Maskulinitas: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Muhammad Afif (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 12:
=== Perkembangan ===
[[Berkas:PalmercarpenterA.jpg|al=Carpenter in a hard hat using a hand drill outdoors|jmpl|Seorang pekerja konstruksi]]
Dalam beberapa budaya, menampilkan karakteristik yang tidak sesuai dari jenis kelamin yang dia miliki merupakan suatu masalah sosial. Dalam [[sosiologi]], pengecapan ini dikenal sebagai [[Peran gender|asumsi gender]]. Perilaku di luar standar yang ditetapkan oleh tradisi dalam budaya tertentu dapat dianggap sebagai indikasi [[homoseksualitas]] untuk laki-laki. meskipunTerlepas faktadari kenyataan bahwa ekspresi gender, [[identitas gender]] dan [[orientasi seksual]] yang diterima secara luas sebagai konsep yang berbeda.<ref name="nacua">{{Cite web|url=http://www.nacua.org/nacuanet/visual/nacuanotessample.html|title=Gender identity and expression issues at colleges and universities|date=2 June 2005|website=[[National Association of College and University Attorneys]] NACUAN|archive-url=https://web.archive.org/web/20140323020027/http://www.nacua.org/nacuanet/visual/nacuanotessample.html|archive-date=23 March 2014|access-date=2 April 2007}}</ref> Ketika seksualitas didefinisikan dalam hal pilihan objek (seperti di awal [[seksologi]] studi), homoseksualitas laki-laki ditafsirkan sebagai kebancian.<ref name="chrysler">{{Cite news|url=http://www.advocate.com/news_detail_ektid28980.asp|title=Chrysler TV ad criticized for using gay stereotypes|last=Associated Press|date=7 April 2006|work=[[The Advocate]]|publisher=Here Press|author-link=Associated Press|archive-url=https://web.archive.org/web/20081211035529/http://www.advocate.com/news_detail_ektid28980.asp|archive-date=11 December 2008|access-date=7 April 2007}}</ref> ketidaksetujuan Sosial yang berlebihan maskulinitas dapat dinyatakan sebagai "kejantanan" atau [[neologisme]] seperti "testosteron keracunan".<ref>{{Cite news|url=http://asylumnation.com/asylum/_r/showthread/threadid_15480/index.html|title=What every woman should know about men|last=Alda|first=Alan|date=October 1975|work=[[Ms. (magazine)|Ms.]]|location=New York|author-link=Alan Alda|access-date=6 March 2015}}</ref>
 
Kepentingan relatif dariPentingnya sosialisasi dan genetika dalam pengembangan maskulinitas adalah diperdebatkan. Meskipun pengkondisian sosial ini diyakini memainkan peran, [[psikologPsikolog]] dan [[Psikoanalisis|psikoanalis]] seperti [[Sigmund Freud]] dan [[Carl Gustav Jung|Carl Jung]] percayameyakini bahwa aspek identitas "feminin" dan "maskulin" identitassebenarnya yangterdapat sadar ada dalampada semua manusia laki-lakipria.{{Efn|See [[innate bisexuality]] and [[anima and animus]] for more information.}}
 
Sejarah perkembangan peran gender ini ditangani oleh perilaku genetika, [[Psikologipsikologi evolusioner|psikologi evolusi]], ekologi manusia, [[antropologi]] dan sosiologi. Semua budaya manusia tampaknya untuk mendorong peran gender dalam sastra, kostumpakaian dan lagu;nyanyian. contohSeperti mungkindalam termasuksastra eposEpos [[Homeros|Homer]], cerita Hengist dan Horsa cerita dan komentar normatif komentar dari [[Kong Hu Cu (filsuf)|Konfusius]].{{Butuh rujukan|date=JunePerlakuan 2015}}maskulinitas Lebih khusus perawatan maskulinitaslainnya dapat ditemukan dalam ''[[Bhagawadgita|Bhagavad Gita]]'' dan [[Bushido|bushidō]] dari ''Hagakure''.
 
=== NatureAlami versusvs nurtureKebiasaan ===
Sejauh mana maskulinitas adalah bawaan atau dikondisikan adalah diperdebatkan. [[Genom]] penelitian telah menghasilkan informasi tentang perkembangan karakteristik maskulin dan proses diferensiasi seksual spesifik untuk sistem reproduksi manusia. The testis faktor penentu (juga dikenal sebagai SRY protein) pada [[Kromosom-Y|kromosom Y]], penting bagi laki-laki, perkembangan seksual, mengaktifkan SOX9 [[protein]].<ref name="Moniot">{{Cite journal|last=Moniot|first=Brigitte|last2=Declosmenil|first2=Faustine|last3=Barrionuevo|first3=Francisco|last4=Scherer|first4=Gerd|last5=Aritake|first5=Kosuke|last6=Malki|first6=Safia|last7=Marzi|first7=Laetitia|last8=Cohen-Solal|first8=Ann|last9=Georg|first9=Ina|year=2009|title=The PGD2 pathway, independently of FGF9, amplifies SOX9 activity in Sertoli cells during male sexual differentiation|url=https://dx.doi.org/10.1242/dev.032631|journal=[[Development (journal)|Development]]|publisher=The Company of Biologists Ltd.|volume=136|issue=11|pages=1813–1821|doi=10.1242/dev.032631|pmid=19429785}}</ref> SOX9 bekerja dengan SF1 protein untuk meningkatkan tingkat hormon anti-Mullerian, menindas perempuan perkembangan saat mengaktifkan dan membentuk feedforward loop dengan FGF9 protein; ini menciptakan testis tali dan bertanggung jawab untuk sel sertoli, yang membantu dalam sperma produksi.<ref>{{Cite journal|last=Kim|first=Y.|last2=Kobayashi|first2=A.|last3=Sekido|first3=R.|last4=Dinapoli|first4=L.|last5=Brennan|first5=J.|last6=Chaboissier|first6=M. C.|last7=Poulat|first7=F.|last8=Behringer|first8=R. R.|last9=Lovell-Badge|first9=R.|year=2006|title=Fgf9 and Wnt4 Act as Antagonistic Signals to Regulate Mammalian Sex Determination|url=https://dx.doi.org/10.1371/journal.pbio.0040187|journal=[[PLOS Biology|PLoS Biology]]|publisher=[[PLOS|Public Library of Science]]|volume=4|issue=6|pages=e187|doi=10.1371/journal.pbio.0040187|pmc=1463023|pmid=16700629}}</ref> aktivasi SRY menghentikan proses menciptakan perempuan, memulai rantai peristiwa yang mengarah ke [[testis]] pembentukan, [[androgen]] produksi dan jumlah pra - dan pasca-natal efek hormonal.
 
Sejauh mana maskulinitas lahir atau dikondisikan diperdebatkan. Penelitian genome telah menghasilkan informasi tentang perkembangan karakteristik maskulin dan proses diferensiasi seksual yang spesifik terhadap sistem reproduksi manusia. Faktor penentu testis (juga dikenal sebagai protein SRY) pada kromosom Y, yang penting untuk perkembangan seksual laki-laki, mengaktifkan protein SOX9. [22] SOX9 bekerja dengan protein SF1 untuk meningkatkan tingkat hormon anti-Müllerian, menekan perkembangan wanita saat mengaktifkan dan membentuk loop feedforward dengan protein FGF9; ini menciptakan tali testis dan bertanggung jawab untuk sel sertoli, yang membantu produksi sperma. [23] Aktivasi SRY menghentikan proses pembentukan wanita, memulai rangkaian kejadian yang menyebabkan pembentukan testis, produksi androgen dan sejumlah efek hormonal pra dan pasca melahirkan.
 
Bagaimana seorang anak mengembangkan [[identitas gender]] ini juga diperdebatkan. Beberapa percaya bahwa maskulinitas terkait dengan tubuh laki-laki; dalam pandangan ini, maskulinitas yang berhubungan dengan [[Penis manusia|alat kelamin laki-laki]].{{Sfnp}} lain-Lain telah menyarankan bahwa meskipun maskulinitas dapat dipengaruhi oleh biologi, juga merupakan budaya membangun. Baru-baru ini penelitian yang telah dilakukan pada diri sendiri konsep maskulinitas dan kaitannya dengan testosteron; hasil penelitian telah menunjukkan bahwa maskulinitas tidak hanya berbeda dalam budaya yang berbeda, tetapi kadar testosteron tidak memprediksi seberapa maskulin atau feminin yang merasa.<ref name="Pletzer 2015">{{Cite journal|last=Pletzer|first=Belinda|last2=Petasis|first2=Ourania|last3=Ortner|first3=Tuulia M.|last4=Cahill|first4=Larry|date=2015|title=Intereactive effects of culture and sex hormones on the role of self concept|url=https://dx.doi.org/10.3389/fnins.2015.00240|journal=Neuroendocrine Science|publisher=[[Frontiers Media]]|volume=9|issue=240|pages=1–10|doi=10.3389/fnins.2015.00240|pmc=4500910|pmid=26236181|postscript=.|ref=harv}}</ref> para Pendukung pandangan ini berpendapat bahwa perempuan dapat menjadi laki-laki hormon dan fisik,{{Sfnp}} dan banyak aspek maskulinitas dianggap alami adalah bahasa dan budaya yang didorong.<ref>{{Cite journal|last=Mills|first=Sara|date=2003|title=Third wave feminist linguistics and the analysis of sexism|url=http://extra.shu.ac.uk/daol/articles/closed/2003/001/mills2003001-paper.html|journal=Discourse Analysis Online|publisher=[[Sheffield Hallam University]]|volume=2|issue=1|postscript=.|ref=harv}}</ref> Pada sisi pengasuhan dari perdebatan tersebut, ia berpendapat bahwa maskulinitas tidak memiliki sumber tunggal. Meskipun militer yang memiliki kepentingan dalam membangun dan mempromosikan bentuk spesifik dari maskulinitas, itu tidak membuat itu.{{Sfnp}} rambut Wajah dikaitkan dengan maskulinitas melalui bahasa, cerita tentang anak laki-laki menjadi laki-laki ketika mereka mulai mencukur.{{Sfnp}}
 
