Kota Malang: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Sapnor (bicara | kontrib)
Pemerbaikian konten.
Baris 17:
}}
|size = 265px
|lambang = LambangLogo kotaKota malangMalang color.gifpng
|motto = ''Malangkuçeçwara <br>ꦩꦭꦴꦔ꧀ꦏꦸꦯꦺꦯ꧀ꦮꦫ <br>(Tuhan Menghancurkan Yangyang BathilSalah)''
|peta = Locator kota malang.png
|mapsize =
Baris 72:
 
== Sejarah ==
Wilayah cekungan Malang telah ada sejak masa [[purbakala]] menjadi kawasan pemukiman. Banyaknya [[sungai]] yang mengalir di sekitar tempat ini membuatnya cocok sebagai kawasan pemukiman. Wilayah [[Dinoyo, Lowokwaru, Malang|Dinoyo]] dan [[Tlogomas, Lowokwaru, Malang|Tlogomas]] diketahui merupakan kawasan pemukiman [[prasejarah]].<ref name="Dahlia">Dahlia Irawati. [http://sains.kompas.com/read/xml/2009/10/15/17400542/ditemukan.fondasi.peninggalan.kerajaan.kanjuruhan.di.malang Ditemukan, Fondasi Peninggalan Kerajaan Kanjuruhan di Malang]. Kompas daring. Edisi 15 Oktober 2009. Diakses 16-10-2009.</ref> Selanjutnya, berbagai [[prasasti]] (misalnya [[Prasasti Dinoyo]]), bangunan percandian dan arca-[[arca]], bekas-bekas [[fondasi]] [[batu bata]], bekas saluran [[drainase]], serta berbagai [[gerabah]] ditemukan dari periode akhir [[Kerajaan Kanjuruhan]] (abad ke-8 dan ke-9) juga ditemukan di tempat yang berdekatan.<ref name="Dahlia"/><ref>[http://sains.kompas.com/read/xml/2009/10/16/11372471/fondasi.kuno.1.300.tahun.lalu.ditemukan Fondasi Kuno 1.300 Tahun Lalu Ditemukan]. Kompas Daring Edisi 16 Oktober 2009. Diakses 16-10-2009.</ref>
 
Nama "Malang" sampai saat ini masih diteliti asal-usulnya oleh para ahli sejarah. Para ahli sejarah masih terus menggali sumber-sumber untuk memperoleh jawaban yang tepat atas asal usul nama "Malang". Sampai saat ini telah diperoleh beberapa hipotesa[[hipotesis]] mengenai asal usul nama Malang tersebut.
 
[[Malangkuçeçwara]] (baca: Malangkusheshwara) yang tertulis di dalam lambang kota itu, menurut salah satu hipotesahipotesis merupakan nama sebuah bangunan suci. Nama bangunan suci itu sendiri diketemukan dalam dua prasasti [[Raja Balitung]] dari [[Jawa Tengah]], yakni [[prasastiPrasasti Mantyasih]] tahun [[907]], dan prasasti [[908]] yakni diketemukan di satu tempat antara [[Kota Surabaya-|Surabaya]] dan Malang. Namun demikian dimana, letak sesungguhnya bangunan suci Malangkuçeçwara itu, parabelum ahlidisepakati sejaraholeh masihpara belum memperoleh kesepakatanahli. Satu pihak menduga letak bangunan suci itu adalah di daerah gunungGunung [[Buring]], satu pegunungan yang membujur di sebelah timur kotaKota Malang dimanadi mana terdapat salah satu puncak gunung yang bernama Malang. Pembuktian atas kebenaran dugaan ini masih terus dilakukan karena ternyata, di sebelah barat kotaKota Malang juga terdapat sebuah gunung yang bernama Malang.<ref name=":5">{{Cite web|url=http://kelsumbersari.malangkota.go.id/sejarah-kota-malang/|title=SEJARAH KOTA MALANG »|website=kelsumbersari.malangkota.go.id|language=id-ID|access-date=2017-09-25}}</ref>
 
Pihak yang lain menduga bahwa letak sesungguhnya dari bangunan suci itu terdapat di daerah [[Tumpang]], satu tempat di sebelah utara kota Malang. Sampai saat ini di daerah tersebut masih terdapat sebuah desa yang bernama [[Malangsuka]], yang oleh sebagian ahli sejarah, diduga berasal dari kata Malankuça (baca: Malankusha) yang diucapkan terbalik. Pendapat di atas juga dikuatkan oleh banyaknya bangunan-bangunan purbakala yang berserakan di daerah tersebut, seperti [[Candi Jago]] dan [[Candi Kidal]], yang keduanya merupakan peninggalan zaman [[Kerajaan Singasari]].<ref name=":5" />
 
