Tionghoa Parit: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Alamnirvana (bicara | kontrib)
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
Baris 1:
[[Berkas:Orang Cina Parit Pleihari Kalsel.jpg|thumbjmpl|200px|GambarOrang Cina Parit Pleihari Kalsel di Museum Wasaka Banjarmasin.]]
 
[[Berkas:Tridarma_Banjarmasin.jpg|thumbjmpl|300px|Daerah [[Gadang, Banjarmasin Tengah, Banjarmasin|Pecinan]] di [[Banjarmasin]].]]
 
'''Tionghoa Parit''' (Bahasa Banjar: '''Cina Parit''') adalah suatu komunitas suku [[Tionghoa-Indonesia]] yang mendiami daerah sungai Parit di [[Pelaihari, Tanah Laut]], [[Kalimantan Selatan]]. Dalam sebutan sehari-hari, orang Tionghoa disebut orang Cina oleh suku Banjar dan cukup sulit lidah orang Banjar menyebut istilah Tionghoa,dan kenyataannya masyarakat Tionghoa di Banjarmasin tinggal di kawasan Pacinan yang terdiri dari Kampung Pacinan Laut (dekat sungai) dan Kampung Pacinan Darat (jauh dari sungai). Masyarakat Tionghoa sendiri menyebut dirinya Cina Banjar bukan Tionghoa Banjar.
Baris 8:
 
== Orang Tionghoa di Kalimantan Selatan ==
[[Berkas:Chinese-wijk-te-Bandjermasi.jpg|thumbjmpl|250px|Kawasan [[pecinan]] di Banjarmasin pada tahun 1862]]
Orang Tionghoa sudah datang ke Kalimantan Selatan pada abad ke-14 (Hikayat Banjar). Kronik Cina Sejarah Dinasti Ming, mencatat kunjungan pedagang-pedagang Tionghoa pada masa Sultan Hidayatullah (raja Banjar muslim ke-3). Di Banjarmasin, suku Tionghoa menempati suatu kawasan yang disebut 'Pacinan' (Chinezen Camp). Sedangkan istilah Orang Tionghoa Parit tidak pernah digunakan sebelumnya dan merupakan istilah yang tidak dikenal sebagai suatu kelompok etnik di Kalimantan Selatan. Penamaan Orang Cina sudah lazim digunakan di [[Kalimantan]] pada umumnya dan bukanlah sesuatu yang dimaksudkan sebagai penghinaan, tetapi semata-mata merupakan penamaan etnik yang sudah digunakan sejak lama di daerah ini. Keberadaan komunitas Orang Cina Parit sekaligus dapat mewakili keberadaan suku Tionghoa secara keseluruhan yang ada di Kalimantan Selatan pada umumnya. Pada pencatatan oleh pemerintah kolonial [[Hindia Belanda]] tahun [[1895]], jumlah suku Tionghoa yang terdapat di ''Zuider en Ooster Afdeeling van Borneo'' ([[Kalsel]]-[[Kalteng]]-[[Kaltim]]-[[Kaltara]]) seluruhnya berjumlah 4.525 jiwa (laki-laki 2.829). Jadi sejak dahulu jumlah populasi di ke-4 provinsi tersebut relatif sedikit dibanding dengan daerah lainnya di [[Borneo]] yaitu [[Kalbar]], [[Sarawak]] dan [[Sabah]] yang jumlah suku Tionghoanya mencapai 40% dari populasi penduduk daerah-daerah tersebut. Di Kalteng, Kalsel dan Kaltim (beserta Kaltara), suku Tionghoa tidak termasuk ke dalam delapan etnik terbesar menurut sensus tahun [[2000]] pada masing-masing provinsi tersebut.
 
[[Berkas:Rumah_Joglo_Gudang.jpg|thumbjmpl|200px|Rumah [[Joglo Gudang]] yang menjadi ciri khas rumah tinggal suku Tionghoa di Banjarmasin yang sudah hampir punah.]]
 
=== Kedatangan Pedagang Cina ===
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Groepsportret met onder meer leerlingen van een Rooms-Katholieke Hollands-Chinese school in Bandjermasin en missionarissen van de MSF TMnr 60051444.jpg|thumbjmpl|250px|rightka|Pelajar-pelajar Sekolah Katolik China di Banjarmasin]]
 
Dalam sebuah catatan [[Kronik Cina]] ''Buku 323 Sejarah [[Dinasti Ming]]'' ([[1368]]-[[1643]]) menyebutkan tetang keberadaan Kesultanan Banjar pada masa Sultan Hidayatullah I (raja Banjar muslim ke-3) yang menunjukkan kunjungan pedagang Cina sekurang-kurangnya sudah terjadi pada masa raja tersebut.
Baris 45:
** Tahun 1912 Luitenans der Chinezen (letnan-letnan China) '''Tjoe Eng Hoei''' dan '''Oe Eng An'''.
 
[[Berkas:Maket_Joglo_Gudang.JPG|thumbjmpl|200px|Maket Rumah Joglo Gudang]]
 
Sukubangsa Tionghoa yang terdapat di Kalsel :