Bagaimana seorang anak mengembangkan identitas gender juga diperdebatkan. Beberapa percaya bahwa maskulinitas dikaitkan dengan tubuh laki-laki; Dalam pandangan ini, maskulinitas dikaitkan dengan genital pria. [24] Yang lain menyarankan bahwa meskipun maskulinitas dapat dipengaruhi oleh biologi, ini juga merupakan konstruksi budaya. Penelitian terbaru telah dilakukan mengenai konsep maskulinitas seseorang dan hubungannya dengan testosteron; hasilnya menunjukkan bahwa maskulinitas tidak hanya berbeda dalam budaya yang berbeda, namun tingkat testosteron tidak memprediksi bagaimana perasaan maskulin atau feminin. [25] Pendukung pandangan ini berpendapat bahwa wanita dapat menjadi pria secara hormonal dan fisik, [24] dan banyak aspek maskulinitas yang dianggap alami didorong secara bahasa dan budaya. [26] Di sisi perdebatan, dikemukakan bahwa maskulinitas tidak memiliki satu sumber pun. Meskipun militer memiliki kepentingan dalam membangun dan mempromosikan bentuk maskulinitas tertentu, namun tidak menciptakannya. [27] Rambut wajah dikaitkan dengan maskulinitas melalui bahasa, dalam cerita tentang anak laki-laki menjadi laki-laki saat mereka mulai bercukur. [28]
=== Maskulinitas hegemonik ===
 
=== Hegemoni Maskulinitas ===
[[Berkas:USMC-10881.jpg|al=Two men wrestling in a gymnasium, watched by a group of uninformed soldiers|jmpl|250x250px|Kontes keterampilan fisik dan kekuatan muncul dalam beberapa bentuk di banyak budaya. Di sini, dua [[Korps marinir Amerika Serikat|Marinir AS]] bersaing dalam pertandingan gulat.]]
Tradisional cara bagi pria untuk mendapatkan honor yang menyediakan bagi keluarga mereka dan melatih kepemimpinan.<ref name="ReferenceA">{{Cite journal|last=George|first=Annie|date=July 2006|title=Reinventing honorable masculinity: discourses from a working-class Indian community|url=https://dx.doi.org/10.1177/1097184X04270379|journal=[[Men and Masculinities]]|publisher=[[SAGE Publications|Sage]]|volume=9|issue=1|pages=35&ndash;52|doi=10.1177/1097184X04270379|postscript=.|ref=harv}}</ref> Raewyn Connell telah berlabel tradisional peran laki-laki dan hak-hak istimewa hegemoni maskulinitas, didorong pada pria dan putus asa pada wanita: "Hegemoni maskulinitas dapat didefinisikan sebagai konfigurasi dari jenis kelamin praktek yang mewujudkan berlaku saat ini jawaban untuk masalah legitimasi [[patriarki]], yang menjamin posisi dominan dari laki-laki dan subordinasi perempuan".{{Sfnp}} selain menggambarkan kuat artikulasi kekerasan maskulin identitas, hegemoni maskulinitas juga telah digunakan untuk menggambarkan implisit, tidak langsung, atau koersif bentuk sosialisasi gender, ditetapkan melalui video game, fashion, humor, dan sebagainya.<ref>Laurie, Timothy; Hickey-Moody, Anna (2017), "[https://www.academia.edu/31232852/Masculinity_and_Ridicule Masculinity and ridicule]", in {{Cite book|title=Gender: laughter|publisher=Macmillan Reference|year=2017|isbn=9780028663265|editor-last=Papenburg|editor-first=Bettina|location=Farmington Hills, Michigan|pages=215&ndash;228}}</ref>
 
Jalan tradisional bagi pria untuk mendapatkan kehormatan adalah menyediakan keluarga mereka dan menjalankan kepemimpinan. [29] Raewyn Connell telah memberi label peran dan hak istimewa pria tradisional maskulinitas hegemoni, didorong pada pria dan berkecil hati pada wanita: "maskulinitas Hegemoni dapat didefinisikan sebagai konfigurasi praktik gender yang mewujudkan jawaban yang saat ini diterima untuk masalah legitimasi patriarki, yang menjamin posisi dominan laki-laki dan subordinasi perempuan ". [30] Selain menggambarkan artikulasi kuat identitas maskulin yang kejam, maskulinitas hegemonik juga telah digunakan untuk menggambarkan bentuk sosialisasi gender, implisit, tidak langsung, atau koersif, yang disahkan melalui permainan video, mode, humor, dan sebagainya.
=== Genting kedewasaan ===
 
=== Masa Labil ===
Para peneliti berpendapat bahwa "kerawanan" kedewasaan memberikan kontribusi secara tradisional-perilaku maskulin.<ref>{{Cite journal|last=Bosson|first=Jennifer K.|last2=Vandello|first2=Joseph A.|date=April 2011|title=Precarious manhood and its links to action and aggression|url=https://doi.org/10.1177/0963721411402669|journal=[[Current Directions in Psychological Science]]|publisher=[[Sage Publications|Sage]]|volume=20|issue=2|pages=82–86|doi=10.1177/0963721411402669|postscript=.|ref=harv}}</ref> "Genting" berarti bahwa kedewasaan tidak dibawa sejak lahir, tetapi harus dicapai. Dalam banyak budaya, anak laki-laki bertahan menyakitkan ritual inisiasi untuk menjadi laki-laki. Kedewasaan juga akan hilang, karena ketika seorang pria diejek karena tidak "menjadi manusia". Para peneliti telah menemukan bahwa laki-laki menanggapi ancaman untuk kejantanan mereka dengan terlibat dalam stereotip maskulin perilaku dan keyakinan, seperti mendukung hirarki, mengemban homophobic keyakinan, mendukung agresi dan memilih tugas-tugas fisik atas kekayaan intelektual.<ref>{{Cite journal|last=Vandello|first=Joseph A.|last2=Bosson|first2=Jennifer K.|last3=Cohen|first3=Dov|last4=Burnaford|first4=Rochelle M.|last5=Weaver|first5=Jonathan R.|date=December 2008|title=Precarious manhood|url=https://dx.doi.org/10.1037/a0012453|journal=[[Journal of Personality and Social Psychology]]|publisher=[[PsycNET]]|volume=95|issue=6|pages=1325–1339|doi=10.1037/a0012453|postscript=.|ref=harv}}</ref>
 
Periset berpendapat bahwa "ketidakteraturan" kedewasaan berkontribusi pada perilaku tradisional-maskulin. [32] "Tidak beraturan" berarti kedewasaan tidak lahir, tapi harus diraih. Dalam banyak kebudayaan, anak laki-laki mengalami ritual inisiasi yang menyakitkan untuk menjadi laki-laki. Manhood juga bisa hilang, seperti saat seorang pria diejek karena tidak "menjadi pria". Periset telah menemukan bahwa pria menanggapi ancaman terhadap kedewasaan mereka dengan melibatkan perilaku dan keyakinan stereotip-maskulin, seperti hierarki pendukung, mendukung keyakinan homofobia, mendukung agresi dan memilih tugas fisik daripada masalah intelektual. [33]
 
Pada tahun 2014, Winegard dan Geary menulis bahwa kerawanan kedewasaan melibatkan status sosial (gengsi atau dominasi), dan kedewasaan mungkin lebih (atau kurang) yang berbahaya karena jalan yang laki-laki miliki untuk mencapai status.<ref>{{Cite journal|last=Winegard|first=Bo M.|last2=Winegard|first2=Ben|last3=Geary|first3=David C.|date=March 2014|title=Eastwood’s brawn and Einstein’s brain: an evolutionary account of dominance, prestige, and precarious manhood|url=https://dx.doi.org/10.1037/a0036594|journal=[[Review of General Psychology]]|publisher=[[PsycNET]]|volume=18|issue=1|pages=34–48|doi=10.1037/a0036594|postscript=.|ref=harv}}</ref> orang-Orang yang mengidentifikasi dengan kegiatan kreatif, seperti puisi atau lukisan, mungkin tidak mengalami kedewasaan seperti genting tapi mungkin menanggapi ancaman untuk kecerdasan mereka atau kreativitas. Namun, orang-orang yang mengidentifikasi dengan tradisional-maskulin kegiatan (seperti sepak bola atau militer) dapat melihat maskulinitas seperti genting. Menurut Winegard, Winegard, dan Geary, ini adalah fungsional; puisi dan lukisan tidak memerlukan secara tradisional-ciri-ciri maskulin, dan serangan terhadap sifat-sifat tersebut tidak boleh menimbulkan kecemasan. {{Dubious|date=August 2015}} Sepak bola dan militer memerlukan secara tradisional-ciri-ciri maskulin, seperti toleransi rasa sakit, daya tahan tubuh, otot-otot dan keberanian, dan serangan terhadap sifat-sifat tersebut menyebabkan kecemasan dan dapat memicu pembalasan impuls dan perilaku. Hal ini menunjukkan bahwa nature versus nurture perdebatan tentang maskulinitas mungkin sederhana. Meskipun laki-laki berkembang untuk mengejar prestise dan kekuasaan (status), bagaimana mereka mengejar status tergantung pada bakat, ciri-ciri dan tersedia kemungkinan. Dalam masyarakat modern, banyak jalan untuk status mungkin ada dari dalam masyarakat tradisional dan hal ini dapat mengurangi kerawanan kedewasaan (atau tradisional kejantanan); namun, mungkin tidak akan mengurangi intensitas laki-laki laki-laki kompetisi.{{Butuh rujukan|date=March 2017}}
 
Pada tahun 2014, Winegard dan Geary menulis bahwa ketidaktahuan kedewasaan melibatkan status sosial (prestise atau dominasi), dan kedewasaan mungkin lebih (atau kurang) genting karena jalan yang dimiliki laki-laki untuk mencapai status. [34] Pria yang mengidentifikasi dengan pencarian kreatif, seperti puisi atau lukisan, mungkin tidak mengalami kedewasaan sebagai genting namun mungkin merespons ancaman terhadap kecerdasan atau kreativitas mereka. Namun, pria yang mengidentifikasi dengan pencarian tradisional maskulin (seperti sepak bola atau militer) dapat melihat maskulinitas sebagai hal yang genting. Menurut Winegard, Winegard, dan Geary, ini fungsional; puisi dan lukisan tidak memerlukan sifat tradisional maskulin, dan serangan terhadap sifat-sifat tersebut seharusnya tidak menimbulkan kegelisahan. [Meragukan - mendiskusikan] Sepak bola dan militer memerlukan sifat tradisional maskulin, seperti toleransi rasa sakit, daya tahan, otot dan keberanian, dan serangan terhadap Sifat-sifat tersebut menyebabkan kegelisahan dan dapat memicu impuls dan perilaku balas dendam. Ini menunjukkan bahwa debat tentang alam versus perdukunan tentang maskulinitas mungkin sangat sederhana. Meski pria berevolusi untuk mengejar prestise dan dominasi (status), bagaimana mereka mengejar status tergantung pada bakat, ciri dan kemungkinan yang ada. Dalam masyarakat modern, lebih banyak jalan menuju status mungkin ada daripada di masyarakat tradisional dan ini dapat mengurangi ketidakjelasan kedewasaan (atau kedewasaan tradisional); Namun, hal itu mungkin tidak akan mengurangi intensitas kompetisi pria-pria
 
