Reformasi Katolik: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 55:
Tarekat Yesuit berperan serta dalam perluasan Gereja di benua Amerika dan Asia, melalui aktivitas misioner mereka. Biografi St. [[Ignatius dari Loyola]] berkontribusi dalam penekanan pada tindakan-tindakan kesalehan populer yang mengalami penurunan pada masa kepemimpinan Paus Aleksander VI dan Paus Leo X. Setelah pulih dari cedera serius yang dialaminya, ia mengikrarkan [[kaul religius|kaul]] untuk "hanya melayani Allah dan paus Roma, wakil-Nya di Bumi". Penekanan pada kepemimpinan paus merupakan suatu penegasan kembali akan kepausan abad pertengahan, selagi Konsili Trento menundukkan [[konsiliarisme]], keyakinan bahwa konsili umum Gereja adalah representasi Allah di dunia ini dan bukan paus. Mengakui paus sebagai seorang pemimpin sepenuhnya, tarekat Yesuit memainkan peranannya dalam Gereja Kontra-Reformasi yang selaras dengan [[Takhta Suci|Takhta Roma]].
==Politik: Belanda==
{{see|Pemberontakan Belanda|Perang Delapan Puluh Tahun}}
[[Image:Peter Paul Rubens - The Adoration of the Magi - WGA20244.jpg|300px|thumb|Lukisan ''Sembah Sujud Ketiga Orang Majus'' (1624) karya [[Peter Paul Rubens]], seniman besar Flandria dari era Kontra-Reformasi.]]
Ketika pihak [[Calvinisme|Kalvinis]] menguasai berbagai wilayah [[Sejarah Belanda|Belanda]] dalam [[Pemberontakan Belanda]], pihak Katolik yang dipimpin oleh [[Felipe II dari Spanyol]] mengadakan perlawanan. Sang raja mengutus [[Alessandro Farnese, Adipati Parma|Alessandro Farnese]] sebagai Gubernur Jenderal [[Belanda Spanyol]] dari tahun 1578 sampai 1592.
Farnese memperoleh keberhasilan dalam kampanye militer tahun 1578–1592 yang dipimpinnya untuk mengatasi [[Pemberontakan Belanda]], merebut kota-kota utama di selatan Spanyol – Belgia dan mengembalikan kendali atas kota-kota itu kepada Spanyol Katolik.<ref>{{en}} Bart de Groof, "Alexander Farnese and the Origins of Modern Belgium", ''Bulletin de l'Institut Historique Belge de Rome'' (1993) Vol. 63, pp 195–219.</ref> Ia memanfaatkan perpecahan yang terjadi dalam jajaran lawan-lawannya antara kaum Flandria yang berbahasa Belanda dengan kaum Walonia yang berbahasa Perancis, menggunakan persuasi untuk mengambil keuntungan dari perpecahan tersebut dan menimbulkan perselisihan yang semakin meningkat. Dengan demikian ia dapat mengembalikan loyalitas provinsi-provinsi Walonia kepada sang raja. Melalui [[Uni Arras|perjanjian Arras]] tahun 1579, ia mengamankan dukungan dari <nowiki>'</nowiki>''Malcontents''<nowiki>'</nowiki>, sebutan bagi para bangsawan Katolik di wilayah selatan.
Tujuh provinsi utara beserta Flandria dan Brabant, yang dikuasai oleh pihak Kalvinis, menanggapi dengan [[Uni Utrecht]] dan memutuskan untuk tetap bersatu guna melawan Spanyol. Farnese mengamankan basisnya di [[:en:County of Hainaut|Hainaut]] dan [[Artois]], kemudian bergerak melawan [[Kadipaten Brabant|Brabant]] dan [[Flandria]]. Kota demi kota dapat dikuasainya: [[Tournai]], [[Maastricht]], [[Breda]], [[Brugge]] dan [[Gent]] membuka gerbang baginya.
Farnese akhirnya melakungan pengepungan atas pelabuhan besar [[Antwerpen]]. Kota itu terbuka menuju ke laut, dikelilingi dengan benteng yang kuat, dan dipertahankan dengan baik di bawah kepemimpinan [[:en:Philips of Marnix, Lord of Saint-Aldegonde|Marnix van St. Aldegonde]]. Farnese memotong semua akses ke laut dengan membangun sebuah [[jembatan ponton|jembatan kapal]] yang melintasi [[Sungai Schelde]]. [[Kejatuhan Antwerpen|Kota tersebut menyerah pada 1585]], dan dikatakan bahwa sekitar 60.000 warga Antwerpen (60% dari populasi sebelum pengepungan) bermigrasi ke wilayah utara. Semua wilayah Belanda bagian selatan kembali berada di bawah kendali Spanyol.
Dalam perang yang utamanya meliputi pengepungan-pengepungan dan bukan pertempuran-pertempuran, Farnese memperlihatkan ketabahan hatinya. Strateginya adalah menawarkan syarat-syarat yang dipandang murah hati agar lawannya menyerah: tidak ada pembunuhan massal ataupun penjarahan; hak istimewa perkotaan yang bersejarah tetap dipertahankan; terdapat amnesti dan pengampunan penuh; persekutuan kembali dengan Gereja Katolik dilakukan secara bertahap.<ref>{{en}} Violet Soen, "Reconquista and Reconciliation in the Dutch Revolt: The Campaign of Governor-General Alexander Farnese (1578–1592)", ''[[Journal of Early Modern History]]'' (2012) 16#1 pp 1–22.</ref>
Sementara itu, para pengungsi Katolik dari Utara berkumpul kembali di Cologne ([[Köln]]) dan [[Douai]] serta mengembangkan suatu identitas Tridentin yang lebih bersemangat juang. Mereka menjadi kekuatan-kekuatan yang memobilisasi Kontra-Reformasi umum di Selatan, dengan demikian memfasilitasi kemunculan negara [[Sejarah Belgia|Belgia]] pada akhirnya.<ref>{{en}} Geert H. Janssen, "The Counter-Reformation of the Refugee: Exile and the Shaping of Catholic Militancy in the Dutch Revolt", ''[[Journal of Ecclesiastical History]]'' (2012) 63#4 pp 671–692</ref>
==Gerakan-gerakan kerohanian==
{{Main|Ignatius dari Loyola|Teresa dari Ávila|Yohanes dari Salib|Fransiskus dari Sales}}
<!--
==Church music==
|