Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 11:
Sebagai seni pusaka turun-temurun, pembuatan Uru adalah suatu praktik yang tidak terdokumentasi. Tidak ada gambar rancangan, sketsa, gambar, maupun cetak biru yang dijadikan acuan oleh para perajin. Seluruh proses pengerjaan, mulai dari tahap konsep sampai dengan perampungannya, tersimpan rapat-rapat di dalam benak kepala tukang atau kepala galangan, yang memberi petunjuk kerja kepada para pembantunya dari hari ke hari, agar rahasia teknologi pembuatannya tidak sampai bocor. ''[[History (saluran TV)|History Channel]]'' menyiarkan sebuah film dokumenter mengenai pembuatan Uru pada 6 Maret 2017<ref>https://www.facebook.com/238044912896496/videos/1454648004569508</ref>
 
Yang cukup mengejutkan adalah tingginya efektivitas teknik pengerjaan lambung perahu yang telah teruji oleh waktu, dan yang semata-mata dicapai melalui penggunaan perkakas tukang kayu pribumi. Kayu yang disatukan membuat lunas perahu menjadi tahan air. Hal ini membuat Uru menjadi sebuah keajaiban di bidang hasta karya. Lambung dan rangka perahu dikerjakan di galangan, sementara pemasangan mesin dan perlengkapan serta tambahan-tambahan lainnya dikerjakan di tempat lain. Setelah rampung dikerjakan, Uru pun diluncurkan ke sungai oleh para ''Mappila-Khalasi'' (dari kata Arab, ''Khalasi'', yang berarti buruh galangan, kelasi, atau anak buah kapal) dengan semacam mekanisme kerek yang sudah berabad-abad digunakan untuk menggelincirkan perahu di atas sebaris kayu gelondongan sampai mengapung di air.
 
== Lihat pula ==