=== Pada wanita ===
Meskipun sering diabaikan dalam diskusi tentang maskulinitas, wanita juga dapat mengekspresikan sifat-sifat maskulin dan perilaku.<ref name="Keith">{{Cite book|url=https://books.google.com/books?id=r_niDQAAQBAJ&pg=PT4|title=Masculinities in contemporary American culture: an intersectional approach to the complexities and challenges of male identity|last=Keith|first=Thomas|date=2017|publisher=Routledge|isbn=9781317595342|location=New York|pages=4–5|language=en}}</ref><ref>{{Cite book|url=https://books.google.com/books?id=UYAi9OEYRekC&pg=PR11|title=Female Masculinity|last=Halberstam|first=Judith|date=1998|publisher=Duke University Press|isbn=9780822322436|location=Durham, North Carolina|pages=xi–}}</ref> Dalam budaya Barat, perempuan maskulinitas yang telah dikodifikasi ke dalam identitas seperti "[[Tomboi|tomboy]]" dan "[[butch]]". Meskipun perempuan maskulinitas sering dikaitkan dengan [[Lesbian|lesbianisme]], mengekspresikan maskulinitas tidak selalu berhubungan dengan seksualitas perempuan. Dalam filsafat feminis, perempuan maskulinitas sering ditandai sebagai jenis kelamin kinerja yang menantang tradisional maskulinitas dan [[Patriarki|dominasi laki-laki]].<ref>{{Cite journal|last=Gardiner|first=Judith Kegan|date=December 2009|title=Female masculinities: a review essay|url=https://doi.org/10.1177/1097184X08328448|journal=[[Men and Masculinities]]|volume=11|issue=5|pages=622–633|doi=10.1177/1097184X08328448|ref=harv}}
</ref> wanita Maskulin sering tunduk pada stigma sosial dan pelecehan, meskipun pengaruh dari [[Pembebasan perempuan|gerakan feminis]] telah menyebabkan penerimaan yang lebih besar dari wanita yang mengekspresikan maskulinitas dalam beberapa dekade terakhir.<ref>Girshick, Lori B. (2008), "[https://books.google.co.uk/books?id=eq8E8iuLqIYC&pg=PT48 The social construction of biological facts]", in {{Cite book|title=Transgender voices: beyond women and men|publisher=University Press of New England|isbn=9781584656838|editor-last=Girshick|editor-first=Lori B.|location=Hanover, New Hampshire|page=48}}</ref>
 
Meski sering diabaikan dalam diskusi maskulinitas, wanita juga bisa mengekspresikan sifat maskulin dan perilaku. [35] [36] Dalam budaya Barat, maskulinitas wanita telah dikodifikasikan menjadi identitas seperti "tomboy" dan "butch". Meski maskulinitas wanita sering dikaitkan dengan lesbianisme, mengekspresikan maskulinitas tidak harus berhubungan dengan seksualitas seorang wanita. Dalam filsafat feminis, maskulinitas perempuan sering dicirikan sebagai jenis kinerja gender yang menantang maskulinitas dan dominasi laki-laki tradisional. [37] Wanita maskulin sering mengalami stigma dan pelecehan sosial, walaupun pengaruh gerakan feminis telah menyebabkan penerimaan wanita yang mengekspresikan maskulinitas dalam beberapa dekade belakangan ini.
 
=== Kesehatan ===
[[Berkas:A_Soldier_Drinks_a_Pint_of_Beer_on_his_Return_from_Afghanistan_MOD_45152497.jpg|al=Silhouetted man drinking a glass of beer|ka|jmpl|Seorang tentara Inggris minum segelas [[bir]] setelah ia kembali dari Afghanistan. Pertempuran dalam perang dan minum alkohol secara tradisional dianggap sebagai kegiatan maskulin dalam budaya Barat.]]
Bukti menunjukkan dampak negatif dari hegemoni maskulinitas pada pria kesehatan yang berhubungan dengan perilaku, dengan pria Amerika membuat 134.5&#x20;juta lebih sedikit dokter kunjungan per tahun daripada wanita. Laki-laki membuat 40.8 persen dari semua kunjungan dokter, termasuk perempuan obstetri dan ginekologi kunjungan. Dua puluh lima persen pria berusia 45 hingga 60 tidak memiliki dokter pribadi, meningkatkan risiko kematian dari [[Penyakit kardiovaskular|penyakit jantung]]. Laki-laki antara 25 dan 65 adalah empat kali lebih mungkin untuk meninggal akibat [[Penyakit kardiovaskular|penyakit jantung]] daripada wanita, dan lebih mungkin untuk dapat didiagnosis dengan penyakit terminal karena keengganan mereka untuk melihat dokter. Alasan-alasan yang disebutkan untuk tidak melihat dokter termasuk ketakutan, penolakan, rasa malu, tidak menyukai situasi-situasi di luar kendali mereka dan keyakinan bahwa mengunjungi dokter ini tidak layak waktu atau biaya.<ref>{{Cite journal|last=Galdas|first=Paul M.|last2=Cheater|first2=Francine M.|last3=Marshall|first3=Paul|date=March 2005|title=Men and health help-seeking behaviour: Literature review|url=https://dx.doi.org/10.1111/j.1365-2648.2004.03331.x|journal=[[Journal of Advanced Nursing]]|publisher=[[Wiley-Blackwell|Wiley]]|volume=49|issue=6|pages=616–623|doi=10.1111/j.1365-2648.2004.03331.x|pmid=15737222|postscript=.|ref=harv}}</ref>
 
Bukti menunjukkan dampak negatif maskulinitas hegemonik terhadap perilaku terkait kesehatan pria, dengan pria Amerika membuat 134,5 juta kunjungan dokter lebih sedikit per tahun dibandingkan wanita. Pria membuat 40,8 persen dari semua kunjungan dokter, termasuk kunjungan obstetrik dan ginekologi wanita. Dua puluh lima persen pria berusia 45 sampai 60 tahun tidak memiliki dokter pribadi, meningkatkan risiko kematian akibat penyakit jantung. Pria berusia antara 25 dan 65 empat kali lebih mungkin meninggal karena penyakit kardiovaskular daripada wanita, dan lebih mungkin didiagnosis menderita penyakit terminal karena mereka enggan menemui dokter. Alasan yang dikutip karena tidak melihat dokter meliputi rasa takut, penyangkalan, rasa malu, ketidaksukaan terhadap situasi di luar kendali mereka dan keyakinan bahwa mengunjungi dokter tidak sepadan dengan waktu atau biaya. [39]
 
Studi laki-laki di Amerika Utara dan Eropa menunjukkan bahwa pria yang mengkonsumsi [[minuman beralkohol]] sering melakukannya dalam rangka untuk memenuhi tertentu harapan sosial dari kejantanan. Sementara penyebab minum dan [[alkoholisme]] yang kompleks dan beragam, peran gender dan harapan sosial memiliki pengaruh yang kuat mendorong orang-orang untuk minum.<ref name="Lemle & Mishkind">{{cite journal|last1=Lemle|first1=Russell|last2=Mishkind|first2=Marc E.|date=1989|title=Alcohol and masculinity|url=https://doi.org/10.1016/0740-5472(89)90045-7|journal=[[Journal of Substance Abuse Treatment]]|volume=6|issue=4|pages=213–22|doi=10.1016/0740-5472(89)90045-7|pmid=2687480}}</ref><ref name="Berkowitz">{{Cite book|title=Men and Masculinities: A Social, Cultural, and Historical Encyclopedia: Volume 1|last=Berkowitz|first=Alan D.|date=2004|publisher=ABC-CLIO|isbn=9781576077740|editor-last=Kimmel|editor-first=Michael S.|editor-link=Michael Kimmel|location=Santa Barbara|pages=17–18|language=en|chapter=Alcohol|editor-last2=Aronson|editor-first2=Amy|editor-link2=Amy Aronson|chapter-url=https://books.google.com/books?id=jWj5OBvTh1IC&pg=PA17&dq=alcohol}}</ref>
 
Studi tentang pria di Amerika Utara dan Eropa menunjukkan bahwa pria yang mengonsumsi minuman beralkohol sering melakukannya untuk memenuhi harapan sosial tertentu tentang kejantanan. Sementara penyebab minum dan alkoholisme sangat kompleks dan bervariasi, peran gender dan harapan sosial memiliki pengaruh yang kuat yang mendorong pria untuk minum. [40] [41]
 
Pada tahun 2004, Arran Stibbe menerbitkan sebuah analisis yang terkenal laki-laki-majalah kesehatan pada tahun 2000. Menurut Stibbe, meskipun majalah pura-pura fokus pada kesehatan itu juga dipromosikan tradisional maskulin perilaku seperti konsumsi berlebihan makanan kenyamanan dan daging, konsumsi alkohol dan seks yang tidak aman.<ref>{{Cite journal|last=Stibbe|first=Arran|date=July 2004|title=Health and the social construction of masculinity in "''Men's Health''" magazine|url=https://doi.org/10.1177/1097184X03257441|journal=[[Men and Masculinities]]|volume=7|issue=1|pages=31–51|doi=10.1177/1097184X03257441|ref=harv}}</ref>
 
Pada tahun 2004, Arran Stibbe menerbitkan sebuah analisis tentang majalah kesehatan pria terkenal pada tahun 2000. Menurut Stibbe, meskipun majalah tersebut seolah-olah berfokus pada kesehatan, ia juga mempromosikan perilaku maskulin tradisional seperti konsumsi makanan dan konsumsi alkohol, konsumsi alkohol dan konsumsi berlebihan. seks yang tidak aman [42]
 
Penelitian pada bir-konten komersial oleh Lance Strate<ref name="Strate et al 1992">Strate, Lance (1992), "[https://books.google.co.uk/books?id=GJA7CgAAQBAJ&pg=PT78 Beer commercials: a manual on masculinity]", in {{Cite book|title=Men, masculinity and the media|publisher=[[Sage Publications|Sage]]|isbn=9780803941632|editor-last=Craig|editor-first=Steve|location=Thousand Oaks, California}}
</ref> membuahkan hasil yang relevan untuk studi maskulinitas.{{Sfnp}} Dalam iklan bir, perilaku maskulin (terutama risk-taking) didorong. Iklan sering fokus pada situasi di mana seorang pria mengatasi hambatan dalam kelompok, bekerja atau bermain keras (konstruksi atau pertanian pekerja atau [[koboi]]). Orang-orang yang melibatkan bermain memiliki tema sentral dari penguasaan (alam atau satu sama lain), resiko dan petualangan: memancing, berkemah, bermain olahraga atau bersosialisasi di [[Bar (tempat)|bar]]. Biasanya ada unsur bahaya dan fokus pada gerakan dan kecepatan (menonton cepat mobil atau mengemudi cepat). Bar adalah pengaturan untuk pengukuran maskulinitas dalam keterampilan seperti [[Biliar|bilyar]], kekuatan, dan kemampuan minum.
 
