Perang Kurukshetra: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bagas Chrisara memindahkan halaman Perang di Kurukshetra ke Perang Kurukshetra: Per WP:EN.
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
Baris 24:
 
== Latar belakang ==
[[Berkas:Brahma Sarovar at Kurukshetra.jpg|leftkiri|240px|thumbjmpl|[[Kurukshetra]], sebuah daratan suci bagi umat [[Hindu]] di [[Haryana]] ([[India]]). Konon di tempat inilah perang Baratayuda berlangsung dan sloka-sloka dalam kitab ''[[Bhagawadgita]]'' diturunkan]]
<!--
BEBERAPA KUTIPAN DIAMBIL DARI SITUS LAIN, BHAGAWAD GITA, MAHABHARATA,
Baris 36:
Para Korawa, khususnya [[Duryodana]], berambisi menguasai takhta [[Dinasti Kuru]]. Namun ambisi tersebut terhalangi sebab Yudistira dipandang lebih layak menjadi Raja Kuru daripada Duryodana. Untuk mewujudkan ambisinya, Duryodana berusaha menyingkirkan Yudistira dan para Pandawa dengan berbagai upaya, termasuk melakukan usaha pembunuhan. Namun kelima putra Pandu tersebut selalu selamat dari kematian, berkat perlindungan dari pamannya dan sepupu mereka, yaitu [[Widura]] dan [[Kresna]].<ref name="Bhagawad Gita"/>.
 
[[Berkas:Jyotisar Banyan.gif|rightka|240px|thumbjmpl|Sebuah pohon beringin yang dikeramatkan di [[Kurukshetra]], yang dianggap sebagai saksi bisu saat Sri [[Kresna]] menurunkan sloka-sloka suci dalam kitab ''[[Bhagawadgita]]'', sesaat sebelum perang berlangsung.]]
Setelah gagal dalam usaha pembunuhan, kemudian [[Korawa]] memutuskan untuk menipu para Pandawa dengan cara mengajak mereka bermain dadu, dengan syarat yang kalah harus meninggalkan istana selama tiga belas tahun. Permainan dadu yang sudah disetel dengan licik mengakibatkan Pandawa kalah, sehingga mereka harus meninggalkan kerajaan selama tiga belas tahun dan terpaksa mengasingkan diri ke hutan. Sebelum Pandawa dibuang, Dretarastra berjanji akan menyerahkan takhta kerajaan Kuru kepada Yudistira sebab ia merupakan putra mahkota Dinasti Kuru yang sulung.
 
Baris 50:
 
== Persiapan perang ==
[[Berkas:Krishna and Arjun on the chariot, Mahabharata, 18th-19th century, India.jpg|leftkiri|240px|thumbjmpl|Sebuah ilustrasi [[kereta perang]] yang digunakan saat perang di Kurukshetra. Lukisan ini menggambarkan [[Kresna]] yang sedang menjadi kusir kereta [[Arjuna]]. Lukisan dibuat sekitar abad ke-18.]]
[[Kresna]] tidak bersedia bertempur secara pribadi. Ia mengajukan pilihan kepada para [[Pandawa]] dan [[Korawa]], bahwa salah satu boleh meminta pasukan Kresna yang jumlahnya besar sementara yang lain boleh memanfaatkan tenaganya sebagai seorang ksatria. Mendapat kesempatan itu, [[Arjuna]] dan [[Duryodana]] pergi ke [[Kerajaan Dwaraka|Dwaraka]] untuk memilih salah satu dari dua pilihan tersebut.
 
