutlak tanpa tentangan, serta suatu birokrasi yang lebih baik di bawah kepemimpinan seorang [[Wazir]] yang mengambil alih hampir seluruh tanggung jawab politik dan administrasi yang sebelumnya diemban Khalifah.{{sfn|Stearns|2011|page=154}} Pemerintahan Bani Abbas juga mengalami suatu lonjakan besar di bidang perniagaan, khususnya perniagaan di laut, dengan mengirim kapal-kapal [[dhow|dow]] (bahasa Arab: داو, dāw) yang melanjutkan ekspansi, pertama-tama dengan mengutus para saudagar dan misionaris ke [[India]] dan [[Asia Tenggara]]. Pada akhirnya timbul konflik akibat dari masalah-masalah perompakan di India yang mendorong Bani Abbas mulai berupaya menaklukkan wilayah barat India yang menjadi mitra dagang mereka. Ekspedisi pertama dipimpin oleh seorang panglima berkebangsaan [[bangsa Turk|Turki]], [[Qutb-ud-din Aybak]], dan berjaya mendirikan [[Kesultanan Mamluk (Delhi)|Kesultanan Mamluk]] pada 1206 yang diperintah oleh seorang sultan (bahasa Arab: سلطان) yang berarti "penguasa."
 
[[Berkas:Saladin in Jerusalem.jpg|thumbjmpl|leftkiri|180px|Para prajurit Perang Salib Kristen di hadapan Saladin di Yerusalem]]
 
Akan tetapi pemerintahan Bani Abbas tak lama kemudian tumbang oleh penyebab yang sama dengan penyebab kejatuhan Bani Umayyah. Golongan-golongan yang berbeda-beda di kalangan istana, khususnya sejumlah kelompok [[bangsa Turk|orang Turki]], bertarung memperebutkan kekuasaan. Khalifah mulai bergantung pada para penasihat yang berasal dari keluarga-keluarga kaya, yang kadang-kadang menjadikannya sebagai boneka mereka belaka. Semua ini terjadi tatkala [[Dinasti Buya|wangsa Buya]] berkebangsaan Persia berdiri pada 934. Pemerintah Syi'ah ini hanya mampu bertahan selama seabad lebih, dan dengan cepat dikalahkan bangsa Turki yang kelak membentuk [[dinasti Seljuk|wangsa Seljuk]] menjelang 1051 dan menegakkan kembali pemerintahan Sunni. Meskipun demikian, masalah-masalah seputar suksesi dan selisih paham sengit antar faksi terus-menerus berlanjut selama [[Perang Salib Pertama]], yang dikobarkan oleh bangsa-bangsa Eropa Kristen pada 1095, dan yang umumnya tak diacuhkan para penguasa Muslim yang jauh lebih kuat,{{sfn|Stearns|2011|page=167}} bahkan sesudah para prajurit Perang Salib berhasil menguasai [[Yerusalem]]. Delapan [[Perang Salib]] berikutnya berakhir dengan tingkat keberhasilan berbeda-beda, dan pihak Kristen kelak kehilangan banyak wilayah setelah kaum Muslim bersatu di bawah pimpinan [[Salahuddin Ayyubi|Saladin]] pada penghujung abad ke-12.{{sfn|Stearns|2011|page=167}} Menjelang 1291, seusai [[Perang Salib Kesembilan|Perang Salib Terakhir]] dan jatuhnya kota [[Akko]], pihak Kristen telah kehilangan seluruh wilayah yang pernah direbutnya.{{sfn|Stearns|2011|page=167}}
Baris 117:
Zaman pascakuno Tiongkok adalah zaman kebangkitan dan keruntuhan wangsa Sui, wangsa Tang, wangsa Song, dan wangsa Yuan, yang berdampak pada peningkatan mutu birokrasi, penyebaran [[agama Buddha]], dan munculnya filsafat [[Neo-Konfusianisme]]. Zaman Pertengahan adalah zaman tiada-banding dalam seni tembikar dan seni lukis Tiongkok. Mahakarya-mahakarya arsitektur seperti Gapura Selatan Agung di Todaiji, Jepang, dan kuil Tien-ning di Beijing, Tiongkok, adalah beberapa di antara bangunan-bangunan yang masih bertahan dari zaman ini.
 
