Gong Nekara: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Penggantian teks otomatis (-Nampak, +Tampak; -nampak, +tampak; -Nampaknya, +Tampaknya; -nampaknya, +tampaknya)
Baris 17:
Dari sumber tersebut memberikan keterangan tentang peranan Pulau Selayar dengan daerah-daerah di Nusantara dan Asia Tenggara. Hal ini memperkuat dugaan bahwa gong nekara mungkin didatangkan dari daratan Asia Tenggara pada waktu pengaruh kebudayaan Cina berkembang di kawasan itu. Menurut cerita yang terkait dengan gong nekara di Pulau Selayar, dikatakan bahwa ketika ''Sawerigading'' bersama isterinya ''(We Cuddai)'' dan ketiga putranya ''(La Galigo, Tenri Dio, dan Tenri Balobo)'' kembali dari Cina, dalam perjalanannya menuju ke [[Luwuk]] mereka singgah di Pulau Selayar dan langsung menuju ke suatu tempat yang disebut ''[[Putabangun, Bontoharu, Kepulauan Selayar|Putabangun]]'' dengan membawa sebuah ''nekara perunggu'' yang besar. Di tempat itu mereka dianggap sebagai Tumanurung. Pada saat itulah Tenri Dio dianggap menjadi raja pertama di Putabangun dan menempatkan gong nekara itu sebagai kalompoang di Kerajaan Putabangun.
 
Dari cerita itu dapat disimpulkan bahwa '''Gong Nekara''' dibawa dari Cina oleh Sawerigading. Yang dimaksud dengan Cina disini, mungkin adalah ''Indo China''. Selain itu, masyarakat juga menganggap bahwa hanya ada dua gong nekara di dunia, yaitu sebuah di ''[[Pulau Selayar]]'' dan sebuah lagi berada di ''[[Cina]]''. Gong nekara yang ada di Pulau Selayar dianggap sebagai ''suami'' dan yang ada di Cina dianggap sebagai ''isteri''. Hal ini mengingatkan kita pada nekara yang dipuja berpasangan di daerah [[Birma]] yang dipersonifikasikan sebagai pasangan suami isteri. Nekara yang di atasnya terdapat hiasan katak berukuran lebih tinggi melambangkan ''pria'', sedangkan yang tidak memakai hiasan katak dan berukuran lebih kecil dan rendah melambangkan ''wanita''. Dengan demikian nampaktampak adanya persamaan nilai simbolis dari negara penganut kebudayaan perunggu khususnya gong nekara di Indonesia dan Asia Tenggara<ref name="www.katailmu.com"/>.
 
<br />