Penelitian kandungan bir-komersial oleh Lance Strate [43] menghasilkan hasil yang relevan dengan studi maskulinitas. [44] Dalam iklan bir, perilaku maskulin (terutama pengambilan risiko) dianjurkan. Iklan sering berfokus pada situasi di mana seorang pria mengatasi hambatan dalam sebuah kelompok, bekerja atau bermain keras (pekerja konstruksi atau pertanian atau koboi). Bermain yang melibatkan tema sentral penguasaan (sifat atau satu sama lain), risiko dan petualangan: memancing, berkemah, bermain olahraga atau bersosialisasi di bar. Biasanya ada unsur bahaya dan fokus pada gerakan dan kecepatan (menonton mobil cepat atau mengemudi dengan cepat). Bar adalah setting untuk pengukuran maskulinitas dalam keterampilan seperti kemampuan biliar, kekuatan, dan minum. [43]
 
== Sejarah ==
Karena apa yang merupakan maskulinitas telah bervariasi dengan waktu dan tempat, menurut Raewyn Connell, itu lebih tepat untuk membahas "masculinities" dari satu konsep besarnya.{{Sfnp}} Studi sejarah maskulinitas muncul selama tahun 1980-an, dibantu oleh bidang perempuan dan (kemudian) jenis kelamin sejarah. Sebelum sejarah perempuan diperiksa, ada yang "ketat gendering publik/swasta membagi"; mengenai maskulinitas, ini berarti sedikit mempelajari tentang bagaimana manusia berhubungan dengan rumah tangga, rumah tangga dan kehidupan keluarga.<ref name=":2">Tosh, John (1999), "[https://books.google.co.uk/books?id=Br8JCAAAQBAJ&printsec=frontcover Introduction: masculinity and domesticity]", in {{cite book|title=A man's place: masculinity and the middle-class home in Victorian England|publisher=Yale University Press|year=1999|isbn=9780300077797|editor-last=Tosh|editor-first=John|location=New Haven, Connecticut|page=2}}</ref> Meskipun perempuan sejarah peran menegasikan, meskipun penulisan sejarah oleh (dan terutama tentang) laki-laki sebagian besar laki-laki mengalami hilang. Kekosongan ini diinterogasi selama akhir 1970-an, ketika perempuan sejarah mulai menganalisis jenis kelamin dan perempuan untuk memperdalam pengalaman perempuan.<ref>{{Cite journal|last=Davis|first=Natalie Z.|date=Spring–Summer 1976|title="Women's history" in transition: the European case|url=https://doi.org/10.2307/3177729|journal=[[Feminist Studies]]|publisher=Feminist Studies, Inc.|volume=3|issue=3–4|pages=83–103|doi=10.2307/3177729|jstor=3177729|postscript=.|ref=harv}}</ref> Joan Scott mani artikel, menyerukan studi gender sebagai sebuah konsep analitis untuk mengeksplorasi masyarakat, kekuasaan dan wacana, meletakkan dasar untuk bidang ini.<ref>{{Cite journal|last=Scott|first=Joan W.|date=December 1986|title=Gender: a useful category of historical analysis|url=https://doi.org/10.1086/ahr/91.5.1053|journal=[[The American Historical Review]]|publisher=[[Oxford University Press|Oxford Journals]]|volume=91|issue=5|pages=1053–1075|doi=10.1086/ahr/91.5.1053|jstor=1864376|postscript=.|ref=harv}}</ref> Menurut Scott gender harus digunakan dalam dua cara: yang produktif dan menghasilkan. Produktif gender diperiksa perannya dalam menciptakan hubungan kekuasaan, dan menghasilkan jenis kelamin dieksplorasi penggunaan dan perubahan jenis kelamin sepanjang sejarah. Ini telah mempengaruhi bidang maskulinitas, seperti yang terlihat di Pierre Bourdieu definisi maskulinitas: dihasilkan oleh masyarakat dan budaya, dan direproduksi dalam kehidupan sehari-hari.<ref>{{Cite book|title=Masculine domination|last=Bourdieu|first=Pierre|publisher=Polity Press|year=2001|isbn=9780745622651|location=Cambridge, UK}}</ref> kesibukan bekerja dalam sejarah perempuan led untuk panggilan untuk studi tentang peran laki-laki (awalnya dipengaruhi oleh psikoanalisis) dalam masyarakat dan emosional dan interpersonal hidup. Connell menulis bahwa ini awal karya-karya yang ditandai dengan "tingkat tinggi umum" "fasilitas survei dari norma-norma budaya". Beasiswa menyadari kontemporer, perubahan sosial yang bertujuan untuk memahami dan berkembang (atau membebaskan) peran laki-laki dalam menanggapi feminisme.{{Sfnp}} John Tosh panggilan untuk kembali ke ini bertujuan untuk sejarah maskulinitas untuk menjadi berguna, baik secara akademis maupun dalam ranah publik.<ref name=":0">Steedman, Carolyn (1992), "[https://books.google.co.uk/books?id=EzD4fdELEioC&pg=PA614 Culture, cultural studies and the historians]", in {{cite book|title=Cultural studies|publisher=Routledge|isbn=9780415903455|editor-first1=Lawrence|location=New York|page=617|editor-last2=Nelson|editor-first2=Cary|editor-last3=Treichler|editor-first3=Paula|editor-last1=Grossberg}}</ref>
 
Karena apa yang merupakan maskulinitas telah bervariasi menurut waktu dan tempat, menurut Raewyn Connell, lebih tepat untuk membahas "maskulinitas" daripada satu konsep menyeluruh. [45] Studi tentang sejarah maskulinitas muncul pada tahun 1980an, dibantu oleh bidang sejarah gender perempuan dan (belakangan). Sebelum sejarah wanita diperiksa, ada "gendering publik / private divide" yang ketat; Tentang maskulinitas, ini berarti studi kecil tentang bagaimana pria berhubungan dengan rumah tangga, rumah tangga dan kehidupan keluarga. [46] Meskipun peran historis wanita diabaikan, meskipun penulisan sejarah oleh (dan terutama tentang) pria sebagian besar pengalaman pria hilang. Kekosongan ini dipertanyakan pada akhir 1970-an, ketika sejarah perempuan mulai menganalisis gender dan wanita untuk memperdalam pengalaman perempuan. [47] Artikel mani Joan Scott, menyerukan studi gender sebagai konsep analitis untuk mengeksplorasi masyarakat, kekuasaan dan wacana, meletakkan dasar untuk bidang ini. [48] Menurut Scott gender harus digunakan dengan dua cara: produktif dan diproduksi. Gender produktif memeriksa perannya dalam menciptakan hubungan kekuasaan, dan menghasilkan gender mengeksplorasi penggunaan dan perubahan gender sepanjang sejarah. Hal ini telah mempengaruhi bidang maskulinitas, seperti yang terlihat pada definisi Pierre Bourdieu mengenai maskulinitas: diproduksi oleh masyarakat dan budaya, dan diproduksi ulang dalam kehidupan sehari-hari. [49] Kesibukan kerja dalam sejarah wanita menyebabkan sebuah panggilan untuk mempelajari peran laki-laki (awalnya dipengaruhi oleh psikoanalisis) di masyarakat dan kehidupan emosional dan interpersonal. Connell menulis bahwa karya awal ini ditandai oleh "tingkat generalitas tinggi" dalam "survei norma budaya yang luas". Beasiswa tersebut menyadari adanya perubahan masyarakat kontemporer yang bertujuan untuk memahami dan mengembangkan (atau membebaskan) peran laki-laki dalam menanggapi feminisme. [50] John Tosh meminta untuk kembali ke tujuan ini agar sejarah maskulinitas bermanfaat, akademis dan di ranah publik. [51]
=== {{Anchor|Ancient}}Jaman dahulu ===
 
