Kesultanan Ternate: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baskoro Aji (bicara | kontrib)
Tag: VisualEditor menghilangkan referensi [ * ]
Baris 10:
|image_coat = Lambang kesultanan ternate.png
|symbol_type =
|p1 = Majapahit
|p2 =
|s1 = Indonesia
Baris 26:
|image_map = Peta-wilayah-uli-lima-dan-uli-siwa.jpg
|image_map_caption = Wilayah Kesultanan Ternate pada abad ke-16 (''Uli Lima'')<ref>[https://saripedia.wordpress.com/tag/benteng-portugis-di-ternate/ Gazw Al-Fikr: Sultan Baabullah, Pembebasan Nusantara Dan “Jihad” Kita Hari Ini.]</ref>
|capital = [[Ternate]]
|common_languages = [[Bahasa Melayu Maluku Utara|Melayu Ternate]]
|government_type = [[Monarki]] [[Kesultanan]]
Baris 41 ⟶ 42:
 
{{Sejarah Indonesia}}
[[BerkasFile:IskandarYang MuhammadMulia JabirSultan Mudaffar Syah of TernateII.jpg|thumb|210px|right|[[Mudaffar Sjah|Sultan Iskandar Muhammad JabirMudaffar Syah II]], Sultan Ternate ke-4748 ([[19291975]]-[[19752015]]).]]
'''Kesultanan Ternate''' atau juga dikenal dengan '''Kerajaan Gapi''' adalah salah satu dari 4 kerajaan [[Islam]] di [[Kepulauan Maluku]] dan merupakan salah satu kerajaan Islam tertua di [[Nusantara]]. Didirikan oleh Baab Mashur Malamo pada tahun 1257. Kesultanan Ternate memiliki peran penting di kawasan timur Nusantara antara [[abad]] ke-13 hingga abad ke-17. Kesultanan Ternate menikmati kegemilangan di paruh abad ke-16 berkat perdagangan [[rempah-rempah]] dan kekuatan militernya. Pada masa jaya kekuasaannya membentang mencakup wilayah [[Maluku]], [[Sulawesi]] bagian utara, timur dan tengah, bagian selatan kepulauan [[Filipina]] hingga sejauh [[Kepulauan Marshall]] di [[Pasifik]].
 
Baris 148 ⟶ 149:
| Muhammad Ilham (Kolano Ara Rimoi) || 1900 - 1902
|-
| Haji Muhammad Usman Syah || 1902 - 1915
|-
| Iskandar Muhammad Jabir Syah || 1929 - 1975
|-
| [[Mudaffar Sjah|Haji Mudaffar Syah (Mudaffar Syah II)]] || 1975 – 2015<ref>[http://news.detik.com/read/2015/02/19/093506/2837357/10/sultan-ternate-meninggal-dunia Artikel:"Sultan Ternate Meninggal Dunia" di Detik.com]</ref>
|-
| Syarifuddin Syah || 2016 – sekarang<ref>[http://regional.liputan6.com/read/2594707/sultan-baru-untuk-redam-prahara-takhta-ternate Sultan Baru untuk Redam Prahara Takhta Ternate]</ref>
|}
 
== Moloku Kie Raha ==
[[BerkasFile:COLLECTIE TROPENMUSEUM Uitzicht op Ternate TMnr 3728-865.jpg|thumb|220px|Lukisan pemandangan [[Pulau Ternate]] dengan [[Gunung Gamalama]]-nya (sekitar tahun [[1883]]-[[1889]]).]]
Selain Ternate, di Maluku juga terdapat paling tidak 3 kerajaan lain yang memiliki pengaruh yaitu [[Kesultanan Tidore]], [[Kesultanan Jailolo]], dan [[Kesultanan Bacan]]. Kerajaan–kerajaan ini merupakan saingan Ternate dalam memperebutkan hegemoni di [[Maluku]]. Berkat perdagangan rempah Ternate menikmati pertumbuhan ekonomi yang mengesankan, dan untuk memperkuat hegemoninya di Maluku, Ternate mulai melakukan ekspansi. Hal ini menimbulkan antipati dan memperbesar kecemburuan kerajaan lain di Maluku yang memandang Ternate sebagai musuh bersama hingga memicu terjadinya [[perang]].
 
