Operasi Ke: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Perubahan kosmetika |
|||
Baris 40:
Sebagai reaksi terhadap pendaratan Sekutu di Guadalkanal, [[Markas Umum Kekaisaran Jepang]] menugaskan [[Angkatan Darat 17 (Jepang)|Angkatan Darat 17]] untuk merebut kembali Guadalkanal. Angkatan Darat 17 adalah kesatuan seukuran [[korps]] yang bermarkas di Rabaul di bawah pimpinan Letnan Jenderal [[Harukichi Hyakutake]].<ref>Griffith, pp.96–99; Dull, p.225; Miller, pp.137–138.</ref> Ancaman pesawat-pesawat Angkatan Udara Kaktus menyebabkan [[Angkatan Laut Kekaisaran Jepang]] tidak dapat menggunakan kapal-kapal angkut yang besar dan lambat untuk mengantarkan pasukan dan perbekalan ke Guadalkanal. Sebagai gantinya, kapal-kapal perang yang berpangkalan di Rabaul dan [[Kepulauan Shortland]] dipakai Jepang untuk mengantarkan pasukan ke Guadalkanal. Kapal-kapal perang Jepang yang sebagian besar adalah [[kapal penjelajah]] ringan dan [[kapal perusak]] dari [[Armada 8 Angkatan Laut Kekaisaran Jepang|Armada 8]] di bawah komando [[Laksamana Madya]] [[Gunichi Mikawa]] biasanya dapat melakukan pelayaran bolak-balik ke Guadalkanal melalui [[Selat Georgia Baru]] hanya dalam satu malam. Konvoi diberangkatkan setelah matahari terbenam, dan kembali dengan selamat ke pangkalan sebelum matahari terbit. Misi-misi bala bantuan tersebut dilakukan pada malam hari untuk mengurangi kemungkinan diserang oleh pesawat-pesawat Angkatan Udara Kaktus. Jepang memakai konvoi kapal perang berkecepatan tinggi untuk mengangkut perbekalan selama berlangsungnya Kampanye Guadalkanal. Sekutu menyebut konvoi Jepang sebagai "[[Tokyo Ekspres]]", sementara pihak Jepang menyebutnya sebagai "Angkutan Tikus".<ref>Frank, p. 202, 210–211, Morison, p. 81, 113–114.</ref>
[[Berkas:RabaulStrategicArea.jpg|
Dengan memakai pasukan yang diantar kapal-kapal perang ke Guadalkanal, Jepang berusaha sebanyak tiga kali untuk merebut kembali Lapangan Terbang Henderson, dan semuanya berakhir dengan kegagalan.<ref>Frank, p. 141–158, 218–246, 337–367.</ref> Setelah gagal ketiga kalinya merebut Lapangan Terbang Henderson, Jepang masih berusaha sekali lagi mengantarkan sisa [[Divisi Infanteri 38 (Angkatan Darat Kekaisaran Jepang)|Divisi Infanteri 38]] dan peralatan berat mereka ke Guadalkanal. Namun misi tersebut digagalkan Sekutu dalam [[Pertempuran Laut Guadalkanal]] 12 November–15 November 1942. Akibat kehancuran armada Jepang dalam Pertempuran Laut Guadalkanal, Jepang membatalkan upaya berikutnya untuk merebut kembali Lapangan Terbang Henderson.<ref>Frank, p. 428–492, Morison, p. 286–287.</ref>
Baris 51:
=== Keputusan untuk mundur ===
[[Berkas:TakushiroHattori.jpg|
Pada 19 Desember 1942, sebuah delegasi perwira staf Markas Umum Kekaisaran yang dipimpin Kepala Seksi Operasi Markas Umum, Kolonel (AD) [[Joichiro Sanada]] tiba di Rabaul untuk mendiskusikan rencana-rencana masa depan Nugini dan Guadalkanal. [[Hitoshi Imamura]], komandan Angkatan Darat Wilayah 8 yang bertanggung jawab atas operasi-operasi angkatan darat di Nugini dan Kepulauan Solomon, tidak secara langsung merekomendasikan penarikan mundur dari Guadalkanal, tetapi secara terbuka dan terang-terangan menjelaskan kesulitan-kesulitan yang sedang dihadapi berkaitan dengan upaya-upaya lebih lanjut merebut kembali Guadalkanal. Imamura juga menyatakan bahwa setiap keputusan penarikan mundur harus menyertakan rencana evakuasi sebanyak mungkin pasukan dari Guadalkanal.<ref>Griffith, p. 268, Frank, p. 536–538, Jersey, p. 384, Hayashi, p. 62. Angkatan Darat Wilayah 8 membawahi Angkatan Darat 17 di Guadalkanal dan [[Angkatan Darat 18 (Jepang)|Angkatan Darat 18]] di Nugini (Miller, p. 337). Sejima diikutsertakan dalam delegasi ke Rabaul.</ref>