=== {{Anchor|Ancient}}Jaman dahulu ===
[[Berkas:Odysseus_sehnt_sich_nach_Ithaka_(Tischbein).jpg|al=Painting of Odysseus leaning on a ship|ka|jmpl|[[Odisseus|Odysseus]], pahlawan ''Odyssey'']]
Sastra kuno yang tanggal kembali ke sekitar 3000 SM, dengan eksplisit harapan untuk laki-laki dalam bentuk undang-undang dan tersirat maskulin cita-cita dalam mitos dewa-dewa dan pahlawan. Dalam [[Alkitab Ibrani|Alkitab ibrani]] dari 1000 SM, Raja Daud dari Israel mengatakan kepada anaknya, "aku pergi jalan seluruh bumi: jadilah engkau kuat oleh karena itu, tampakkanlah diri-mu laki-laki;"<ref>{{Cite web|url=https://www.biblegateway.com/passage/?search=1+Kings+2:2&version=KJV|title=Bible Gateway passage: 1 Kings 2:2 - King James Version|website=biblegateway.com|publisher=Bible Gateway|access-date=29 September 2017}}</ref> setelah kematian Daud. Sepanjang sejarah, manusia telah bertemu menuntut standar budaya. Kate Cooper menulis tentang konsep kuno feminitas, "di Mana seorang wanita yang disebutkan karakter seorang pria dihakimi – dan bersamaan dengan itu apa yang ia berdiri."<ref>Cooper, Kate (1996), "[https://books.google.com/books?id=QVvn8vUMZdIC&pg=PA19 Private lives, public meanings]", in {{Cite book|url=https://books.google.com/books?id=QVvn8vUMZdIC&pg=PA19&lpg=PA19|title=The virgin and the bride: idealized womanhood in late antiquity|publisher=[[Harvard University Press]]|isbn=9780674939509|editor-last=Cooper|editor-first=Kate|location=Cambridge, Massachusetts|page=19}}</ref> Menurut ''[[Kodeks Hammurabi|Kode Hammurabi]]'' (sekitar tahun 1750 SM):
Baris 56 ⟶ 78:
* Aturan 128: "Jika seorang pria mengambil seorang wanita untuk menjadi istrinya, tetapi tidak bersetubuh dengan dia, wanita ini adalah istri untuk dia."<ref>{{Cite book|url=http://www.wsu.edu/~dee/MESO/CODE.HTM|title=The Code of Hammurabi|last=Hammurabi|others=L.W. King (translator)|year=1910|editor-last=Hooker|editor-first=Richard|author-link=Hammurabi|archive-url=https://web.archive.org/web/20110514033802/http://www.wsu.edu/~dee/MESO/CODE.HTM|archive-date=14 May 2011}}</ref>
Para sarjana mengutip integritas dan [[Kesetaraan sosial|kesetaraan]] sebagai nilai-nilai maskulin pada laki-laki-hubungan<ref>{{Cite journal|last=Bassi|first=Karen|date=January 2001|title=Acting like men: gender, drama, and nostalgia in Ancient Greece|url=https://doi.org/10.1086/449528|journal=[[Classical Philology (journal)|Classical Philology]]|publisher=[[Chicago University Press|Chicago Journals]]|volume=96|issue=1|pages=86–92|doi=10.1086/449528|postscript=.|ref=harv}}</ref> dan kejantanan pada pria-wanita hubungan. Legenda pahlawan kuno termasuk ''[[Epos Gilgames|Epik Gilgamesh]]'', ''[[Iliad]]'' dan ''[[Odisseia|Odyssey]]''. Cerita-cerita yang menunjukkan kualitas dalam pahlawan yang menginspirasi rasa hormat, seperti kebijaksanaan dan keberanian: mengetahui hal-hal yang orang lain tidak tahu dan mengambil risiko lain laki-laki tidak akan berani.{{Butuh rujukan|date=June 2015}}
 
Literatur kuno berawal sekitar 3000 SM, dengan harapan eksplisit untuk pria dalam bentuk hukum dan cita-cita maskulin tersirat dalam mitos para dewa dan pahlawan. Dalam Alkitab Ibrani pada tahun 1000 SM, Raja Daud dari Israel mengatakan kepada anaknya, "Saya pergi ke seluruh dunia: jadilah engkau kuat, dan bunuhlah dirimu sebagai manusia;" [52] setelah kematian Daud. Sepanjang sejarah, pria telah memenuhi standar budaya yang ketat. Kate Cooper menulis tentang konsep kuno tentang feminitas, "Di mana pun seorang wanita disebut-sebut karakter pria dihakimi - dan bersamaan dengan itu, apa yang dia inginkan." [53] Menurut Kode Hammurabi (sekitar tahun 1750 SM):
 
Aturan 3: "Jika ada orang yang menuduh, bahwa kejahatan apa pun di hadapan tua-tua dan tidak membuktikan apa yang telah dituduhkan kepadanya, ia harus dihukum jika dihukum karena pelanggaran berat."
 
Aturan 128: "Jika seorang pria membawa perempuan ke isterinya, tetapi tidak melakukan hubungan intim dengannya, wanita ini bukanlah isteri baginya." [54]
 
Para ilmuwan mengutip integritas dan kesetaraan sebagai nilai maskulin dalam hubungan laki-laki [55] dan kejantanan dalam hubungan laki-laki dan perempuan. Legenda pahlawan kuno termasuk Epik Gilgames, Iliad dan Odyssey. Cerita-cerita menunjukkan kualitas dalam pahlawan yang menginspirasi rasa hormat, seperti kebijaksanaan dan keberanian: mengetahui hal-hal yang pria lain tidak tahu dan mengambil risiko orang lain tidak akan berani.
 
=== Abad pertengahan dan era Victoria ===
Baris 63 ⟶ 93:
Selama era Victoria, maskulinitas menjalani transformasi dari tradisional kepahlawanan. Filsuf skotlandia [[Thomas Carlyle|, Thomas Carlyle]] menulis pada tahun 1831: "tua ideal Kedewasaan telah tumbuh usang, dan baru masih terlihat oleh kita, dan kita setelah meraba-raba dalam kegelapan, menggenggam satu ini phantom, yang lain itu; [[Penderitaan Pemuda Werther|Werterism]], [[George Gordon Byron|Byronism]], bahkan Brummelism, masing-masing memiliki hari".<ref>Adams, James Eli (1995), "[https://books.google.co.uk/books?id=f7gwHwyxZJ4C&pg=PA1 Introduction]", in {{Cite book|title=Dandies and desert saints: styles of Victorian masculinity|publisher=Cornell University Press|isbn=9780801482083|editor-last=Adams|editor-first=James Eli|location=Ithaca, New York|page=1}}</ref>
 
=== {{Anchor|Modern times}}Hari ini ===
Pada awal abad kedua puluh, tradisional keluarga terdiri dari ayah sebagai pencari nafkah dan ibu sebagai ibu rumah tangga. Karakteristik hadir hari maskulinitas laki-laki kesediaan untuk melawan stereotip. Terlepas dari usia atau kebangsaan, laki-laki lebih sering peringkat kesehatan yang baik, kehidupan keluarga yang harmonis dan hubungan yang baik dengan pasangan atau pasangan mereka sebagai penting untuk kualitas hidup mereka.<ref>{{cite press release|date=26 August 2008|title=Research and insights from Indiana University|url=http://newsinfo.iu.edu/tips/page/normal/8690.html|location=|publisher=[[Indiana University]]|access-date=13 March 2017}}
</ref>
 
Pada awal abad ke-20, sebuah keluarga tradisional terdiri dari ayah sebagai pencari nafkah dan ibu sebagai ibu rumah tangga. Ciri khas maskulinitas masa kini adalah kesediaan pria untuk melawan stereotip. Terlepas dari usia atau kebangsaan, pria lebih sering memiliki kesehatan yang baik, kehidupan keluarga yang harmonis dan hubungan baik dengan pasangan atau pasangan mereka sama pentingnya dengan kualitas hidup mereka. [59]
== Kebancian ==
Laki-laki Gay yang dianggap oleh beberapa orang untuk "menyimpang dari norma maskulin" dan murah hati stereotip sebagai "lembut dan halus", bahkan oleh pria gay lainnya. Menurut gay manusia-aktivis hak asasi Peter Tatchell:<blockquote class="">Bertentangan dengan bermaksud baik mengklaim bahwa gay adalah "sama" seperti yang lurus, ada perbedaan. Apa yang lebih, khas gaya gay maskulinitas dari manfaat sosial yang besar. Bukankah hidup akan membosankan tanpa bakat dan imajinasi [[Queer|aneh]] fashion desainer dan dekorator interior? Bagaimana bisa NHS mengatasi tidak ada gay perawat, atau sistem pendidikan dengan tidak gay guru? Masyarakat harus berterima kasih pada bintang keberuntungan bahwa tidak semua laki-laki berubah lurus, macho dan sensitif. Berbeda hetero dan homo mode kelelakian tidak, tentu saja, biologis tetap.<ref name="Tatchell">{{Cite news|url=http://www.thescavenger.net/glbtiq-sp-1239/glbtiq/170-what-straight-men-can-learn-from-gay-men-6789.html|title=What straight men could learn from gay men - a queer kind of masculinity?|last=Tatchell|first=Peter|date=January 1999|work=The Scavenger|author-link=Peter Tatchell|access-date=7 March 2015}}</ref></blockquote>Psikolog Joseph Pleck berpendapat bahwa hirarki maskulinitas yang ada sebagian besar sebagai dikotomi homoseksual dan heteroseksual laki-laki: "masyarakat Kita menggunakan laki-laki heteroseksual-homoseksual dikotomi sebagai simbol untuk semua peringkat maskulinitas, untuk pembagian atas dasar apapun antara laki-laki yang "pria sejati" dan memiliki kekuatan, dan laki-laki yang tidak".<ref name="nomas.org">{{cite web|url=http://nomas.org/understanding-patriarchy-and-mens-power/|title=Understanding patriarchy and men's power|last=Pleck|first=Joseph|publisher=[[National Organization for Men Against Sexism]] (NOMAS)|accessdate=11 Jan 2017}}</ref> Michael Kimmel menambahkan bahwa [[Tropus|kiasan]] "Kau jadi gay" menunjukkan kurangnya maskulinitas, daripada orientasi homoseksual.<ref>{{Cite book|url=https://www.worldcat.org/oclc/57227710|title=Mars and Venus, Or, Planet Earth?: Women and Men in a New Millenium [sic]|last=Kimmel|first=Michael S.|last2=Lewis|first2=Summer|publisher=Kansas State University|year=2004|format=DVD|author-link=Michael Kimmel}}</ref> Menurut Pleck, untuk menghindari penindasan laki-laki perempuan, diri mereka sendiri dan orang lain, [[Patriarki|patriarkal]] struktur, lembaga-lembaga dan wacana yang harus dihilangkan dari masyarakat Barat.
 