Baris 189 ⟶ 188:
 
== Kedatangan Belanda ==
[[BerkasFile:COLLECTIE TROPENMUSEUM Dominee Jansen en controleur Riem met de oudste zoon van de sultan voor het paleis van de sultan van Ternate TMnr 60011844.jpg|thumb|245px|Putra Sultan Ternate bersama seorang ''controleur'' dan seorang warga [[Belanda]] (sekitar tahun [[1900]]).]]
Sepeninggal Sultan Baabullah, Ternate mulai melemah, [[Kerajaan Spanyol]] yang telah bersatu dengan Portugal pada tahun 1580 mencoba menguasai kembali Maluku dengan menyerang Ternate. Dengan kekuatan baru Spanyol memperkuat kedudukannya di [[Filipina]], Ternate pun menjalin aliansi dengan [[Mindanao]] untuk menghalau Spanyol namun gagal, bahkan [[Sultan Said Barakati]] berhasil ditawan Spanyol dan dibuang ke [[Manila]].
 
Baris 197 ⟶ 196:
 
== Perlawanan Rakyat Maluku dan Kejatuhan Ternate ==
[[BerkasFile:COLLECTIE TROPENMUSEUM Lijfwacht van de Sultan van Ternate TMnr 60039372.jpg|thumb|right|220px|Pengawal Sultan Ternate pada tahun [[1910]]-an.]]
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Ingang van het paleis van de sultan van Ternate TMnr 60018584.jpg|thumb|right|220px|''Ngara Lamo'', gerbang Istana Kesultanan Ternate pada tahun [[1910]]-an.]]
Semakin lama cengkeraman dan pengaruh Belanda pada Ternate semakin kuat. Belanda dengan leluasa mengeluarkan peraturan yang merugikan rakyat lewat perintah sultan. Sikap Belanda yang kurang ajar dan sikap sultan yang cenderung manut menimbulkan kekecewaan semua kalangan. Sepanjang abad ke-17, setidaknya ada 4 pemberontakan yang dikobarkan bangsawan Ternate dan rakyat Maluku.
Baris 207 ⟶ 206:
* Sultan Muhammad Nurul Islam atau yang lebih dikenal dengan nama [[Sultan Sibori]] (1675 – 1691) merasa gerah dengan tindak–tanduk Belanda yang semena-mena. Ia kemudian menjalin persekutuan dengan Datuk Abdulrahman penguasa [[Mindanao]], namun upayanya untuk menggalang kekuatan kurang maksimal karena daerah–daerah strategis yang bisa diandalkan untuk basis perlawanan terlanjur jatuh ke tangan Belanda oleh berbagai perjanjian yang dibuat para pendahulunya. Ia kalah dan terpaksa menyingkir ke [[Jailolo]]. Tanggal 7 Juli 1683 Sultan Sibori terpaksa menandatangani perjanjian yang intinya menjadikan Ternate sebagai kerajaan dependen Belanda. Perjanjian ini mengakhiri masa Ternate sebagai negara berdaulat.
 
[[Berkas:Yang Mulia Sultan Mudaffar Syah II.jpg|thumb|200px|right|[[Mudaffar Sjah|Sultan Mudaffar Syah II]], Sultan Ternate ke-48 ([[1975]]-[[2015]]).]]
Meski telah kehilangan kekuasaan mereka, beberapa sultan Ternate berikutnya tetap berjuang mengeluarkan Ternate dari cengkeraman Belanda. Dengan kemampuan yang terbatas karena selalu diawasi mereka hanya mampu menyokong perjuangan rakyatnya secara diam–diam. Yang terakhir tahun 1914 Sultan Haji Muhammad Usman Syah (1896-1927) menggerakkan perlawanan rakyat di wilayah–wilayah kekuasaannya, bermula di wilayah [[Banggai]] dibawah pimpinan Hairuddin Tomagola namun gagal.
 
Di [[Jailolo]], rakyat Tudowongi, Tuwada dan Kao dibawah pimpinan Kapita Banau berhasil menimbulkan kerugian di pihak Belanda, banyak prajurit Belanda yang tewas termasuk Controleur Belanda Agerbeek dan markas mereka diobrak–abrik. Akan tetapi karena keunggulan [[militer]] serta persenjataan yang lebih lengkap dimiliki Belanda perlawanan tersebut berhasil dipatahkan, kapita Banau ditangkap dan dijatuhi hukuman gantung. Sultan Haji Muhammad Usman Syah terbukti terlibat dalam pemberontakan ini oleh karenanya berdasarkan keputusan pemerintah Hindia Belanda, tanggal 23 September 1915 Nono. 47, Sultan Haji Muhammad Usman Syah dicopot dari jabatan sultan dan seluruh hartanya disita, dia dibuang ke [[Bandung]] tahun 1915 dan meninggal disana tahun 1927.
 