Baris 64:
Rencana tersebut mengharuskan didaratkannya satu batalion infanteri angkatan darat oleh kapal perusak sekitar tanggal 14 Januari 1942. Mereka akan dipakai sebagai pasukan kawal belakang sewaktu evakuasi berlangsung. Angkatan Darat 17 menurut rencana mulai ditarik mundur ke ujung barat pulau kira-kira pada tanggal 25 Januari atau 26 Januari 1943. Kampanye [[superioritas udara]] di sekitar Kepulauan Solomon selatan menurut rencana dimulai pada 28 Januari 1943. Pasukan Angkatan Darat 17 akan dijemput dalam tiga gelombang oleh kapal-kapal perusak pada minggu pertama bulan Februari, dengan target penyelesaian pada 10 Februari 1943. Pada waktu yang bersamaan, armada kapal perang dan pesawat terbang Jepang akan melakukan manuver-manuver mencolok dan serangan-serangan kecil di sekitar Nugini dan [[Kepulauan Marshall]], disertai lalu lintas radio palsu sebagai usaha mengelabui Sekutu mengenai maksud Jepang yang sebenarnya.<ref>Frank, p. 541, Morison, p. 340.</ref>
[[Berkas:Gunichi Mikawa.jpg|
Pendukung superioritas udara dalam operasi ini adalah Armada Udara 11 Angkatan Laut Kekaisaran Jepang dan Divisi Udara 6 Angkatan Darat Kekaisaran Jepang yang berpangkalan di Rabaul, dengan kekuatan masing-masing sebesar 212 dan 100 pesawat terbang. Selain itu, 64 pesawat dari grup udara kapal induk ''[[Kapal induk Jepang Zuikaku|Zuikaku]]'' ditugaskan untuk sementara ke Rabaul. Total pesawat Jepang yang terlibat dalam operasi mencapai 436 pesawat dengan tambahan 60 pesawat terbang laut dari Angkatan Udara Wilayah "R" milik angkatan laut yang berpangkalan di Rabaul, [[Kepulauan Bougainville|Bougainville]] dan [[Kepulauan Shortland]]. Gabungan satuan-satuan kapal perang dan penerbangan angkatan laut Jepang diresmikan dengan nama [[Armada Wilayah Tenggara]] di bawah komando [[Jinichi Kusaka]] di Rabaul.<ref>Frank, p. 543.</ref>
Baris 90:
Patch memulai ofensif baru Sekutu persis ketika Divisi 38 Jepang mulai mundur dari kedudukan mereka di punggung bukit dan perbukitan di pedalaman Guadalkanal. Pada 20 Januari 1943, [[Divisi Infanteri 25 (Amerika Serikat)|Divisi Infanteri 25]] di bawah komando Mayor Jenderal [[J. Lawton Collins]] menyerang beberapa bukit yang disebut tentara Amerika Serikat sebagai Bukit 87, Bukit 88, dan Bukit 89. Ketiga bukit tersebut membentuk sebuah punggungan yang mendominasi medan di Kokumbona. Tentara Amerika Serikat menemui perlawanan yang jauh lebih ringan daripada antisipasi mereka, dan berhasil merebut ketiga bukit tersebut sebelum pagi hari 22 Januari 1943. Setelah memindahkan pasukan untuk memanfaatkan kemajuan yang tidak terduga, Collins segera melanjutkan gerak maju pasukannya, dan sebelum senja berhasil merebut dua bukit berikutnya, Bukit 90 dan Bukit 91. Kemajuan yang diperoleh tentara Amerika membuat mereka berada pada posisi siap mengepung dan merebut Kokumbona, serta memerangkap Divisi 2 Jepang.<ref>Hough, p. 367–368, Frank, p. 568-570, Miller, p. 319–329, Morison, p. 342–343. Dalam ofensif tersebut, Divisi 2 Marinir Amerika Serikat menekan kedudukan Divisi 2 di pesisir, bersamaan dengan serangan terhadap kedudukan Jepang di pedalaman yang dilakukan oleh dua dari tiga resimen di bawah Divisi 25 Amerika, yakni Resimen 27 dan Resimen 161. Resimen 161 semula ditugaskan untuk merebut tiga bukit yang berdekatan, Bukit X, Bukit Y, dan Bukit Z, tetapi mereka menerima penugasan kembali untuk mendukung Resimen 27 yang telah berhasil merebut Bukit 87 jauh lebih cepat daripada perkiraan waktu sebelumnya.</ref>