[[Berkas:Tang Dynasty circa 700 CE.png|230px|thumbjmpl|Wilayah kekuasaan wangsa Tang [[circa|ca.]] 700]]
 
==== Wangsa Sui ====
Baris 123:
Pada 580-an, sebuah wangsa kuat yang baru muncul dari tengah-tengah sekian banyak faksi yang saling bertikai di Tiongkok. Semuanya bermula tatkala seorang bangsawan bernama Yang Jian menikahkan puterinya dengan kaisar dari wangsa Zhou utara. Kelak Yang Jian menyatakan diri sebagai [[Wen dari Sui|Kaisar Wen dari wangsa Sui]] dan mengambil hati bala tentara kelana dengan menelantarkan golongan cendekiawan konfusianis. Tak lama kemudian Kaisar Wen pun memimpin perang penaklukan atas wangsa Chen selatan dan berhasil mempersatukan kembali Tiongkok di bawah pemerintahan [[Dinasti Sui|wangsa Sui]]. Kaisar Wen menurunkan beban cukai dan membangun lumbung-lumbung yang ia gunakan untuk mencegah bencana kelaparan dan untuk mengendalikan pasar. Ia kelak dibunuh puteranya sendiri yang merebut takhta kekaisaran dan menyatakan diri sebagai [[Kaisar Yang dari Sui|Kaisar Yang dari wangsa Sui]]. Kaisar Yang menghidupkan kembali golongan cendekiawan konfusianis dan birokrasi, yang menimbulkan kemarahan kaum bangsawan dan para panglima bala tentara kelana. Kaisar Yang adalah seorang pemimpin yang melampaui batas, yang menghambur-hamburkan kekayaan Tiongkok untuk hidup bermewah-mewahan dan untuk membiayai usaha-usaha penaklukan atas Korea. Kegagalan-kegagalan militernya dan pengabaiannya terhadap kekaisaran memaksa menteri-menterinya sendiri untuk membunuhnya pada 618, yang menjadi akhir bagi kekuasaan wangsa Sui.
 
[[Berkas:Tang buddha 6.JPG|thumbjmpl|leftkiri|150px|Patung mini Sang Buddha dari Zaman wangsa Tang]]
 
==== Wangsa Tang ====
Baris 153:
== Permulaan zaman modern ==
{{further|Periode modern awal}}
[[Berkas:Fort St. George, Chennai.jpg|thumbjmpl|leftkiri|250 px|Pemandangan [[Fort St. George, India|Fort St. George]] di [[Madras]] pada abad ke-18.]]
 
[[Kekaisaran Rusia]] mulai berekspansi ke Asia semenjak abad ke-17, dan pada akhirnya menguasai seluruh [[Siberia]] dan sebagian besar Asia Tengah menjelang akhir abad ke-19. [[Kesultanan Utsmaniyah|Kekaisaran Osmanli]] menguasai Anatolia, Timur Tengah, Afrika Utara, dan wilayah Balkan semenjak abad ke-16. Pada abad ke-17, [[Suku Manchu|Manchu]] menaklukkan Tiongkok dan mendirikan [[Dinasti Qing|wangsa Qing]]. Pada abad ke-16, [[Kesultanan Mughal|Kekaisaran Mughal]] menguasai sebagian besar India dan menjadi perintis zaman keemasan kedua dalam sejarah India. Hampir sepanjang zaman ini Tiongkok menjadi negara dengan perekonomian terbesar di dunia, diikuti oleh India sampai dengan abad ke-18.
Baris 168:
Demi kemuliaan bangsa, negara Tiongkok mulai mengirim [[Kapal jung|jung-jung]] yang mengesankan melayari [[Laut Tiongkok Selatan]] dan [[Samudera Hindia]]. Sejak 1403 sampai 1433, [[Kaisar Yongle]] menitahkan dilaksanakannya serangkaian [[Pelayaran Cheng Ho ke Samudra Barat|ekspedisi]] di bawah pimpinan Laksamana [[Zheng He]], seorang [[orang kasim|sida-sida]] Muslim dari Tiongkok. Jung-jung Tiongkok mengangkut ratusan prajurit, barang, dan hewan-hewan untuk kebun-kebun binatang, berlayar ke Asia Tenggara, Persia, Arabia selatan, dan Afrika timur untuk mempertontonkan kebesaran Tiongkok. Kehebatannya melampaui yang dilakukan bangsa Eropa kala itu, dan andaikata ekspedisi-ekspedisi ini tidak berakhir, perekonomian dunia mungkin akan berbeda dari yang tampak sekarang.{{sfn|Stearns|2011|page=339|chapter=15|quote=Tak dapat dipungkiri lagi bahwa haluan sejarah dunia mungkin saja berganti arah secara dramatis seandainya gerak maju bangsa Tionghoa ini terus dilanjutkan, karena ekspedisi-ekspedisi berskala kecil dari bangsa Eropa yang mulai menyusuri pesisir barat Afrika sekitar waktu yang sama bukanlah tandingan bagi perpaduan saudagar dan organisasi militer ini.}} Pada 1433, pemerintah Tiongkok memutuskan bahwa pembiayaan angkatan laut adalah pengeluaran yang tidak penting. Angkatan laut Tiongkok perlahan-lahan dibubarkan dan pemerintah mulai memusatkan perhatiannya pada perbaikan dalam negeri dan pertahanan militer. Sudah menjadi prioritas jangka panjang Tiongkok untuk melindungi diri terhadap suku-suku pengembara dan sudah sepatutnya Tiongkok kembali memusatkan perhatiannya pada hal itu.
 