Pasca penurunan Sultan Haji Muhammad Usman Syah jabatan sultan sempat lowong selama 14 tahun dan pemerintahan adat dijalankan oleh Jogugu serta dewan kesultanan atau Bobato 18. Sempat muncul keinginan pemerintah Hindia Belanda untuk menghapus Kesultanan Ternate namun niat itu urung dilaksanakan karena khawatir akan terjadi penolakan dan reaksi keras dari penduduk Ternate yang bisa memicu pemberontakan baru, sementara lokasi Ternate berada jauh dari pusat pemerintahan Belanda di Batavia.
 
SampaiDalam saatusianya iniyang kini memasuki usia ke-750 tahun, Kesultanan Ternate masih tetap bertahan meskipun hanya sebatas simbol budaya.
 
== Warisan Ternate ==
[[BerkasFile:Istana sultan ternate.jpg|thumb|250px|left|Istana Kesultanan Ternate di kaki [[Gunung Gamalama]], [[Kota Ternate]].]]
Imperium Nusantara timur yang dipimpin Ternate memang telah runtuh sejak pertengahan abad ke-17 namun pengaruh Ternate sebagai kerajaan dengan sejarah yang panjang masih terus terasa hingga berabad kemudian. Ternate memiliki andil yang sangat besar dalam kebudayaan nusantara bagian timur khususnya [[Sulawesi]] (utara dan pesisir timur) dan Maluku. Pengaruh itu mencakup [[agama]], [[adat-istiadat]] dan [[bahasa]].
 
Sebagai kerajaan pertama yang memeluk Islam, Ternate memiliki peran yang besar dalam upaya pengislaman dan pengenalan syariat-syariat Islam di wilayah timur nusantara dan bagian selatan Filipina. Bentuk organisasi kesultanan serta penerapan syariat Islam yang diperkenalkan pertama kali oleh Sultan Zainal Abidin menjadi standar yang diikuti semua kerajaan di Maluku hampir tanpa perubahan yang berarti.
 
Keberhasilan rakyat Ternate di bawah Sultan Baabullah dalam mengusir Portugal pada tahun 1575 merupakan kemenangan pertama pribumi nusantara atas kekuatan barat, oleh karenanya [[Buya Hamka]] bahkan memuji kemenangan rakyat Ternate yangini telah menunda penjajahan barat atas wilayahbumi timur [[Nusantara]]nusantara selama 100 tahun sekaligus memperkokoh kedudukan Islam, dan sekiranya rakyat Ternate gagal niscaya wilayah timur Indonesia akan menjadi pusat kristen seperti halnya Filipina.
 
[[Berkas:Sultan Ternate membuka Festival Legu Gam 2017.jpg|thumb|300px|right|Sultan Syarifuddin Syah, Sultan Ternate ke-49 (kiri), bersama Sultan Husein Syah dari [[Kesultanan Tidore|Tidore]], [[Gubernur Maluku Utara]] [[Abdul Gani Kasuba]], serta wali kota dan wakil wali kota [[Kota Ternate|Ternate]] saat membuka Festival Legu Gam [[2017]] di Lapangan Ngara Lamo, [[Kota Ternate|Ternate]]<ref>[http://indotimur.com/read/2017/04/01/legu-gam-2017-resmi-dibuka/ Legu Gam 2017 Resmi Dibuka]</ref>.]]
Kedudukan Ternate sebagai kerajaan yang berpengaruh turut pula mengangkat derajat Bahasa Ternate sebagai bahasa pergaulan di berbagai wilayah yang berada dibawah pengaruhnya. Prof E.K.W. Masinambow dalam tulisannya, "Bahasa Ternate dalam konteks bahasa-bahasa Austronesia dan Non Austronesia" mengemukakan bahwa bahasa Ternate memiliki dampak terbesar terhadap [[bahasa Melayu]] yang digunakan masyarakat timur Indonesia. Sebanyak 46% kosakata [[bahasa Melayu]] di [[Manado]] diambil dari Bahasa Ternate. [[Bahasa Melayu Maluku Utara|Bahasa Melayu Ternate]] ini kini digunakan luas di Indonesia Timur terutama [[Sulawesi Utara]], pesisir timur [[Sulawesi Tengah]] dan Selatan, [[Maluku]] dan [[Papua]] dengan dialek yang berbeda–beda.<ref name="Bahasa Melayu Ternate">{{cite book|author= Drs. M. Jusuf Abdulrahman, et.al.|title=Ternate, Bandar Jalur Sutera|year=2001|publisher=LinTas}}</ref>