[[Berkas:GuadKokumbonaJan23-25.gif|
Patch masih mengkhawatirkan adanya ofensif baru Jepang yang telah diperkuat. Dalam satu kali serangan ke posisi Jepang di barat Kokumbona, ia hanya berani mengerahkan pasukan kira-kira sejumlah satu resimen. Sisanya diposisikan di dekat Tanjung Lunga untuk melindungi lapangan terbang. Keadaan medan di barat Kokumbona menguntungkan upaya Jepang untuk menghambat gerak maju pasukan Amerika sementara sisa pasukan Angkatan Darat 17 meneruskan penarikan mundur mereka menuju Tanjung Esperance. Gerak maju pasukan Amerika dihambat di sebuah tanah sempit dengan lebar kira-kira 270 m hingga 550 m yang diapit oleh lautan, hutan lebat pedalaman, dan bukit karang yang terjal. Bukit-bukit karang berada tegak lurus dengan pantai, dilintasi oleh sejumlah sungai dan anak sungai sehingga keadaan medan mirip dengan sebuah "papan cuci".<ref>Griffith, p. 284–285, Frank, p. 570–572, Hough, p. 369–371, Miller, p. 340.</ref>
Baris 107:
Halsey mengira Jepang sedang memulai sebuah ofensif besar-besaran di selatan Kepulauan Solomon dengan Lapangan Terbang Henderson sebagai target. Oleh karena itu, Halsey menanggapi dengan mengirim satu konvoi pembekalan kembali ke Guadalkanal pada 29 Januari 1943 yang didukung oleh sebagian besar kapal-kapal perang yang dibagi menjadi lima [[gugus tugas]]. Kelima gugus tugas tersebut mencakup dua armada [[kapal induk]] pesawat terbang, dua [[kapal induk pengawal]], tiga [[kapal tempur]], 12 kapal penjelajah, dan 25 kapal perusak.<ref>Morison, p. 351–352, Frank, p. 577. Konvoi perbekalan terdiri dari empat kapal angkut yang dikawal empat kapal perusak, dan diberi nama Gugus Tugas 62.8.</ref>
[[Berkas:US cruisers of Task Force 18 at sea en route to Guadalcanal on 29 January 1943.jpg|
Armada Giffen diamat-amati oleh kapal-kapal selam Jepang yang melaporkan lokasi dan gerakan armada Amerika ke kesatuan-kesatuan dari markas angkatan laut.<ref>Morison, p. 354, Tagaya, p. 66 mengatakan bahwa armada Giffen dilihat oleh pesawat pengintai Jepang.</ref> Sekitar petang hari, berdasarkan laporan-laporan kapal selam, 16 pesawat pengebom [[Mitsubishi G4M]] Tipe 1 dari [[Grup Udara 705]] dan 16 pesawat pengebom [[Mitsubishi G3M]] Tipe 96 dari [[Grup Udara 701]] lepas landas dari Rabaul. Mereka membawa torpedo-torpedo yang akan dipakai menyerang armada Giffen yang waktu itu sedang berada di antara [[Pulau Rennell]] dan Guadalkanal.<ref>Morison, p. 354–355, Tagaya, p. 66.</ref>
Baris 122:
Setelah meninggalkan kapal-kapal penjelajahnya di Kavieng, Mikawa pada tanggal 31 Januari 1943 mengumpulkan semua dari 21 kapal perusak yang ada di pangkalan angkatan laut Jepang di Kepulauan Shortland, dan memulai misi evakuasi. Laksamana Muda [[Shintaro Hashimoto]] ditunjuk sebagai komandan gugus kapal perusak yang disebut Satuan Bala Bantuan. Enam puluh pesawat terbang laut dari Angkatan Udara Wilayah "R" ditugaskan memandu Satuan Bala Bantuan dan membantu pertahanan terhadap serangan-serangan kapal patroli torpedo selama berlangsungnya misi evakuasi