Dorokandang, Lasem, Rembang: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Penggantian teks otomatis (-Krupuk, +Kerupuk; -krupuk, +kerupuk) |
k Bot: Penggantian teks otomatis (-Nampak, +Tampak; -nampak, +tampak; -Nampaknya, +Tampaknya; -nampaknya, +tampaknya) |
||
Baris 18:
== Asal usul Nama ==
Pada saat Raden [[Panji Margono]] mengasingkan dari [[Kadipaten Lasem]] dan menjalani hidup seperti rakyat kecil, dia membuka lahan untuk perkampungan di sekitar [[sungai]] kecil, sebelah barat Sungai Babagan (Sungai Lasem). Di tanah bekas [[rawa]]-[[rawa]] yang penuh semak belukar itu, terdapat sekali pohon Tal (aren/[[siwalan]]) serta pohon Doro (widoro/[[bidara]]). Seiring berjalannya waktu, banyak orang yang membuat rumah dan tinggal di perkampungan tersebut bersama Raden Panji Margono yang sebenarnya adalah anak seorang Adipati [[Lasem]], Raden Arya Tejakusuma V (Raden Panji Sasongko), yang tak mau menduduki jabatan sebagai Adipati Lasem jika ayahnya sudah turun jabatan. Pada suatu ketika, Raden Panji Margono dan warga membersihkan semak belukar yang tumbuh di sekitar perkampungan. [[Ki Mursodo]], seorang yang menjadi abdi setia sang putra adipati tersebut bertugas merapikan ranting pohon [[bidara|Doro]] yang besar itu bersama beberapa warga kampung. Setelah pohon Doro yang besar itu terlihat bersih dan asri, di sekitar pohon Doro itu dibangun sebuah [[pagar]] dari [[bambu]] yang mengelilingi pohon tersebut sehingga
Pada kitab Sejarah (Carita) Lasem, disebutkan sebuah tempat yang didiami Raden Panji Margono yang penuh dengan tanaman Tal (siwalan) hingga Raden Panji Margono pun dijuluki sebagai Panji Lasem Talbaya. Warga di sekitar sana banyak yang bekerja sebagai penyadap pohon Tal untuk diambil air niranya, buahnya dijual atau dikonsumsi warga, serta daunnya dipakai untuk bahan menulis (ron-tal/daun Tal, atau lebih sering disebut Lontar), dan juga sekaligus untuk mengintai pasukan kompeni Belanda dari atas pohon Tal yang tumbuh tinggi, sebagai mata-mata untuk mengetahui bahaya yang ada. Maka, banyak yang menjuluki daerah tersebut dengan nama TALBAYA (terdiri dari kata TAL dan be-BAYA/bahaya).
|