[[Berkas:Schall-von-bell.jpg|thumbjmpl|Adam Schall von Bell (1592–1666), seorang padri [[Yesuit]], berbusana selayaknya seorang pejabat Balai Astronomi Tiongkok.]]
 
Seakan tak terhindarkan, orang-orang Barat pun berlabuh di pantai timur Tiongkok, terutama para misionaris [[Yesuit]] yang mencapai daratan Tiongkok pada 1582. Mereka berupaya [[Misi Tiongkok Yesuit|membuat orang-orang Tionghoa menjadi pemeluk agama Kristen]] dengan jalan pertama-tama mengkonversi orang-orang yang berada di puncak hierarki sosial dan selanjutnya membiarkan golongan-golongan masyarakat di bawahnya ikut beralih keyakinan dengan sendirinya. Guna menghimpun dukungan, banyak padri Yesuit mengadopsi busana, adat-istiadat, dan bahasa Tionghoa.{{sfn|Stearns|2011|page=508|chapter=22|quote=Para Yesuit meyakini bahwa cara terbaik mengkonversi sebuah peradaban agung seperti Tiongkok adalah dengan mengadopsi busana, adat-istiadat, bahasa, dan sopan-santun para pemukanya.}} Beberapa cerdik-pandai Tionghoa berminat mendalami ajaran-ajaran Barat tertentu dan khususnya teknologi Barat. Jelang 1580-an, para cendekiawan Yesuit seperti [[Matteo Ricci]] dan [[Johann Adam Schall von Bell|Adam Schall]] memukau para petinggi Tionghoa dengan kecangihan-kecanggihan teknologi seperti jam lonceng Eropa, kalender dan meriam yang sudah disempurnakan, dan prediksi waktu terjadinya gerhana secara akurat.{{sfn|Stearns|2011|page=508|chapter=22|quote=Bermula pada 1580-an, serangkaian suksesi para cendekiawan Yesuit ... melewatkan sebagian besar waktu mereka di ibu kota kekaisaran, mengoreksi kesalahan-kesalahan pada kalender, menempa meriam, memperbaiki jam-jam lonceng yang diimpor dari Eropa, dan memukau para pejabat-cendekiawan Tionghoa dengan keakuratan peralatan mereka dan kemampuan mereka memprediksi gerhana-gerhana.}} Meskipun beberapa pejabat-cendekiawan menjadi pemeluk agama Kristen, banyak yang curiga pada orang-orang Barat yang mereka sebut "orang-orang barbar" dan bahkan jengkel pada mereka karena merasa malu dikoreksi mereka. Sekalipun demikian sejumlah kecil cendekiawan Yesuit terus hadir di istana untuk memukau kaisar dan para penasihatnya.
Baris 175:
Mendekati akhir 1500-an, pemerintahan yang sangat terpusat, yang memberikan begitu banyak kewenangan kepada kaisar, mulai gagal berfungsi seiring makin seringnya pemimpin yang tidak cakap menduduki tahta. Bersamaan dengan pemimpin-pemimpin yang tidak cakap ini, berkuasa pula pejabat-pejabat yang kian korup dan memanfaatkan kemerosotan pemerintahan demi keuntungan pribadi. Proyek-proyek prasarana umum sekali lagi telantar akibat ketidakpedulian birokrasi sehingga berbuntut pada bencana banjir, kekeringan, dan kelaparan yang menyengsarakan rakyat jelata. Bencana kelaparan dengan cepat bertambah parah sampai-sampai sebagian orang terpaksa menjual anak-anak mereka sebagai budak agar tidak mati kelaparan, atau terpaksa memakan [[pepagan]], kotoran angsa, bahkan [[Kanibalisme|daging manusia]].{{sfn|Stearns|2011|page=509|chapter=22|quote=Rakyat jelata di distrik-distrik yang dilanda bencana kelaparan terpaksa memakan kulit pohon atau kotoran angsa liar. Sejumlah orang menjual anak-anak mereka sebagai budak agar tidak mati kelaparan, dan penduduk di beberapa daerah terpaksa menjadi kanibal.}} Banyak tuan tanah memanfaatkan situasi itu dengan mendirikan rumah-rumah tinggal yang besar tempat para petani yang sudah sangat tertekan itu dapat bekerja dan dieksploitasi. Pada gilirannya, ramai di antara petani-petani itu yang melarikan diri, menjadi penyamun, dan terang-terangan memberontak.
 