malam hari. Pesawat pengebom B-17 Sekutu menyerang pelabuhan Kepulauan Shortland pada pagi hari 1 Februari 1943 tanpa menimbulkan kerusakan dan bahkan harus kehilangan empat pesawat yang ditembak jatuh pesawat tempur Jepang. Masih pada hari yang sama, Divisi Udara 6 Angkatan Darat Kekaisaran Jepang menyerang Lapangan Terbang Henderson dengan memakai 23 pesawat tempur Nakajima Ki-43 dan enam pesawat pengebom Kawasaki Ki-48, tetapi tidak menimbulkan kerusakan apa pun meski mengorbankan satu pesawat tempur.<ref>Frank, p. 582–583, 757–758. Satuan Bala Bantuan juga menyertakan Skuadron Perusak 10 (DesRon10) yang dalam keadaan normal berada di bawah komando Laksamana Muda [[Susumu Kimura]], namun Kimura terluka ketika [[Kapal perusak Jepang Akizuki|''Akizuki'']] yang dijadikannya kapal komando terkena sebuah torpedo dari kapal selam Amerika Serikat [[USS Nautilus (SS-168)|''Nautilus'']] di dekat Kepulauan Shortland pada 19 Januari 1943 (Nevitt, [http://www.combinedfleet.com/akizuk_t.htm IJN Akizuki: Tabular Record of Movement]). Kimura digantikan oleh Laksamana Muda [[Tomiji Koyanagi]] yang juga ditunjuk sebagai komandan Kesatuan Bala Bantuan, namun khusus untuk Operasi ''Ke'', Shintaro Hashimoto ditunjuk sebagai komandan. Pada malam 28 Januari 1943, enam kapal perusak dari Satuan Bala Bantuan yang terdiri dari [[Kapal perusak Jepang Tokitsukaze|''Tokitsukaze'']], [[Kapal perusak Jepang Kuroshio|''Kuroshio'']], [[Kapal perusak Jepang Shirayuki|''Shirayuki'']], [[Kapal perusak Jepang Urakaze|''Urakaze'']], [[Kapal perusak Jepang Hamakaze|''Hamakaze'']], dan [[Kapal perusak Jepang Kawakaze|''Kawakaze'']] berhasil mendaratkan 328 tentara Jepang di [[Kepulauan Russell]] untuk berjaga-jaga bila kepulauan itu diperlukan sebagai daerah singgahan dan daerah bantuan selama evakuasi. Di antara mereka yang mendarat di Kepulauan Russel, 17 personel terluka akibat serangan Angkatan Udara Kaktus. Angkatan Udara Wilayah "R" pada 1 Februari 1943 berkekuatan 12 pesawat [[Aichi E13A]], 12 pesawat [[Nakajima A6M2-N]], dan 36 pesawat [[Mitsubishi F1M]] yang beroperasi dari [[kapal induk pesawat amfibi]] [[Kapal induk pesawat amfibi Kamikawa Maru|''Kamikawa Maru'']], ''Kunikawa Maru'', dan ''Sanyo Maru''. Frank menyatakan bahwa ''Sendai'' dan ''Suzuya'' membawa enam pesawat [[Aichi E16A]], tetapi ''Suzuya'' sedang berada di Jepang pada saat itu (Hackett and Kingsepp, [http://www.combinedfleet.com/suzuya_t.htm HIJMS SUZUYA: Tabular Record of Movement]) tapi ''Kumano'' sedang berada di Kavieng. Grup Udara 204, 253, 582, dan Grup Udara ''Zuikaku'' menempatkan pesawat-pesawat Zero dan [[Aichi D3A]] mereka di Buin selama operasi berlangsung. Grup Udara 252 dikerahkan ke lapangan terbang Kepulauan Shortland. Serangan B-17 pada 1 Februari dicegat oleh lima pesawat Zero dari Grup Udara 253, 12 dari Grup Udara 204, 14 dari Grup Udara 582, dan 17 dari Grup Udara 252.</ref>
[[Berkas:GuadFinalJan26-Feb9.gif|
