Toar dan Lumimuut: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Penggantian teks otomatis (-Nampak, +Tampak; -nampak, +tampak; -Nampaknya, +Tampaknya; -nampaknya, +tampaknya)
Baris 83:
''Wo rimuru^ ma^wire-wirei , u la^it um bene^''
 
Artinya ; dan yang di pojok itu nampaktampak melambai adalah pohon “ daong nasi “
 
'''SYAIR KELIMA''' :
Baris 93:
''Yah , kina werenanku witu , um-Bangelei ne Kotulus''
 
Artinya : Dan nampaktampak olehku, tanaman obat “Wangelei” ( Tumulawak)
 
''Yah Karuru^ karete ni^itu , um Bawali Kundamah''
Baris 189:
''Ni itu ya tanu lalem-lalemdeman, wo tanu zuni-zuni’an''
 
Artinya : Tempat itu nampaktampak seperti berkabut awan, dengan warna seperti pelangi
 
''Ya wituma un Arina, Linengkaran niaku''
Baris 522:
Dan dengan tiga wanita “Pasiowan” menurunkan buyut-buyut, cece-cece
 
Hanya satu orang penulis bangsa barat yang menganalisis Mitos Minahasa Toar dan Lumimuut secara ilmiah yakni J.Alb.T.Schwarz melalui bukunya “ Tontemboansche Teksten “ terbitan thn.1907 . Penulis J.Albt.T.Schwarz berkesimpulan bahwa mitos Toar dan LumimuutMinahasa sebenarnya ingin menggambarkan ilmu Astrologi pengetahuan bumi dan jagat raya Matahari, bulan , Bintang-bintang yang selalu sangat menarik bagi umat manusia zaman purba. Bahwa cerita Toar berjalan kekanan dan Lumimuut berjalan kekiri yang membuat mereka berpisah ke arah yang berlawanan, sebenarnya ingin menggambarkan rotasi perjalanan Matahari. Matahari terbit di timur nampaktampak Matahari menjauhi bumi naik keatas langit dan kemudian pada sore hari Matahari terbenam di barat mendekati atau bertemu lagi dengan Bumi. Pada cerita mitos dikisahkan bahwa Toar dan Lumimuut berpisah dengan berjalan ke-arah yang berlawanan kemudian disuatu tempat yang bernama Tingkolongan mereka berdua bertemu lagi untuk menyamakan kedua tongkat mereka apakah sama tinggi. Karena tidak sama tinggi itu menjadi penyebab status Toar yang tadinya anak lalu kelak berubah jadi suami
 
Ketika Matahari terbit nampaktampak Toar ( Dewa Matahari) keluar dari perut bumi ( dewi bumi Lumimuut) gejala alam ini menempatkan Toar ber-status ''anak''. Pada sore hari Matahari ( Dewa Matahari Toar) terbenam dan nampaktampak masuk kedalam perut Bumi ( dewi Bumi Lumimuut) hingga nampaktampak seperti berhubungan badan dengan bumi dan gejala alam ini menempatkan Toar ber-status sebagai ''suami'' . Dari penggambaran rotasi posisi Matahari dan bumi inilah lahir cerita mitos IBU kawin dengan ANAK ketika Bumi mendapat personifikasi manusia menjadi “Dewi Bumi” LUMIMU^UT asal kata LU^UT yang artinya berkeringat karena bumi pada pagi hari selalu ber-embun yang di anggap keringat bumi, Matahari mendapat Personifikasi TOAR yang artinya akan kita dapatkan pada Mitos Toar dan Lumimuut lainnya dalam bentuk nyanyian “ Mangorai”.
 
Analisa J. Albt. T. Schwarz mengenai istilah "Si Apok Ni Mema' Untana' (bahasa Tontemboan) artinya : Leluhur ( Lumimu'ut) yang membuat tanah (Bumi) agar dapat didiami dan tempat anak-cucunya hidup, dan bukan berarti bahwa Lumimu'ut - lah pencipta bumi.
 
Sistem penelitian J.Albt.T.Schwarz tentu dapat kita lanjutkan dengan meneliti setiap syair dalam nyanyian ini , misalnya penjelasan bahwa ibu Lumimuut bernama Wengi dan ayahnya bernama Kawengian. Dalam bahasa Minahasa ([[Tombulu]]) ''Wengi'' artinya malam dan apabila dimaksudkan sebagai personifikasi benda malam, maka maksutnya mungkin Bulan , dan arti ''Kawengian'' adalah benda siang yang kemalaman yang mungkin ingin menggambarkan Matahari yang masih nampaktampak sinarnya walaupun hari sudah termasuk malam. Sebagai tanda hari sudah malam adalah hewan peliharaan seperti ayam sudah naik kepohon untuk tidur, atau sudah ada Serangga malam yang berbunyi seperti “Kongkoriang” tetapi sinar Matahari masih nampaktampak me-merah di kaki langit sebelah barat. Berarti yang di maksutkan dengan “kemalaman” (Kawengian) adalah Matahari , jadi ayah Lumimuut adalah Matahari dan ibunya adalah Bulan. Nyanyian Karema yang dinyanyikan pada upacara [[Rumages]] ini, masih banyak mengandung simbolisasi-simbolisasi yang masih dapat kita gali untuk membuka rahasia jalan pikiran dan konsep hidup orang Minahasa purba yang sejak zaman Toar dan Lumimuut telah mengenal satu konsep Yang Maha Mulia Maha Besar dan bukan leluhur. Manusia pertama Minahasa sendiri Karema dan Lumimuut tidak berdoa pada Leluhur sebelum mereka tetapi mereka berdua diceritakan keluar dari dalam lobang gua tempat tinggalnya untuk berdoa “Minta dikasihani Empung” atau Minta dikasihani TUHAN. Dalam mitos Minahasa semua manusia mati tenggelam oleh banjir besar dan hanya Karema dan Lumimuut yang Tersisa dimuka bumi Minahasa. Orang Minahasa menyebut Tuhan mereka Empung Walian Wangko atau Maha berada dan Maha besar.
 
=== Versi Cerita Mangorai ===
Baris 562:
 
Analisa dari syair nyanyian "Mangorai" mengenai Toar-Lumimu'ut ini lebih sederhana
dari syair yang sebelumnya, tetapi dari syair keduapuluh empat ini nampaktampak jelas arti kata
Toar. yang merupakan singkatan dari dua kata : "tou" artinya, "orang" dan "ari'i"
artinya, "tiang batu, tiang utama rumah, tiang Matahari, atau anak dewa Matahari"