Baris 65:
[[Duryodana]] meminta [[Bisma]] untuk memimpin pasukan [[Korawa]]. Bisma menerimanya dengan perasaan bahwa ketika ia bertarung dengan tulus ikhlas, ia tidak akan tega menyakiti para [[Pandawa]]. Bisma juga tidak ingin bertarung di sisi [[Karna]] dan tidak akan membiarkannya menyerang Pandawa tanpa aba-aba darinya. Bisma juga tidak ingin dia dan Karna menyerang Pandawa bersamaan dengan ksatria Korawa lainnya. Ia tidak ingin penyerangan secara serentak dilakukan oleh Karna dengan alasan bahwa [[kasta]] Karna lebih rendah daripada kastanya. Bagaimanapun juga, Duryodana memaklumi keadaan Bisma dan mengangkatnya sebagai panglima tertinggi pasukan Korawa. Pasukan dibagi menjadi sebelas divisi. Seratus [[Korawa]] dipimpin oleh Duryodana sendiri bersama dengan adiknya — [[Dursasana]], putera kedua Dretarastra, dan dalam pertempuran tersebut Korawa dibantu oleh [[Drona]] dan putranya [[Aswatama]], kakak ipar para Korawa — [[Jayadrata]], serta guru mereka — [[Krepa]]. Selain itu, turut pula [[Kertawarma]] dari [[Yadawa|Wangsa Yadawa]], [[Salya]] dari [[kerajaan Madra|Madra]], [[Sudakshina Kamboja|Sudaksina]] dari [[kerajaan Kamboja|Kamboja]], [[Burisrawa]] putra Somadatta, Raja [[Bahlika]], [[Sangkuni]] dari [[kerajaan Gandhara|Gandhara]], Wrehadbala Raja [[kerajaan Kosala|Kosala]], Winda dan Anuwinda dari [[kerajaan Awanti|Awanti]], dan masih banyak lagi para ksatria dan raja yang memihak Korawa demi [[Hastinapura]] maupun [[Dretarastra]].
 
[[Berkas:EpicIndia.jpg|rightka|300px|thumbjmpl|Peta [[kerajaan pada zaman India kuno]]. Seluruh kerajaan menjadi dua kelompok yang memihak [[Korawa]] maupun [[Pandawa]]. Daratan [[Kurukshetra]] terletak di sebelah utara.]]
 
=== Pihak netral ===
Baris 85:
 
=== Formasi militer ===
[[Berkas:Chakravyuha.svg|rightka|240px|thumbjmpl|Ilustrasi formasi [[Cakrabyuha]] (formasi melingkar), salah satu formasi perang yang digunakan oleh pihak Korawa.]]
 
Formasi militer adalah hal yang penting untuk mencapai kemenangan dalam peperangan. Dengan formasi yang baik dan sempurna, maka musuh juga lebih mudah ditaklukkan. Ada beberapa formasi militer yang disebutkan dalam ''[[Mahabharata]]'', masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri. Beberapa macam formasi militer tersebut sebagai berikut:
Baris 132:
Setelah sepakat dengan formasi dan strategi masing-masing, pasukan kedua belah pihak berbaris rapi. [[Duryodana]] optimis melihat pasukan Korawa memiliki para kesatria tangguh yang setara dengan [[Bima (tokoh Mahabharata)|Bima]] dan [[Arjuna]]. Namun ada tokoh-tokoh lain yang setara dengan mereka seperti [[Satyaki|Yuyudana]] (Satyaki), [[Wirata]], dan [[Drupada]] yang ia anggap sebagai batu rintangan dalam mencapai kajayaan dalam pertempuran. Ia juga optimis karena ksatria-ksatria yang sangat ahli di bidang militer, yaitu [[Bisma]], [[Karna]], [[Kertawarma]], [[Wikarna]], [[Burisrawa]], dan [[Krepa]], ada di pihaknya. Selain itu Raja agung seperti [[Yudhamanyu]] dan [[Uttamauja]] yang sangat perkasa juga turut berpartisipasi dalam pertempuran sebagai penghancur bagi musuh-musuhnya. Bisma, dengan diikuti oleh Para Raja dan ksatria dari kedua belah pihak meniup "sangkala" (terompet kerang) mereka tanda pertempuran akan segera dimulai.
 
[[Berkas:GitaUpadeshTirumala.jpg|leftkiri|240px|thumbjmpl|Patung Kresna yang sedang memberikan wejangan kepada Arjuna menjelang pertempuran. Patung tersebut terdapat di [[Tirumala]], [[India]].]]
Ketika terompet sudah ditiup dan kedua pasukan sudah berhadap-hadapan, bersiap-siap untuk bertempur, [[Arjuna]] menyuruh [[Kresna]], guru spiritual sekaligus kusir keretanya, agar mengemudikan keretanya menuju ke tengah medan pertempuran supaya ia bisa melihat, siapa yang siap bertempur dan siapa yang harus ia hadapi. Tiba-tiba Arjuna dilanda perasaan takut akan kemusnahan wangsa [[Bharata (raja)|Bharata]], keturunan [[Kuru (raja)|Kuru]], nenek moyangnya. Arjuna juga dilanda kebimbangan akan melanjutkan pertarungan atau tidak. Ia melihat kakek tercintanya, bersama-sama dengan gurunya, paman, saudara sepupu, ipar, mertua, dan teman bermain semasa kecil, semuanya kini berada di [[Kurukshetra]], harus bertarung dengannya dan saling bunuh. Arjuna merasa lemah dan tidak tega untuk melakukannya.
 
