Realitas sosial: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan |
k Bot: Perubahan kosmetika |
||
Baris 5:
* [[Peter L. Berger|Peter Berger]] dan [[Thomas Luckmann|Thomas Luckman]] : realitas adalah kualitas yang berkaitan dengan [[fenomena]] yang kita anggap berada di luar kemauan kita (sebab ia tidak dapat dienyahkan).
* [[Émile Durkheim]] : realitas sosial adalah cara bertindak, apakah tetap atau tidak, yang bisa menjadi pengaruh atau hambatan eksternal bagi seorang individu<ref>{{Cite book|url=https://www.worldcat.org/oclc/871329823|title=The rules of sociological method : and selected texts on sociology and its method|last=1858-1917.|first=Durkheim, Émile,|last2=D.,|first2=Halls, W.|date=2014|publisher=Free Press|isbn=9781476749723|edition=Free Press trade paperback ed|location=New York|oclc=871329823}}</ref>. Hal itu bisa berarti bahwa fakta sosial adalah cara bertindak, berpikir, dan perasaan yang berada di luar individu dan [[
== Bentuk Realitas Sosial ==
# Realitas sosial objektif adalah gejala-gejala sosial yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari dan sering dihadapi oleh individu sebagai fakta.
# Realitas sosial subjektif adalah realitas sosial yang terbentuk pada diri khalayak yang berasal dari realitas sosial objektif dan realitas sosial simbolik.
# Realitas sosial simbolik adalah bentuk – bentuk simbolik dari realitas sosial objektif, yang biasanya diketahui oleh khalayak dalam bentuk karya seni, fiksi serta isi media.
== Proses yang terjadi ==
[[Peter L. Berger|Berger]] & [[Thomas Luckmann|Luckmann]] berpandangan bahwa kenyataan atau realitas dibangun
# Eksternalisasi, yaitu usaha pencurahan atau ekspresi diri manusia kedalam dunia, baik dalam kegiatan mental maupun fisik. Proses ini merupakan bentuk ekspresi diri untuk menguatkan eksistensi individu dalam masyarakat. Pada tahap ini masyarakat dilihat sebagai produk manusia.
# Objektifikasi,
# Internalisasi, lebih merupakan penyerapan kembali dunia objektif ke dalam kesadaran sedemikian rupa sehingga subjektif individu dipengaruhi oleh struktur dunia sosial. Berbagai macam unsur dari dunia yang telah terobjektifikasi tersebut akan ditangkap sebagai gejala realitas diluar kesadarannya, sekaligus sebagai gejala internal bagi kesadaran. Melalui internalisasi manusia menjadi hasil dari masyarakat.
== Dasar pembentukan ==
Berger & Luckmann berusaha mengembalikan hakikat<ref>Berger P.L dan Luckmann T. 1990. ''Tafsir Sosial Atas Kenyataan. Risalah tentang Sosiologi Pengetahuan.'' Penerjemah, Hasan Basari. LP3ES. Jakarta.</ref> dan peranan sosiologi pengetahuan dalam kerangka mengembangkan teori [[sosiologi]]. Beberapa usaha tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut :
# Mendefinisikan kembali pengertian “kenyataan” dan “pengetahuan” dalam konteks sosial. Dalam hal ini teori sosiologi harus mampu memberikan pemahaman bahwa kehidupan masyarakat itu dikonstruksi secara terus menerus. Oleh karena itu pusat perhatian seharusnya tercurah pada bentuk-bentuk penghayatan ([[Erlebniss]]) kehidupan masyarakat secara menyeluruh
# Menemukan [[metodologi]] atau cara meneliti pengalaman intersubjektif dalam kerangka mengkonstruksi realitas. Yakni menemukan “esensi masyarakat” yang implisit dalam gejala-gejala sosial itu. Dalam hal ini memang perlu ada kesadaran bahwa apa yang dinamakan masyarakat pasti terbangun dari “[[dimensi]] objektif” dan sekaligus “dimensi subjektif” sebab masyarakat itu sendiri sesungguhnya buatan kultural dari masyarakat (yang didalamnya terdapat hubungan intersubjektifitas) dan manusia adalah sekaligus pencipta dunianya sendiri .
# Memilih logika yang tepat dan cocok karena realitas sosial memiliki ciri khas seperti [[pluralis]], dinamis, dan memiliki proses perubahan terus menerus. Sehingga diperlukan pendekatan akal sehat “''common sense'' “ untuk mengamati. Maka perlu memakai prinsip logis dan non logis. Dalam pengertian berpikir secara [[Dialektik|dialektis]]. Kemampuan berpikir secara dialektis tampak dalam pemikiran Berger, sebagaimana dimiliki [[Karl Marx]] dan beberapa [[filosof]] eksistensial yang menyadari manusia sebagai makhluk paradoksial. Oleh karena itu kenyataan hidup sehari-hari memiliki dimensi objektif dan subjektif.
== Referensi ==
[[Kategori:Sosiologi]]
|