Dalam film dokumenter ''Yang Butch Faktor'', laki-laki gay (salah satu dari mereka [[transgender]]) ditanya tentang pandangan mereka tentang maskulinitas. Sifat-sifat maskulin yang umumnya dilihat sebagai keuntungan dalam dan keluar dari lemari, yang memungkinkan "butch" pria gay untuk menyembunyikan [[orientasi seksual]] lebih lama sementara yang bergerak di maskulin kegiatan seperti olahraga. Kebancian adalah tidak akurat yang berhubungan dengan [[homoseksualitas]], dan beberapa laki-laki gay meragukan orientasi seksual mereka; mereka tidak melihat diri mereka sebagai banci, dan merasa sedikit hubungan dengan budaya gay.<ref name="ifbutscoconuts">{{Cite web|url=http://ifsbutscoconuts.kinja.com/the-butch-factor-masculinity-from-a-gay-male-perspect-1549893361|title=The butch factor: masculinity from a gay male perspective (blog)|last=ifsbutscoconuts|date=23 March 2014|access-date=6 March 2015}}</ref> Beberapa banci laki-laki gay di ''Butch Faktor'' merasa tidak nyaman tentang feminitas mereka (meskipun menjadi nyaman dengan seksualitas mereka),<ref name="Feminine Gay Man Strength">{{Cite news|url=http://www.huffingtonpost.com/tyler-curry/the-strength-in-being-a-feminine-gay-man_b_3896302.html|title=The strength in being a feminine gay man|last=Curry|first=Tyler|date=1 October 2013|work=[[The Huffington Post]]|access-date=6 March 2015}}</ref> dan feminin gay laki-laki mungkin akan diejek oleh stereotip maskulin gay.<ref>{{Cite web|url=http://www.queerty.com/why-do-masculine-gay-guys-look-down-on-feminine-guys-20140707|title=Why do masculine gay guys look down on feminine guys?|last=Jones|first=Darianna|date=7 July 2014|website=Queerty|access-date=6 March 2015}}<br>
See also: {{Cite web|url=https://goodmenproject.com/featured-content/open-letter-gay-guys-fem-guys-jvinc/|title=An open letter to gay guys who look down on 'Fem Guys'|last=Jones|first=Darianna|date=9 July 2014|website=The Good Men Project|access-date=6 March 2015}}</ref>
 
Feminin-mencari laki-laki cenderung untuk [[Melela|keluar]] lebih awal setelah dicap gay oleh teman-teman sebaya mereka. Lebih mungkin untuk menghadapi bullying dan pelecehan sepanjang hidup mereka, mereka mengejek dengan kata-kata yang menghina (seperti "banci") menyiratkan kualitas feminin. Banci, "campy" gay laki-laki kadang-kadang menggunakan apa yang John R. Ballew disebut "kamp humor", seperti merujuk ke satu sama lain dengan kata ganti perempuan (menurut Ballew, "cara yang lucu meredakan kebencian yang diarahkan kepada kami [pria gay]"); namun, seperti humor "dapat menyebabkan kita [pria gay] untuk menjadi bingung dalam kaitannya dengan bagaimana kita merasa tentang menjadi laki-laki".<ref name="Gay men and masculinity">{{Cite web|url=http://bodymindsoul.org/articles/gay-sexuality/gay-men-and-masculinity/|title=Gay men and masculinity (blog)|last=Ballew|first=John R.|website=bodymindsoul.org|publisher=John R. Ballew|access-date=6 March 2015}}</ref> Dia menyatakan lebih lanjut:{{Quote|[Heterosexual] men are sometimes advised to get in touch with their "inner feminine." Maybe gay men need to get in touch with their "inner masculine" instead. Identifying those aspects of being a man we most value and then cultivate those parts of our selves can lead to a healthier and less distorted sense of our own masculinity.<ref name="Gay men and masculinity"></blockquote>|text=[Heterosexual] men are sometimes advised to get in touch with their "inner feminine." Maybe gay men need to get in touch with their "inner masculine" instead. Identifying those aspects of being a man we most value and then cultivate those parts of our selves can lead to a healthier and less distorted sense of our own masculinity.<ref name="Gay men and masculinity"/>}}Sebuah studi oleh Pusat Studi Teoritis di [[Universitas Charles di Praha]] dan Academy of Sciences dari Republik ceko menemukan "signifikan" perbedaan bentuk antara wajah-wajah heteroseksual dan laki-laki gay, gay laki-laki memiliki "maskulin" fitur ("undermin[ing] stereotip tentang pria gay lebih feminin mencari.")<ref>{{Cite news|url=https://www.independent.co.uk/news/science/gay-and-straight-men-may-have-different-facial-shapes-new-study-suggests-8928519.html|title=Gay and straight men may have different facial shapes, new study suggests|last=Saul|first=Heather|date=8 November 2013|work=[[The Independent]]|quote=Their results found that homosexual men were rated as more stereotypically 'masculine' than heterosexual men, which they said undermined stereotypical notions of gay men as more feminine looking.|access-date=6 March 2015}}</ref>
 
Laki-laki Gay yang telah disajikan di media sebagai feminin dan terbuka untuk ejekan, meskipun film-film seperti ''[[Brokeback Mountain]]'' adalah melawan stereotip. perkembangan terbaru adalah penggambaran dari pria homoseksual di komunitas LGBT sebagai "beruang", sebuah [[subkultur]] dari laki-laki gay merayakan kasar maskulinitas<ref>{{Cite news|url=http://www.advocate.com/comedy/2014/04/17/tbt-when-advocate-invented-bears|title=When ''The Advocate'' Invented Bears|last=advocate.com editors|date=17 April 2014|work=[[The Advocate]]|publisher=Here Media Inc.|access-date=6 March 2015}}</ref><ref name="Mazzei">{{Cite news|title=Who's Who in the Zoo?|last=Mazzei|first=George|date=1979|work=[[The Advocate]]|publisher=Here Media Inc.|pages=42–43}}</ref> dan "karakteristik seksual sekunder laki-laki: rambut wajah, tubuh, rambut, ukuran proporsional, [[Rambut rontok|kebotakan]]".<ref>Suresha, Ron (2009), "[https://books.google.com/books?id=oWQ1Qe3g5hkC&pg=PA83 Bearness's beautiful big blank: tracing the genome of ursomasculinity. An interview with Jack Fritscher]", in {{Cite book|title=Bears on bears: interviews & discussions|publisher=Bear Bones Books|isbn=9781590212448|editor-last=Suresha|editor-first=Ron|location=New London, Connecticut|page=83}}</ref>
 
[[Gelombang feminisme kedua|Kedua gelombang]] pro-feminisme membayar perhatian yang lebih besar terhadap isu-isu seksualitas, khususnya hubungan antara homoseksual laki-laki dan maskulinitas hegemonik. Pergeseran ini menyebabkan peningkatan kerjasama antara laki-laki pembebasan dan gay pembebasan gerakan-gerakan yang berkembang, sebagian, karena maskulinitas dipahami sebagai konstruksi sosial dan dalam menanggapi universalisasi "laki-laki" sebelumnya pria ini gerakan. Pria-aktivis hak asasi bekerja untuk menghentikan kedua gelombang feminis dari mempengaruhi gay-gerakan hak-hak, mempromosikan hypermasculinity sebagai yang melekat pada seksualitas gay.<ref>{{Cite book|title=Unpacking queer politics: a lesbian feminist perspective|last=Jeffreys|first=Sheila|publisher=Polity Press|year=2003|isbn=9780745628387|location=Cambridge Malden, Massachusetts|author-link=Sheila Jeffreys}}</ref>
 
Maskulinitas telah memainkan peran penting dalam [[lesbian]] budaya,<ref>Halberstam, Judith (1998), "[https://books.google.co.uk/books?id=UYAi9OEYRekC&pg=PA119 Lesbian masculinity: even stone butches get the blues]", in {{Cite book|title=Female masculinity|publisher=Duke University Press|year=1998|isbn=9780822322436|editor-last=Halberstam|editor-first=Judith|location=Durham, North Carolina|page=119}}</ref> meskipun lesbian bervariasi dalam derajat yang mereka mengekspresikan maskulinitas dan feminitas. Dalam [[LGBT]] budaya, maskulin perempuan sering disebut sebagai "[[butch]]".<ref>{{Cite web|url=http://www.butch-femme.net/butchfemmenetwork_016.htm|title=Welcome to our Butch-Femme Definitions Page (blog)|last=Wickens|first=Kathryn|publisher=Butch–Femme Network, founded in Massachusetts in 1996|archive-url=https://web.archive.org/web/20140210184149/http://www.butch-femme.net/butchfemmenetwork_016.htm|archive-date=10 February 2014|access-date=11 October 2012}}</ref><ref>Hollibaugh, Amber L. (2000), "[https://books.google.co.uk/books?id=41bNbaMuyPoC&pg=PA249 Gender warriors]", in {{Cite book|title=My dangerous desires: a queer girl dreaming her way home|publisher=Duke University Press|year=2000|isbn=9780822326250|editor-last=Hollibaugh|editor-first=Amber L.|location=Durham, North Carolina|page=249}}</ref><ref>{{Cite book|title=My husband Betty: love, sex, and life with a crossdresser|last=Boyd|first=Helen|publisher=Thunder Mouth Press|year=2003|isbn=9781560255154|location=New York|page=64}}</ref>
 
== Kritik ==
Baris 98 ⟶ 116:
Penelitian di Inggris menemukan, "laki-laki Muda dan perempuan yang membaca kebugaran dan majalah fashion dapat secara psikologis dirugikan oleh gambar pilihan perempuan dan laki-laki physiques." Wanita muda dan laki-laki latihan berlebihan dalam upaya untuk mencapai apa yang mereka anggap menarik-fit dan berotot, yang dapat menyebabkan tubuh dismorfik disorder atau muscle dysmorphia.<ref>{{Cite news|url=http://news.bbc.co.uk/2/hi/health/7318411.stm|title=Magazines 'harm male body image'|date=28 May 2008|work=[[BBC News]]|access-date=12 May 2010}}</ref><ref>{{Cite web|url=https://uk.askmen.com/sports/bodybuilding/56_fitness_tip.html|title=Muscle dysmorphia|last=Lee|first=Ian|website=askmen.com|publisher=Ask Men}}</ref><ref>{{Cite web|url=http://www.livescience.com/health/060815_bodyimage_men.html|title=Men muscle in on body image problems|date=6 August 2015|website=livescience.com|publisher=LiveScience}}</ref> Meskipun stereotip mungkin tetap konstan, nilai yang melekat pada stereotip maskulin telah berubah; telah berpendapat bahwa maskulinitas adalah sebuah fenomena yang tidak stabil, tidak pernah akhirnya tercapai.{{Sfnp}}
 
Menurut sebuah makalah yang diajukan oleh Tracy Tylka kepada American Psychological Association, "Alih-alih melihat penurunan objektivitas perempuan di masyarakat, baru terjadi peningkatan objektivitas kedua jenis kelamin. Dan Anda dapat melihat hal itu di media saat ini. " Pria dan wanita membatasi asupan makanan dalam usaha mencapai apa yang mereka anggap sebagai tubuh yang kurus; Dalam kasus ekstrim, ini menyebabkan gangguan makan. [84] Psikiater Thomas Holbrook mengutip sebuah penelitian di Kanada baru-baru ini yang menunjukkan bahwa sebanyak satu dari enam orang dengan gangguan makan adalah laki-laki. [85]
=== {{Anchor|Masculine gender role stress}}Gender-role stress ===
 