Dari kedua hipotesa tersebut di atas masih juga belum dapat dipastikan manakah kiranya yang terdahulu dikenal dengan nama Malang yang berasal dari nama bangunan suci [[Malangkuçeçwara]] itu. Apakah daerah di sekitar Malang sekarang, ataukah kedua gunung yang bernama Malang di sekitar daerah itu.
Sebuah prasasti tembaga yang ditemukan akhir tahun [[1974]] di perkebunan Bantaran, [[Wlingi]], sebelah barat daya Malang, dalam satu bagiannya tertulis sebagai berikut : “………… taning sakrid Malang-akalihan wacid lawan macu pasabhanira dyah Limpa Makanagran I ………”. Arti dari kalimat tersebut di atas adalah : “ …….. di sebelah timur tempat berburu sekitar Malang bersama wacid dan mancu, persawahan Dyah Limpa yaitu ………” Dari bunyi prasasti itu ternyata Malang merupakan satu tempat di sebelah timur dari tempat-tempat yang tersebut dalam prasasti itu. Dari prasasti inilah diperoleh satu bukti bahwa pemakaian nama Malang telah ada paling tidak sejak abad [[12 Masehi]].<ref name=":5" />
 
Nama Malangkuçeçwara terdiri atas 3 kata, yakni ''mala'' yang berarti kecurangan, kepalsuan, dan kebatilan; ''angkuça'' (baca: angkusha) yang berarti menghancurkan atau membinasakan; dan ''Içwara'' (baca: ishwara) yang berarti "Tuhan". Sehingga, Malangkuçeçwara berarti "Tuhan telah menghancurkan kebatilankejahatan".
 
Hipotesa-hipotesa terdahulu, barangkali berbeda dengan satu pendapat yang menduga bahwa nama Malang berasal dari kata “Membantah” atau “Menghalang-halangi” (dalam bahasa Jawa berarti Malang). Alkisah Sunan [[Mataram]] yang ingin meluaskan pengaruhnya ke Jawa Timur telah mencoba untuk menduduki daerah Malang. Penduduk daerah itu melakukan perlawanan perang yang hebat. Karena itu Sunan Mataram menganggap bahwa rakyat daerah itu menghalang-halangi, membantah atau malang atas maksud Sunan Mataram. Sejak itu pula daerah tersebut bernama Malang.<ref name=":5" />
 
Timbulnya [[Kerajaan Kanjuruhan]] tersebut, oleh para ahli sejarah dipandang sebagai tonggak awal pertumbuhan pusat pemerintahan yang sampai saat ini, setelah 12 abad berselang, telah berkembang menjadi Kota Malang.
Baris 109:
=== Makna lambang ===
[[Berkas:Logo_Kota_Malang_color.png|jmpl|Logo Kota Malang (Pemerintah Kota Malang)|246x246px]]
DPRDGR mengkukuhkanmengukuhkan lambang Kotamadya Malang dengan Perda No. 4/1970. Bunyi semboyan pada lambang kota adalah "MALANG KUÇEÇWARA". Motto "MALANG KUÇEÇWARA" berarti Tuhan menghancurkan yang bathiljahat, menegakkan yang benar. Berikut ini adalah arti warna dalam logo Kota Malang:<ref>{{Cite web|url=https://halomalang.com/read/2014/12/ngalamers-harus-tahu-arti-lambang-kota-malang?utm_source=articles&utm_term=serba-serbi|title=[Ngalamers Harus Tahu] Arti Lambang Kota Malang - HaloMalang.com|website=halomalang.com|language=ID-IDN|access-date=2017-09-21}}</ref>
* Merah Putih, adalah lambang [[Bendera Indonesia|bendera nasional Indonesia]]
* Kuning, berarti keluhuran dan kebesaran
* Hijau adalah [[Kesuburan tanah|kesuburan]]
* Biru Muda berarti kesetiaan pada [[Tuhan]], [[Indonesia|negara]], dan bangsa
* Segilima[[Segi lima]] berbentuk perisai bermakna semangat perjuangan kepahlawanan, kondisi geografis, [[pegunungan]], serta semangat membangun untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan [[Pancasila.]]
Semboyan tersebut dipakai sejak hari peringatan 50 tahun berdirinya Kotapraja Malang pada 1964,. sebelumSebelum itu, semboyan yang digunakan adalah : "MALANG NAMAKU, MAJU TUJUANKU", yang merupakan terjemahan dari bahasasemboyan [[LatinBahasa (bahasa)Latin|berbahasa Latin]], yaitu "MALANG NOMINOR, SURSUMMOVEOR" yang disahkan denganoleh "Gouvernement besluit dd. 25 April 1938 N. 027". Semboyan baru itu diusulkan oleh Prof. DR. R. Ng. Poerbatjaraka dan erat hubungannya dengan asal mula Kota Malang pada zaman [[Ken Arok]].<ref>{{Cite news|url=http://malangkota.go.id/sekilas-malang/makna-lambang/|title=Makna Lambang - Pemerintah Kota Malang|newspaper=Pemerintah Kota Malang|language=id-ID|access-date=2017-09-21}}</ref>
 