Dilanda oleh pergolakan batin, antara mana yang merupakan ajaran agama, mana yang benar dan mana yang salah, Arjuna bertanya kepada [[Kresna]] yang mengetahui dengan baik segala ajaran agama. Kresna, yang memilih menjadi kusir kereta Arjuna, menjelaskan dengan panjang lebar ajaran-ajaran ketuhanan dan kewajiban seorang kesatria, agar dapat membedakan antara yang baik dengan yang salah. Ajaran tersebut kemudian dirangkum menjadi sebuah kitab [[filsafat]] yang sangat terkenal yang bernama ''[[Bhagawadgita]]''. Dalam ''Bhagawadgita'', Kresna menyuruh Arjuna untuk tidak ragu dalam melakukan kewajibannya sebagai seorang ksatria yang berada di jalur yang benar. Ia juga mengingatkan bahwa kewajiban Arjuna adalah membunuh siapa saja yang ingin mengalahkan kebajikan dengan kejahatan. Kemudian Sri Kresna menunjukkan bentuk semestanya kepada Arjuna, agar Arjuna tahu siapa ia sesungguhnya sehingga segala keraguan dalam hatinya sirna. Dalam wujud semesta tersebut, ia meyakinkan Arjuna bahwa sebagian besar para ksatria perkasa dikedua belah pihak telah dihancurkan, dan yang bertahan hidup hanya beberapa orang saja, maka tanpa ragu Arjuna harus mau bertempur.
 
[[Berkas:Avatars of Vishnu.jpg|rightka|thumbjmpl|240px|Sebuah patung di [[Singapura]], yang menggambarkan adegan Kresna menampakkan wujud rohaninya (''Wiswarupa'') kepada Arjuna.]]
Sebelum pertempuran dimulai, [[Yudistira]] melakukan sesuatu yang mengejutkan. Tiba-tiba ia meletakkan senjata, melepaskan [[baju zirah]], turun dari kereta dan berjalan ke arah pasukan Korawa dengan mencakupkan tangan seperti berdoa. Para [[Pandawa]] dan para [[Korawa]] tidak percaya dengan apa yang dilakukannya, dan mereka berpikir bahwa Yudistira sudah menyerah bahkan sebelum panah sempat melesat. Ternyata Yudistira tidak menyerah. Dengan hati yang suci Yudistira menyembah [[Bisma]] dan memohon berkah akan keberhasilan. Bisma, kakek dari para Pandawa dan Korawa, memberkati Yudistira. Setelah itu, Yudistira kembali menaiki keretanya dan pertempuran siap untuk dimulai.
 
Baris 153:
 
=== Hari ketiga ===
[[Berkas:Mahabharata2.jpg|rightka|thumbjmpl|275px|Kesabaran [[Kresna]] habis sehingga ia ingin membunuh [[Bisma]] dengan tangannya sendiri, namun dicegah oleh [[Arjuna]].]]
 
Pada hari ketiga, [[Bisma]] memberi instruksi agar pasukan Korawa membentuk formasi burung elang dengan dirinya sendiri sebagai panglima berada di garis depan sementara tentara [[Duryodana]] melindungi barisan belakang. Bisma ingin agar tidak terjadi kegagalan lagi. Sementara itu para Pandawa mengantisipasinya dengan membentuk formasi bulan sabit dengan [[Bima (tokoh Mahabharata)|Bima]] dan [[Arjuna]] sebagai pemimpin sayap kanan dan kiri. Pasukan Korawa menitikberatkan penyerangannya kepada Arjuna. Kemudian kereta Arjuna diserbu oleh berbagai panah dan tombak. Dengan kemahirannya yang hebat, Arjuna membentengi keretanya dengan arus panah yang tak terhitung jumlahnya.
Baris 168:
 
