[[Berkas:Chairil Anwar - Aku.jpg|thumb|"Aku" karya Anwar pada sebuah dinding di Belanda]]
Menurut seorang sarjanaakademisi sastra Indonesia asal Timor, A. G. Hadzarmawit Netti, puisi "Aku" menekankan sifat individualistis Anwar, sedangkan puisi "Semangat" mencerminkan vitalitas.{{sfn|Netti|2011|p=38}} Netti menganalisis puisi itu sendiri sebagai cerminan kebutuhan Anwar untuk mengendalikan lingkungannya dan tidak dibentuk oleh kekuatan luar, melalui penekanan dua [[bait]] pertama.{{sfn|Netti|2011|p=38}} Menurut Netti, dengan mengendalikan lingkungannya, Anwar mampu melindungi kebebasan dan sifat individualistisnya.{{sfn|Netti|2011|p=39}} Netti menilai baris terakhir sebagai cerminan kebanggaan Anwar di alam individualistis, dan menyimpulkan bahwa Anwar seharusnya setuju dengan filosofi [[Ayn Rand]] tentang [[objektivitas]].{{sfn|Netti|2011|p=40}}
SarjanaAkademi sastrawansastra Indonesia, [[Arief Budiman]] mencatat bahwa "Aku" mencerminkan pandangan Anwar, bahwa orang lain tidak harus peduli padanya, sebagaimana ia tidak peduli terhadap orang lain.{{sfn|Budiman|2007|p=41}} Budiman juga menilai bahwa bait ketiga dan keempat mencerminkan pandangan [[Friedrich Nietzsche]] bahwa penderitaan membuat seseorang menjadi lebih kuat.{{sfn|Budiman|2007|p=28}}