Sejak awal pekabaran Injil di Tanah [[Batak]] 1850-an) oleh para penginjil (Protestan) [[Eropa]] keinginan untuk pengadaan sebuah [[liturgi]] atau tata ibadah minggu dan peristiwa-peristiwa gerejawi lainnya sudah menggema dan upaya untuk itu sudah dilakukan.<ref name="Sitompul">{{id}} A.A. Sitompul. 1993. ''Bimbingan Tata Kebaktian Gereja Suatu Studi Perbandingan''. Pematang Siantar: 1993. Hlm. 100.</ref> Ini nampaktampak dari laporan-laporan para penginjil, seperti yang nampaktampak dari laporan kegiatan pengabaran Injil di lembah Silindung (Batak – Toba) oleh [[Ingwer Ludwig Nommensen]] (Hutadame), Peter H.Johannsen (Pansurnapitu) dan August Mohri(Sipoholon).<ref name="Hutauruk"/> Mereka di tempat pelayanan masing-masing telah membuat gagasan-gagasan awal untuk menciptakan tata ibadah minggu, ibadah baptisan, perjamuan kudus, peneguhan sidi, pernikahan, dan lain-lain. Dan ini semuanya telah bermuara pada sebuah buku '''Agenda''', dan besar kemungkinan Agenda edisi pertama ialah "'''Agenda 1904'''", yang menjadi acuan bagi paparan dalam mencari dasar-dasar teologis dan praktis sebuah Agenda HKBP untuk dipakai masa mendatang. Dugaan ini didukung oleh adanya sebuah buku pedoman dan penjelasan tata ibadah serta kelengkapannya, yang telah dipublikasikan melalui edisi bahasa Jerman terbit tahun 1906 dan edisi bahasa [[Batak]] (Toba) tahun [[1907]].<ref name="Hutauruk"/>