Salah mengenali pesawat-pesawat Jepang yang datang sebagai pesawat kawan, kapal-kapal perusak Amerika Serikat tidak melepaskan tembakan hingga pesawat-pesawat pengebom Jepang mulai menukik. Dalam pertempuran yang dimulai pada pukul 14.53, kapal perusak [[USS De Haven (DD-469)|''De Haven'']] segera menjadi korban tiga buah bom Jepang dan langsung tenggelam di {{convert|2|mi|km}} selatan [[Pulau Savo]] berikut nakhoda dan 167 dari awaknya. Kapal perusak [[USS Nicholas (DD-449)|''Nicholas'']] rusak akibat beberapa bom yang nyaris tepat. Lima pengebom tukik dan tiga pesawat Zero jatuh sebagai korban tembakan senjata antipesawat dan pesawat-pesawat Angkatan Udara Kaktus. Tiga pesawat Wildcat milik Angkatan Udara Kaktus tertembak jatuh.<ref>Frank, p. 584–585, Morison, p. 366, Brown, p. 81, Jersey, p. 377. LCT ''63'' dan LCT ''181'' yang mendampingi dua kapal perusak ikut membantu menembakkan senapan mesin ke arah pesawat-pesawat Jepang yang menyerang. ''Nicholas'' dan kapal-kapal lainnya menemukan kembali 146 awak kapal ''De Haven'' yang selamat. Nakhoda ''De Haven'' bernama Charles E. Tolman. Dua awak ''Nicholas'' tewas dalam serangan. Kapal perusak [[USS Radford (DD-446)|''Radford'']] dan [[USS Fletcher (DD-445)|''Fletcher'']] masih berada di dekat Verahue bersama dua LCT lainnya ketika serangan datang. Keempat kapal perusak tersebut tergabung dalam Skuadron Kapal Perusak 21 di bawah komando Kolonel Laut Robert Briscoe. Menurut Jersey, LCT yang terlibat dalam operasi adalah LCT bernomor lambung ''58'', ''60'', ''62'', ''156'', dan ''158''.</ref>
Baris 137:
Pada 4 Februari 1943, Patch memerintahkan Resimen Infanteri 161 untuk menggantikan Resimen Infanteri 147 di garis depan, dan melanjutkan upaya gerak maju ke arah barat. Batalion Yano mundur ke kubu-kubu baru di Sungai Segilau, dan pasukannya dikerahkan untuk menahan gerak maju pasukan Kolonel Alexander George di sepanjang pantai selatan. Sementara itu, gugus tugas kapal induk dan kapal tempur Halsey tetap berada persis di luar jarak jangkau serangan udara Jepang, sekitar {{convert|300|mi|km}} di selatan Guadalkanal.<ref>Frank, p. 589–590, Jersey, p. 378–380, 383, 400–401, Miller p. 342–343, 346. Jepang tahu secara garis besar kekuatan pasukan George. Informasi tersebut diperoleh dari hasil interogasi dua prajurit Amerika Serikat yang ditangkap dalam bentrokan kecil di pesisir selatan dekat Titi. Setelah diinterogasi, kedua prajurit tersebut [[pembunuhan kilat|dibunuh secara kilat]]. Anggota Batalion Yano waktu itu jumlahnya berkurang akibat pertempuran hingga tersisa hanya sekitar 350 orang. Sebagai bantuan untuk Batalion Yono, Resimen Infanteri 124 dan 28 mengirimkan kira-kira 60 prajurit tambahan. Pada 3 Februari 1943, Jepang kehilangan lima pengebom G4M akibat serangan yang dibatalkan ke armada Halsey, termasuk di antaranya pesawat yang membawa Komandan Grup Udara 705 Mayor Genichi Mihara. Resimen 161 Amerika Serikat waktu itu berada di bawah komando Kolonel [[James Dalton II]] (Miller, p. 346).</ref>
[[Berkas:Asagumo-1.jpg|
Kapal patroli torpedo Amerika Serikat tidak melakukan serangan terhadap armada Hashimoto malam itu sehingga pekerjaan bongkar muatan berlangsung tanpa insiden. Gugus Bala Bantuan diberangkatkan membawa Hyakutake dan staf, beserta 3.921 prajurit, terutama dari Divisi 2, dan tiba di Bougainville tanpa adanya insiden pada 5 Februari 1943 pukul 12.50. Sebuah serangan Angkatan Udara Kaktus yang diberangkatkan pagi itu gagal menemukan armada Hashimoto.<ref>Griffith, p 285, Frank, p. 591, Morison, p. 370. Di antara salah seorang yang dievakuasi terdapat Komandan Divisi 2 [[Masao Maruyama]]. Pesawat-pesawat Jepang melakukan serangan gangguan terhadap Lapangan Terbang Henderson. Angkatan Udara Kaktus memberangkatkan satu [[PBY Catalina]] dan lima [[SBD Dauntless|SBD]] yang gagal menyerang armada Hashimoto yang sedang bongkar muatan.</ref>
|