=== Hari kelima ===
[[Berkas:Kurukshetra.jpg|rightka|thumbjmpl|275px|Ilustrasi perang di Kurukshetra dari kitab ''[[Mahabharata]]''.]]
Pada hari kelima, pertempuran terus berlanjut. Pasukan Pandawa dengan segenap tenaga membalas serangan [[Bisma]]. [[Bima (tokoh Mahabharata)|Bima]] berada di garis depan bersama [[Srikandi]] dan [[Drestadyumna]] di sampingnya. [[Satyaki]] berhadapan dengan [[Drona]] dan kesulitan untuk membalas serangannya. [[Bima (tokoh Mahabharata)|Bima]] pergi meninggalkan [[Srikandi]] yang menyerang [[Bisma]]. Karena Srikandi berperan sebagai seorang wanita, Bisma menolak untuk bertarung dan pergi. Sementara itu, Satyaki membinasakan pasukan besar yang dikirim untuk menyerangnya. Pertempuran dilanjutkan dengan pertarungan antara [[Setyaki]] melawan [[Burisrawa]] dan kemudian Satyaki kesusahan sehingga berada dalam situasi genting. Melihat hal itu, Bima datang melindungi Satyaki dan menyelamatkan nyawanya. Di tempat lain, [[Arjuna]] bertempur dan membunuh ribuan tentara yang dikirim [[Duryodana]] untuk menyerangnya.
 
Baris 204:
 
=== Hari kesepuluh ===
[[Berkas:The Death of Bhisma.jpg|rightka|275px|thumbjmpl|Lukisan Bisma yang tidur di ranjang panah menjelang kematiannya. Sebuah koleksi dari [[Smithsonian Institution|Institusi Smithsonian]].]]
[[Berkas:Razmnama Bhishma.jpg|rightka|240px|thumbjmpl|Lukisan Bisma saat sekarat, sedang berbaring dengan tubuh ditancapi ratusan panah. Lukisan diambil dari kitab ''Razmnama'', atau ''Mahabharata'' versi [[Persia]].]]
 
Pada hari kesepuluh, [[Pandawa]] yang merasa tidak mungkin untuk mengalahkan [[Bisma]] menyusun suatu strategi. Mereka berencana untuk menempatkan [[Srikandi]] di depan kereta [[Arjuna]], sementara Arjuna sendiri akan menyerang [[Bisma]] dari belakang Srikandi. Srikandi dipilih sebagai tameng Arjuna sebab ia merupakan seorang wanita yang berganti kelamin menjadi pria, dan hal itu membuat Bisma enggan menyerang Srikandi. Disamping itu, Srikandi merupakan [[reinkarnasi]] [[Amba]], wanita yang mati karena perasaannya disakiti oleh Bisma, dan bersumpah akan terlahir kembali sebagai pembunuh Bisma yang menjadi penyebab atas penderitaannya.
Baris 222:
 
=== Hari ketiga belas ===
[[Berkas:Halebid2.JPG|leftkiri|240px|thumbjmpl|Ukiran di Kuil Hoysaleswara ([[Halebid]], [[India]]), yang menggambarkan [[Abimanyu]] saat terkurung dalam formasi Cakrabyuha.]]
 
Duryodana memanggil [[Bhagadatta]], Raja [[Kerajaan Pragjyotisha|Pragjyotisha]] (di zaman sekarang disebut [[Assam]], sebuah wilayah di [[India]]). Bhagadatta merupakan putera dari [[Narakasura]], raja yang dibunuh oleh [[Kresna]] beberapa tahun sebelumnya. Bhagadatta memiliki ribuan gajah yang berukuran sangat besar sebagai kekuatan pasukannya, dan ia dianggap sebagai kesatria terkuat di antara seluruh kesatria penunggang [[gajah]] pada zamannya. Bhagadatta menyerang Arjuna dengan mengendarai gajah raksasanya yang bernama Supratika. Pertempuran antara Arjuna melawan Bhagadatta terjadi dengan sangat sengit.
Baris 231:
 
