Bendahara: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 25:
Meskipun belum jelas bilamana gelar ini pertama kali dipergunakan, pemerintahan [[Kesultanan Malaka]] pernah dikelola oleh sejumlah bendahara yang sangat berwibawa. Bendahara Malaka yang termasyhur adalah [[Tun Perak]]. Pada masa jabatan Tun Perak, yang meliputi masa pemerintahan beberapa sultan, Malaka mencapai puncak kejayaannya menjelang akhir abad ke-15. Menurut ''[[Sulalatus Salatin]]'' dan ''[[Hikayat Hang Tuah]]'', Tun Perak secara diam-diam menyelamatkan nyawa [[Hang Tuah]], seorang [[laksamana]] yang telah diperintahkan untuk dibunuh oleh Sultan Malaka.
 
Pada 1612, Bendahara [[Tun Sri Lanang]] dari [[Kesultanan Johor]] menerima amanat Sultan Johor, Alauddin Riaayat Syah, untuk menghimpun dan menyusun sejarah Melayu ke dalam bentuk pustaka. Kitab yang dihasilkannya diberi judul ''Sulalatus Salatin'' (silsilah raja-raja) dan dikemudiandi kemudian hari juga lazim disebut [[Sejarah Melayu]]. Kitab ini adalahmerupakan sebuah mahakarya [[bahasa Melayu|sastra Melayu]].

Pada 1699, Bendahara Abdul Jalil naik takhta menjadi Sultan Johor, Abdul Jalil IV, setelah [[Mahmud Syah II, Sultan Johor|Sultan Mahmud Syah II]] mangkat terbunuh tanpa meninggalkan waris. Setelah Sultan Abdul Jalil IV , Bendahara Johor dianugerahi negeri [[Pahang]] sebagai ''Tanah Kurnia'' (tanah ulayat pribadi). Bendahara Tun Abbas dan anak cucunya turun-temurun memerintah atas Pahang sampai akhirnya Tun Mutahir dilengserkan dari tampuk pemerintahan Pahang dalam sebuah [[Perang Saudara Pahang|perang saudara] pada 1863.
 
Kesultanan [[Terengganu]] yang ada saat ini didirikan oleh Sultan Terengganu, Zainal Abidin I, pada 1708. Sutan Zainal Abidin I adalah putra [[Tun Habib Abdul Majid]], Bendahara Johor pada abad ke-17.