[[Berkas:Batavia, C. de Jonghe (1740).jpg|thumbjmpl|leftkiri|160px|Kota Batavia pada abad ke-17, didirikan di tempat yang kini disebut [[Jakarta Utara]]]]
 
Semua kekacauan dan bencana ini berkaitan kemerosotan wangsa Tiongkok yang lazim terjadi di masa-masa sebelumnya, dan berkaitan pula dengan peningkatan ancaman asing. Pada pertengahan abad ke-16, para perompak Jepang dan Tiongkok mulai menerjang pesisir selatan, tanpa dapat dicegah baik oleh birokrasi maupun oleh militer.{{sfn|Stearns|2011|page=510|chapter=22|quote=Salah satu tanda awal gentingnya pengeroposan kekaisaran adalah ketidakmampuan para birokrat dan kekuatan militer Tiongkok untuk mengakhiri maraknya serangan lanun Jepang (dan etnik Tiongkok) yang memporak-porandakan pesisir selatan pada pertengahan abad ke-16.}} Ancaman dari [[suku Manchu|bangsa Manchu]] di utara juga meningkat. Bangsa Manchu sudah menjadi sebuah negara besar di utara Tiongkok, tatkala pada awal abad ke-17 seorang pemimpin setempat bernama [[Nurhaci]] tiba-tiba mempersatukan mereka dalam wadah bala tentara [[Delapan Panji]] yang beranggotakan keluarga-keluarga yang saling berseteru. Bangsa Manchu mengadopsi banyak adat-istiadat bangsa Tionghoa, terutama birokrasi mereka. Meskipun demikian, bangsa Manchu masih tetap menjadi [[Vasal|negara bawahan]] Tiongkok. Pada 1644 administrasi Tiongkok menjadi sangat lemah, [[Kaisar Chongzhen]], Kaisar Tionghoa ke-16 dan yang terakhir, meremehkan kekacauan-kekacauan yang ditimbulkan para pemberontak sampai akhirnya musuh menyerang [[Kota Terlarang]] (kediaman pribadinya). Ia pun segera gantung diri di taman istana.{{sfn|Stearns|2011|page=510|chapter=22|quote=Jelang [1644], aparat administratif telah menjadi sedemikian tidak berdayanya sampai-sampai kaisar wangsa Ming yang terakhir, Chongzhen, tidak menyadari betapa seriusnya sepak terjang musuh sampai para prajurit musuh menjajaki tembok-tembok kota terlarang. ... Chongzhen yang malang memilih undur diri ke taman istana dan menggantung diri dari pada ditangkap.}} Dalam rentang waktu yang cukup singkat, sempat dipermaklumkan berdirinya [[Dinasti Shun|wangsa Shun]], sampai seorang pejabat yang setia pada wangsa Ming meminta dukungan orang-orang Manchu untuk menumbangkan wangsa dadakan itu. Wangsa Shun berakhir dalam setahun dan bangsa Manchu kini berada dalam wilayah yang dilindungi Tembok Besar. Bangsa Manchu pun memanfaatkan situasi itu dan berbaris menuju Beijing, ibu kota Tiongkok. [[Penaklukan Qing atas Ming|Dalam dua dasawarsa]] seluruh Tiongkok jatuh ke tangan Manchu dan [[Dinasti Qing|wangsa Qing]] pun didirikan.