=== Hari keempat belas ===
[[FileBerkas:Death of Jayadratha.jpg|thumbjmpl|leftkiri|[[Arjuna]] melawan [[Jayadrata]]]]
Saat berusaha mencari Jayadrata di medan pertempuran, Arjuna menghancurkan satu [[aksauhini]] (109.350 tentara) prajurit Korawa. Pasukan Korawa melindungi [[Jayadrata]] dengan baik, untuk mencegah Arjuna menyerangnya. Akhirnya, menjelang sore, Arjuna mendapati bahwa Jayadrata dikawal oleh [[Karna]] dan lima kesatria perkasa lainnya. Setelah melihat keadaan temannya, [[Kresna]] mengangkat [[Sudarsana Cakra]]-nya untuk menutupi matahari, menipu seolah-olah matahari terbenam. Seluruh prajurit menghantikan pertempuran karena merasa bahwa siang hari telah berakhir. Dengan demikian, Jayadrata tanpa perlindungan. Saat matahari menampakkan sinar terakhirnya di hari tersebut, Arjuna menembakkan panah dahsyatnya yang kemudian memenggal kepala Jayadrata.
 
Baris 237:
 
=== Hari kelima belas ===
[[Berkas:Arjuna and His Charioteer Krishna Confront Karna.jpg|leftkiri|thumbjmpl|300px|Sebuah lukisan dari [[Himachal Pradesh]], [[India]]. Di sini digambarkan Arjuna dan pasukannya (kiri) menghadapi Karna dan pasukannya (kanan).]]
Setelah Raja [[Drupada]] dan Raja [[Wirata]] dibunuh oleh [[Drona]], [[Bima (tokoh Mahabharata)|Bima]] dan [[Drestadyumna]] bertarung dengannya di hari kelima belas. Karena Drona amat kuat dan memiliki brahamastra (senjata ilahi) yang tak terkalahkan, Kresna memberi isyarat pada Yudistira bahwa Drona akan menyerah apabila [[Aswatama]] – putranya – gugur dalam perang tersebut. Kemudian Bima membunuh seekor gajah bernama Aswatama, dan berteriak dengan keras bahwa Aswatama gugur.
 
Baris 243:
 
Setelah perang di hari itu berakhir, [[Kunti]] (ibu para [[Pandawa]]) secara rahasia pergi menemui [[Karna]], putra yang dibuangnya, dan memintanya untuk mengampuni nyawa para Pandawa, karena mereka adalah adiknya. Karna berjanji pada Kunti bahwa ia akan mengampuni nyawa para Pandawa, kecuali [[Arjuna]].
[[Berkas:Arjuna karna.jpg|leftkiri|thumbjmpl|240px|Ilustrasi pertarungan sengit antara Arjuna melawan Karna.]]
=== Hari keenam belas ===
 
Baris 251:
 
=== Hari ketujuh belas ===
[[Berkas:Death of Karna.jpg|thumbjmpl|rightka|Karna mendorong roda keretanya yang terperosok ke dalam lumpur pada saat perang [[Baratayuda]] sebelum kematiannya]]
[[FileBerkas:Bhima drinks blood.jpg|thumbjmpl|Bima memenuhi sumpahnya terhadap Dursasana di medan Kurukshetra]]
Pada hari ketujuh belas, [[Karna]] mengalahkan [[Bima (tokoh Mahabharata)|Bima]] dan [[Yudistira]] dalam pertempuran, tetapi nyawa mereka diampuni. Kemudian, Karna melanjutkan pertarungannya melawan [[Arjuna]]. Saat bertarung, roda kereta Karna terperosok ke dalam lumpur sehingga Karna meminta izin untuk menghentikan pertarungan sejenak. Melihat kesempatan tersebut, [[Kresna]] mengingatkan Arjuna tentang sikap Karna yang tidak berbelas kasihan pada [[Abimanyu]] saat Abimanyu terbunuh setelah kehilangan senjata dan keretanya. Terungkitnya kenangan pahit tersebut membuat hati Arjuna perih kembali. Kemudian, Arjuna menembakkan panahnya untuk memenggal Karna, pada saat Karna berusaha mengangkat roda keretanya yang terprosok ke dalam lumpur. Pada hari yang sama, Bima menghancurkan kereta [[Dursasana]] dengan gadanya. Bima menangkap Dursasana lalu membunuhnya, sehingga terpenuhilah sumpah yang dibuatnya saat [[Dropadi]] dipermalukan.
 
Baris 291:
 
== Pranala luar ==
* [http://www.haryana-online.com/Districts/kurukshetra.htm Kota Kurukshetra masa kini]
* [http://ignca.nic.in/nl002503.htm Kapan perang di Kurukshetra terjadi?]