Penelitian di Inggris menemukan, "Pria dan wanita muda yang membaca majalah kebugaran dan mode dapat secara psikologis dirugikan oleh gambaran fisik wanita dan pria yang sempurna." Wanita muda dan pria berolahraga secara berlebihan dalam upaya untuk mencapai apa yang mereka anggap sebagai tubuh yang bugar dan berotot secara menarik, yang dapat menyebabkan gangguan dismorfik tubuh atau dismorfia otot. [86] [87] [88] Meskipun stereotipnya tetap konstan, nilai yang melekat pada stereotip maskulin telah berubah; Telah dikemukakan bahwa maskulinitas adalah fenomena yang tidak stabil, tidak pernah tercapai. [28]
 
=== Gender-role stress ===
[[Berkas:I_Won't_Cry_Daddy.jpg|ka|jmpl|Dari usia muda, anak laki-laki biasanya diajarkan untuk menekan emosi mereka dalam rangka untuk menyesuaikan diri dengan stereotip maskulin.<ref name="Worell835">{{Cite book|title=Encyclopedia of Women and Gender: Sex Similarities and Sifferences and the Impact of Society on Gender|last=Worell|first=Judith|date=2001|publisher=Academic Press|isbn=0122272455|location=San Diego, California|page=835}}</ref>]]
Pada tahun 1987 Eisler dan Skidmore belajar maskulinitas, menciptakan ide "maskulin stres" dan menemukan tiga unsur maskulinitas yang sering mengakibatkan stres emosional:
Baris 111 ⟶ 133:
Dalam artikel "Etika Seksual, Maskulinitas dan Saling Kerentanan", Rob Cover karya untuk membongkar Judith Butler studi maskulinitas. Cover pergi atas isu-isu seperti kekerasan seksual dan bagaimana hal ini sebagian dapat dijelaskan oleh hypermasculinity.<ref>{{Cite journal|last=Cover|first=Rob|date=2014|title=Sexual ethics, masculinity and mutual vulnerability: Judith Butler’s contribution to an ethics of non-violence|url=https://doi.org/10.1080/08164649.2014.967741|journal=[[Australian Feminist Studies]]|publisher=[[Taylor and Francis]]|volume=29|issue=82|pages=435–451|doi=10.1080/08164649.2014.967741|postscript=.|ref=harv}}</ref>
 
Pada tahun 1987 Eisler dan Skidmore mempelajari maskulinitas, menciptakan gagasan tentang "stres maskulin" dan menemukan tiga unsur maskulinitas yang seringkali berakibat pada tekanan emosional:
=== {{Anchor|Notion of "masculinity in crisis"}}"Maskulinitas dalam krisis" ===
 
Penekanan pada situasi yang ada dalam tubuh membutuhkan tubuh dan kebugaran
 
Dianggap emosional
 
Kebutuhan akan kecukupan dalam masalah seksual dan status keuangan
 
Karena norma sosial dan tekanan yang terkait dengan maskulinitas, pria dengan cedera tulang belakang harus menyesuaikan identitas diri mereka dengan kerugian yang terkait dengan cedera tersebut; ini mungkin "menyebabkan perasaan menurun kecakapan fisik dan seksual dengan menurunkan harga diri dan kehilangan identitas laki-laki. Perasaan bersalah dan kehilangan kontrol secara keseluruhan juga dialami." [90] Penelitian juga menunjukkan bahwa pria merasakan tekanan sosial untuk mendukung model pria maskulin tradisional dalam periklanan. Brett Martin dan Juergen Gnoth (2009) menemukan bahwa meskipun pria feminin lebih menyukai model feminin, mereka lebih menyukai model tradisional maskulin di depan umum; Menurut penulis, ini mencerminkan tekanan sosial pada pria untuk mendukung norma maskulin tradisional. [91]
 
Dalam buku mereka Raising Cain: Melindungi Kehidupan Emosional Anak laki-laki, Dan Kindlon dan Michael Thompson menulis bahwa walaupun semua anak laki-laki terlahir dengan cinta dan empatik, keterpaparan terhadap sosialisasi gender (ideal dan hiperulinisme laki-laki yang tangguh) membatasi kemampuan mereka untuk berfungsi secara emosional-sehat orang dewasa Menurut Kindlon dan Thompson, anak laki-laki tidak memiliki kemampuan untuk memahami dan mengekspresikan emosi secara produktif karena stres yang dipaksakan oleh peran gender maskulin. [92]
 
Dalam artikel "Etika Seksual, Maskulinitas dan Kerentanan Reksa", Rob Cover bekerja untuk membongkar studi tentang maskulinitas Judith Butler. Penutup menyelimuti isu-isu seperti penyerangan seksual dan bagaimana hal itu dapat dijelaskan sebagian oleh hypermasculinity. [93]
 
=== "Maskulinitas hegemonikdalam krisis" ===
Teori "maskulinitas dalam krisis" telah muncul;<ref>{{Cite book|url=https://books.google.com/books?id=k24dAQAAMAAJ|title=Masculinities in Crisis: Myths, Fantasies, and Realities|last=Horrocks|first=Rooger|publisher=St Martin's Press|year=1994|isbn=0333593227}}</ref><ref>{{Cite book|title=Marked Men: White Masculinity in Crisis|last=Robinson|first=Sally|publisher=[[Columbia University Press]]|year=2000|isbn=978-0-231-50036-4|location=New York|page=5}}</ref> Australia arkeolog Peter McAllister mengatakan, "saya memiliki perasaan yang kuat bahwa maskulinitas dalam krisis. Pria benar-benar mencari sebuah peran dalam masyarakat modern; hal-hal yang kita digunakan untuk melakukan tidak dalam permintaan lagi".<ref>{{Cite news|url=http://www.salon.com/2010/11/14/manthropology_interview/singleton/|title=The dramatic decline of the modern man|last=Rogers|first=Thomas|date=November 14, 2010|work=[[Salon (website)|Salon]]|newspaper=[[Salon (website)|Salon]]|access-date=June 3, 2012}}More than one of <code style="color:inherit; border:inherit; padding:inherit;">&#x7C;work=</code> dan <code style="color:inherit; border:inherit; padding:inherit;">&#x7C;newspaper=</code> specified ([[Bantuan:CS1 errors#redundant parameters|bantuan]])
[[Kategori:Pages with citations having redundant parameters]]</ref> orang Lain melihat perubahan pasar tenaga kerja sebagai sumber stres. Deindustrialisasi dan penggantian dari cerobong asap industri dengan teknologi yang telah memungkinkan lebih banyak perempuan untuk memasuki angkatan kerja, mengurangi penekanan pada kekuatan fisik.{{Sfnp}}
Baris 119 ⟶ 155:
Menurut John Beynon, maskulinitas dan laki-laki yang sering digabungkan dan tidak jelas apakah maskulinitas, laki-laki atau keduanya berada dalam krisis. Ia menulis bahwa "krisis" ini bukan fenomena baru, yang menggambarkan beberapa periode maskulin krisis sepanjang sejarah (beberapa mendahului gerakan perempuan dan post-masyarakat industri), menunjukkan bahwa karena maskulinitas cairan alam "krisis konstitutif dari maskulinitas itu sendiri".{{Sfnp}} Film sarjana Leon Berburu juga menulis: "Setiap kali kejantanan 'krisis' benar-benar mulai, itu pasti tampaknya telah berada di tempat pada tahun 1970-an".<ref>{{Cite book|url=https://books.google.com/books?id=3dvtQEetWrsC&pg=PA73|title=British low culture: from safari suits to sexploitation|last=Hunt|first=Leon|publisher=Routledge|year=1998|isbn=978-0-415-15182-5|location=London, New York|page=73}}</ref>
 
Sebuah teori "maskulinitas dalam krisis" telah muncul; [94] [95] Ahli arkeologi Australia Peter McAllister berkata, "Saya memiliki perasaan kuat bahwa maskulinitas dalam krisis. Manusia benar-benar mencari peran dalam masyarakat modern; hal-hal yang kita gunakan untuk melakukan tidak banyak permintaan lagi ". [96] Yang lain melihat perubahan pasar tenaga kerja sebagai sumber stres. Deindustrialisasi dan penggantian industri cerobong dengan teknologi telah memungkinkan lebih banyak wanita memasuki angkatan kerja, mengurangi penekanannya pada kekuatan fisik. [97]
=== Herbivora laki-laki ===
Pada tahun 2008, kata "herbivora laki-laki" menjadi populer di Jepang dan dilaporkan di seluruh dunia. Herbivora laki-laki mengacu muda Jepang laki-laki yang secara alami melepaskan diri dari maskulinitas. Masahiro Morioka mencirikan mereka sebagai laki-laki 1) memiliki sifat lembut, 2) tidak terikat oleh kejantanan, 3) tidak agresif ketika datang ke asmara, 4) melihat perempuan sebagai sama, dan 5) membenci rasa sakit emosional. Herbivora laki-laki itu dikritik oleh orang-orang yang cinta maskulinitas.<ref>{{Cite journal|last=Morioka|first=Masahiro|date=September 2013|title=A phenomenological study of "Herbivore Men"|url=http://www.lifestudies.org/press/review.html|journal=The Review of Life Studies|volume=4|pages=1–20|postscript=.|ref=harv}} [http://www.lifestudies.org/press/rls0401.pdf Pdf.]</ref>
 
Krisis ini juga disebabkan oleh feminisme dan pertanyaan tentang dominasi dan hak laki-laki yang diberikan kepada laki-laki semata-mata berdasarkan jenis kelamin. [98] Sosiolog Inggris John MacInnes menulis bahwa "maskulinitas selalu dalam satu krisis atau yang lain", menunjukkan bahwa krisis timbul dari "ketidakcocokan mendasar antara prinsip inti modernitas bahwa semua manusia pada dasarnya sama (terlepas dari jenis kelamin mereka) dan inti prinsip patriarki bahwa manusia secara alami lebih unggul dari wanita dan karenanya ditakdirkan untuk memerintah mereka ". [99]
KONSEP MASKULINITAS DARI JAMAN KE JAMAN DAN CITRANYA DALAM MEDIA Argyo Demartoto 1. Pengertian Maskulinitas Terminologi maskulin sama halnya jika berbicara mengenai feminin. Maskulin merupakan sebuah bentuk konstruksi kelelakian terhadap laki-laki. Laki-laki tidak dilahiran begitu saja dengan sifat maskulinnya secara alami, maskulinitas dibentuk oleh kebudayaan. Hal yang menentukan sifat perempuan dan laki-laki adalah kebudayaan (Barker, dalam Nasir, 2007:1). Secara umum, maskulinitas tradisional menganggap tinggi nilai-nilai, antara lain kekuatan, kekuasaan, ketabahan, aksi, kendali, kemandirian, kepuasan diri, kesetiakawanan laki-laki, dan kerja. Di antara yang dipandang rendah adalah hubungan interpersonal, kemampuan verbal, kehidupan domestik, kelembutan, komunikasi, perempuan, dan anak-anak (Barker, Nasir, 2007: l)
 
