Arkeologi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Zekti (bicara | kontrib)
menambahkan konteks Indonesia
Baris 1:
'''Arkeologi''', berasal dari [[bahasa Yunani]], ''archaeo'', yang berarti "kuna" dan ''logos'', "ilmu",. Nama [[alternatif]] arkeologi adalah ilmu sejarah kebudayaan [[material]]. Arkeologi adalah ilmu yang mempelajari barang-barangkebudayaan peninggalan(manusia) masa lampaulalu melalui kajian sistematis atas data bendawi yang ditinggalkan. Sebuah namaKajian sistematis meliputi penemuan, dokumentasi, analisis, dan interpretasi data berupa [[alternatifartefak]] arkeologi(budaya bendawi, seperti kapak batu dan bangunan [[candi]]) dan [[ekofak]] (benda lingkungan, seperti batuan, rupa muka bumi, dan fosil). Teknik penelitian yang khas adalah ilmupenggalian sejarah([[ekskavasi]]) kebudayaanarkeologis, meskipun [[materialsurvei]] juga mendapatkan porsi yang cukup besar.
 
Tujuan arkeologi beragam dan menjadi perdebatan yang panjang. Di antaranya adalah yang disebut dengan paradigma arkeologi, yaitu menyusun sejarah [[kebudayaan]], memahami perilaku manusia, serta mengerti proses perubahan budaya. Karena bertujuan untuk memahami budaya manusia, maka ilmu ini termasuk ke dalam kelompok ilmu [[humaniora]]. Meskipun demikian, terdapat berbagai ilmu bantu yang digunakan, antara lain [[sejarah]], [[antropologi]], [[geologi]] (dengan ilmu tentang lapisan pembentuk bumi yang menjadi acuan relatif umur suatu temuan arkeologis), [[geografi]], [[arsitektur]], [[paleoantropologi]] dan [[bioantropologi]], [[fisika]] (antara lain dengan karbon c-14 untuk mendapatkan pertanggalan mutlak), ilmu [[metalurgi]] (untuk mendapatkan unsur-unsur suatu benda logam), serta [[filologi]] (mempelajari naskah lama).
 
Arkeologi pada masa sekarang merangkumi berbagai bidang yang berkait. Sebagai contoh, penemuan mayat yang dikubur akan menarik minat pakar dari berbagai bidang untuk mengkaji tentang pakaian dan jenis bahan digunakan, bentuk [[keramik]] dan cara penyebaran, kepercayaan melalui apa yang dikebumikan bersama mayat tersebut, pakar kimia yang mampu menentukan usia galian melalui cara seperti metoda pengukuran karbon 14. Sedangkan pakar genetik yang ingin mengetahui pergerakan perpindahan manusia purba, meneliti [[DNA]]nya.
 
Secara khusus, arkeologi mempelajari budaya masa silam, yang sudah berusia tua, baik pada masa [[prasejarah]] (sebelum dikenal tulisan), maupun pada masa sejarah (ketika terdapat bukti-bukti tertulis). Pada perkembangannya, arkeologi juga dapat mempelajari budaya masa kini, sebagaimana dipopulerkan dalam kajian budaya bendawi modern (''modern material culture'').
 
Karena bergantung pada benda-benda peninggalan masa lalu, maka arkeologi sangat membutuhkan kelestarian benda-benda tersebut sebagai sumber data. Oleh karena itu, kemudian dikembangkan disiplin lain, yaitu pengelolaan sumberdaya arkeologi (''Archaeological Resources Management''), atau lebih luas lagi adalah pengelolaan sumberdaya budaya (''CRM, Culture Resources Management'').
 
== Perkembangan di Indonesia ==
 
Di Indonesia, perkembangan arkeologi dimulai dari lembaga-lembaga yang bergerak di bidang kebudayaan, seperti [[Bataviaashe Genootshcap van Kunsten en Wettenschappen]] yang kemudian di [[Jakarta]] mendirikan museum tertua, sekarang menjadi [[Museum Nasional]]. Lembaga pemerintah pada masa kolonial yang bergerak di bidang arkeologi adalah [[Oudheidkundige Dienst]] yang banyak membuat survei dan pemugaran atas bangunan-bangunan purbakala terutama candi. Pada masa kemerdekaan, lembaga tersebut menjadi [[Dinas Purbakala]] hingga berkembang sekarang menjadi berbagai lembaga seperti [[Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala]] dan [[Balai Arkeologi]] yang tersebar di daerah-daerah dan [[Direktorat Purbakala]] serta [[Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional]] di Jakarta. Di samping itu, terdapat beberapa perguruan tinggi yang membuka jurusan arkeologi untuk mendidik tenaga sarjana di bidang arkeologi. Perguruan-perguruan tinggi tersebut adalah [[Universitas Indonesia]] (Departemen Arkeologi, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya), [[Universitas Gadjah Mada]] (Jurusan Arkeologi, Fakultas Ilmu Budaya), [[Universitas Hasanuddin]] (Jurusan Arkeologi, Fakultas Sastra), dan [[Universitas Udayana]] (Jurusan Arkeologi, Fakultas Sastra).
 
Ahli arkeologi Indonesia, yang umumnya merupakan lulusan dari keempat perguruan tinggi tersebut, berhimpun dalam Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia. Tokoh-tokoh arkeologi Indonesia yang terkenal antara lain adalah [[R. Soekmono]] yang mengepalai pemugaran [[Candi Borobudur]], dan [[R.P. Soejono]], yang merupakan pendiri dan ketua [[Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia]] pertama dan mantan kepala [[Pusat Penelitian Arkeologi Nasional]].
 
Disiplin Arkeologi Indonesia masih secara kuat diwarnai dengan pembagian kronologis, yaitu periode [[Prasejarah]], periode [[Klasik]] (zaman Hindu-Buddha), periode [[Islam]], serta periode [[Kolonial]]. Satu keistimewaan dari arkeologi Indonesia adalah masuknya disiplin [[Epigrafi]], yang menekuni pembacaan prasasti kuna. Sekarang telah berkembang minat-minat khusus seperti [[etnoarkeologi]], [[arkeologi bawah air]], dan [[arkeometri]]. Terdapat pula sub-disiplin yang berkembang karena persinggungan dengan ilmu lain, seperti [[Arkeologi Lingkungan]] atau [[Arkeologi Ekologi]], [[Arkeologi Ekonomi]], [[Arkeologi Seni]], [[Arkeologi Demografi]], dan [[Arkeologi Arsitektur]].
 
 
 
<!-- Mulai terjemahkan disini
Baris 166 ⟶ 182:
* [[Prasasti]]
* [[Prasasti Nusantara]]
* [[Teotihuacan]]
 
== Pranala luar ==
 
*{{id}} [http://arkeologi.web.id Arkeologi Indonesia - situs arkeologi Indonesia terjadul]
*{{id}} [http://arkeologi.ugm.ac.id Situs resmi Jurusan Arkeologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada]
 
{{Link FA|eo}}