== Astronomi, geografi, dan geologi Kota Malang ==
Baris 165:
 
== Demografi ==
Jumlah penduduk Kota Malang 845.973 jiwa (2014), dengan tingkat pertumbuhan penduduk 0,70% pertahun dari 2010 - 2015, dan 0,63% pertahunper tahun dari 2014 -hingga tahun 2015<ref>{{Cite web|url=https://jatim.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/330|title=BPS Provinsi Jawa Timur|website=jatim.bps.go.id|language=en|access-date=2017-02-17}}</ref>. Dengan luas Kota Malang yang mencapai 110,06 km<sup>2</sup>, kepadatan penduduk Kota Malang mencapai 7.800 jiwa/km<sup>2</sup>.
 
=== Suku bangsa ===
Baris 172:
 
=== Agama ===
Agama mayoritas adalah [[Islam]], diikuti dengan [[Kristen Protestan]], [[Katolik]], [[Hindu]], [[Buddha]], dan [[Agama Kong Hu Cu|Kong Hu Cu]]. Bangunan tempat ibadah banyak yang telah berdiri semenjak zaman kolonial antara lain [[Masjid Jami]] (Masjid Agung), [[Gereja Hati Kudus Yesus]], [http://katedral.keuskupan-malang.web.id/ Gereja KathedralKatedral Ijen] (Santa Perawan Maria dari Gunung Karmel), Klenteng Eng An Kiong di Kotalama serta, Candi Badut di [[Sukun, Malang|Kecamatan Sukun]], dan Purapura di puncak [[Buring, Kedungkandang, Malang|Buring]]. Malang juga menjadi pusat pendidikan keagamaan dengan banyaknya Pesantren, yang terkenal ialah [[Pondok Pesantren Al Hikam]] pimpinan KH. [[Hasyim Muzadi]], dan juga adanya pusat pendidikan Kristen berupa [[Seminari Alkitab]] yang sudah terkenal di seluruh [[Nusantara]], salah satunya adalah [[Seminari Alkitab Asia Tenggara]] yang berdiri di Malang pada 1954.<ref>{{Cite web|url=https://seabs.ac.id/siapa-kami/sejarah/|title=Sejarah {{!}} Seminari Alkitab Asia Tenggara|website=seabs.ac.id|language=id-ID|access-date=2017-09-25}}</ref>
 
=== Bahasa ===
''Lihat pula: [[Dialek Malang]]''
 
Bahasa Indonesia merupakan bahasa resmi nasional di Kota Malang. Namun, [[Bahasabahasa Jawa]] dengan dialek Jawa Timuran merupakan bahasa sehari-hari masyarakat Malang. Kalangan minoritas Suku [[suku Madura]] menuturkan [[Bahasabahasa Madura]]. Malang dikenal memiliki dialek khas yang disebut [[Dialek Malang|Bosoboso Walikan (Osob Kiwalan)]], yaitu cara pengucapan kata secara terbalik,<ref>[https://www.goodnewsfromindonesia.id/2015/07/08/keunikan-bahasa-terbalik-khas-malang GoodNews from Indonesia]. ''www.goodnewsfromindonesia.id''. Diakes tanggal 2017-09-25.</ref> misalnya ''Malang'' menjadi ''Ngalam'', ''bakso'' menjadi ''oskab ''burung'' menjadi ''ngurub'', ''dan contoh lain seperti'' saya bangga aremaArema menang ''menjadi ''ayas bangga aremaArema nganem''' '''. ''Gaya bahasa masyarakat Malang terkenal egaliter dan blak-blakan, yang menunjukkan sikap masyarakatnya yang tegas, lugas dan tidak mengenal basa-basi<ref>{{Cite journal|last=Hanggoro|first=Wahyu Puji|date=2016-01-01|title=BAHASA WALIKAN SEBAGAI IDENTITAS AREK MALANG|url=http://jurnal.fib.uns.ac.id/index.php/etnografi/article/view/218|journal=ETNOGRAFI|language=id|volume=16|issue=1|pages=23–30|issn=411-7258}}</ref>.
 
== Pemerintahan ==