Menurut John Beynon, maskulinitas dan laki-laki sering terkumpul dan tidak jelas apakah maskulinitas, pria atau keduanya dalam krisis. Dia menulis bahwa "krisis" bukanlah fenomena baru-baru ini, yang menggambarkan beberapa periode krisis maskulin sepanjang sejarah (beberapa mendahului gerakan perempuan dan masyarakat pasca-industri), menunjukkan bahwa karena sifat cairan maskulin "krisis adalah konstitutif maskulinitas itu sendiri". [100] Sarjana film Leon Hunt juga menulis: "Kapan pun krisis maskulin 'benar-benar dimulai, pastinya nampaknya sudah ada pada tahun 1970an." [101]
Dalam kehidupan sosial, dengan tradisi maskulin yang semacam ini, laki-laki dianggap gagal jika dirinya tidak maskulin. Kebanyakan laki-laki ditekan untuk menjadi maskulin. Berpenampilan lemah, emosional, atau berlaku inefisien secara seksual merupakan suatu ancaman utama terhadap percaya diri laki-laki. Menurut ensiklopedi wikipedia (http:// www.wikipedia.co.id.), maskulinitas disebutkan sebagai manhood atau kelelakian. Sifat kelelakian berbeda-beda dalam setiap kebudayaan. Maskulinitas itu sendiri dikonstruksi oleh kebudayaan. Konsep maskulinitas dalam budaya Timur seperti di Indonesia dipengaruhi oleh faktor kebudayaan. Ketika seorang anak laki-laki lahir ke dunia, maka telah dibebankan beragam norma, kewajiban dan setumpuk harapan keluarga terhadapnya. Berbagai aturan dan atribut budaya telah diterima melalui beragam media yaitu ritual adat, teks agama, pola asuh, jenis permainan, tayangan televisi, buku bacaan, petuah dan filosofi hidup. Hal-hal sepele yang terjadi sehari-hari selama berpuluh tahun yang bersumber dari norma-norma budaya telah membentuk suatu pencitraan diri dalam kehidupan seorang laki-laki. Kondisi ini dapat dilihat dari selera dan cara berpakaian, penampilan, bentuk aktivitas, cara bergaul, cara penyelesaian permasalahan, ekspresi verbal maupun non verbal hingga jenis aksesoris tubuh yang dipakai (Vigorito & Curry, 1998: 1). Pencitraan diri tersebut telah diturunkan dari generasi ke generasi, melalui mekanisme pewarisan budaya hingga menjadi suatu kewajiban yang harus dijalani jika ingin dianggap sebagai laki-laki sejati. Aturan umum yang tidak tertulis yang mengatakan bahwa laki-laki sejati pantang untuk menangis, harus tampak tegar, kuat, pemberani, garang serta berotot. Laki-laki hebat adalah yang mampu menaklukkan hati banyak perempuan hingga adanya dorongan berpoligami. Ada pula pendapat yang mengatakan bahwa laki-laki harus menjadi figur pelindung atau pengayom ataupun yang mengatakan bahwa laki-laki akan sangat laki-laki apabila identik dengan rokok, alkohol dan kekerasan (Donaldson, 1993: 1). Banyak laki-laki yang kemudian sering terlibat perkelahian baik secara individu maupun antar kelompok ketika sudah tidak menemukan jalan keluar dari permasalahan yang dihadapi, biasanya menyangkut permasalahan harga diri. Juga kasus kekerasan terhadap perempuan yang umumnya dilakukan oleh laki-laki, tindak kriminalitas, kerusuhan etnik yang sebagian besar dilakukan oleh kaum laki-laki, termasuk kasus tawuran. Beberapa bentuk perilaku yang telah disebutkan di atas sangat umum dilakukan oleh kaum laki-laki. Dikatakan umum jika dilihat dari kuantitas para pelakunya, juga karena jika dilakukan oleh perempuan maka orang akan melihatnya sebagai sesuatu yang aneh atau tidak wajar sehingga akan menjadi bahan obrolan. Hal tersebut dikarenakan adanya beberapa pendapat umum yang mengatakan bahwa laki-laki adalah manusia bebas yang pantas untuk melakukan apapun tanpa terbebani oleh norma-norma kepantasan dan kesopanan (Barker, dalam Nasir, 2007:3). Sifat yang umum tersebut terkadang membuat masyarakat lebih toleran jika laki-laki melakukan beberapa tindakan tersebut sehingga tidak memberikan perhatian khusus terhadap bentuk perilaku itu. Dalam kasus pecandu alkohol misalnya karena biasa dilakukan oleh laki-laki maka masyarakat cenderung mendiamkan ketika ada seorang laki-laki yang mempunyai kebiasaan minum minuman keras ataupun ketika melihat seorang laki-laki bertindak kasar dan berkelahi. Hal itu menimbulkan kesulitan ketika akan membedakan antara laki-laki yang sedang ada masalah atau yang sedang tidak ada masalah ketika seorang laki-laki jatuh dalam bentuk perilaku alkoholik atau sering bertindak kasar misalnya. Konsep maskulinitas tradisional tersebut cenderung membuat laki-laki enggan membicarakan dirinya sendiri terutama perasaannya. Padahal sebenamya ruang-ruang dialog bagi laki-laki untuk mengkritisi konsep kelelakiannya sangat diperlukan, termasuk membuka ruang bagi laki-laki untuk mendialogkan kecemasan-kecemasannya terhadap konsep kelelakian yang dianggap membebani. Termasuk kecemasan-kecemasan terhadap situasi yang berubah yang menuntut perubahan konsep tradisional kelelakian. Tuntutan kesetaraan perempuan dengan laki-laki juga menghendaki laki-laki untuk berani berbagi kekuasaan dengan perempuan di semua level kehidupan sosial mulai dari rumah tangga sampai negara. Begitu juga dengan penawaran konsep diri baru laki-laki yang penuh cinta kasih, sabar, setia dengan pasangan, supportive, egaliter, dan anti terhadap segala bentuk kekerasan. Hal yang sama juga terjadi di dunia Barat bahwa konsep maskulinitas juga dipengaruhi oleh kebudayaan. Konsep maskulinitas pada masyarakat Barat biasanya berasosiasi dengan citra industrialisasi, kekuatan militer, dan peran sosial gender yang konvensional. Hal yang dimaksudkan dalam hal ini, misalnya bahwa laki-laki harus kuat secara fisik, pintar, agresif secara seksual, logis, seorang yang individualistik, dan condong memimpin, serta sifat-sifat jantan lainnya. Dengan citra demikian, maka kebudayaan terus menciptakan maskulin-maskulin baru dalam keluarganya sebagai semacam prestise yang seolah-olah dimiliki secara genetis oleh laki-laki.
 
=== Herbivora laki-laki ===
Gambaran Maskulinitas Dalam Tren Perkembangan Jaman Konsep maskulinitas dalam perkembangan jaman mengalami perkembangan. Hal itu seperti dikemukakan Beynon (Nasir, 2007: 2) yang melakukan kajian tentang maskulin dalam bukunya Masculinities and Culture. Dalam buku ini, Beynon menggambarkan sosok maskulin dalam setiap dekade. Beynon membagi bentuk maskulin dengan ide tren perkembangan zaman, sebagai berikut: a. Maskulin sebelum tahun 1980-an Sosok maskulin yang muncul adalah pada figur-figur laki-laki kelas pekerja dengan bentuk tubuh dan perilakunya sebagai dominator, terutama atas perempuan. Citra laki-laki semacam ini memang kental dengan awal industrialisasi pada masa itu, laki-laki bekerja di pabrik sebagai buruh berlengan baja. Laki-laki terlihat sangat bapak, sebagai penguasa dalam keluarga dan sosok yang mampu memimpin perempuan serta pembuat keputusan utama. Konsep maskulinitas semacam ini dinamakan konsep maskulin yang tradisional dalam pandangan barat. Menurut tulisan Levine (wikipedia 2008: l) yang diambil dari Ensiklopedi Wikipedia yang juga mengutip tulisan dari dua orang ilmuwan sosial Deborah David dan Robert Brannon (Nasir, 2007:2), terdapat empat aturan yang memperkokoh sifat maskulinitas, yaitu: 1) No Sissy Stuff: sesuatu yang berkaitan dengan hal-hal yang berbau feminin dilarang, seorang laki-laki sejati harus menghindari perilaku atau karakteristik yang berasosiasi dengan perempuan. 2) Be a Big Wheel: Maskulinitas dapat diukur dari kesuksesan, kekuasan, dan pengaguman dari orang lain. Seseorang harus mempunyai kekayaan, ketenaran, dan status yang sangat lelaki. 3) Be a Sturdy Oak: kelelakian membutuhkan rasionalitas, kekuatan dan kemandirian. Seorang laki-laki harus tetap bertindak kalem dalam berbagai situasi, tidak menunjukkan emosi, dan tidak menunjukkan kelemahannya. 4) Give em Hell: Laki-laki harus mempunyai aura keberanian dan agresi, serta harus mampu mengambil risiko walaupun alasan dan rasa takut menginginkan sebaliknya. Dalam ketradisionalitasan yang dikembangkan oleh kebudayaan Jawa juga kurang lebih sama, salah satunya mirip dengan poin kedua bahwa laki- laki must be a big wheel. Seorang laki-laki dikatakan sukses jika berhasil memiliki garwo (istri), bondo (harta), turonggo (kendaraan), kukilo (burung peliharaan), dan pusoko (senjata atau kesaktian) (Osella & Osella, 2000: 120). b. Maskulin tahun 1980-an Sosok maskulin kemudian berkembang pada tahun 1980-an dengan cara yang berbeda. Maskulin bukanlah laki-laki yang berbau woodspice lagi, maskulin adalah sosok laki-laki sebagai new man. Beynon (Nasir, 2007: 3) menunjukkan dua buah konsep maskulinitas pada dekade 80-an itu dengan anggapan-anggapan bahwa new man as nurturer dan new man as narcissist. New man as nurturer merupakan gelombang awal reaksi laki-laki terhadap feminisme. Laki-laki pun menjalani sifat alamiahnya seperti perempuan sebagai makhluk yang mempunyai rasa perhatian. Laki-laki mempunyai kelembutan sebagai seorang bapak, misalnya, untuk mengurus anak. Keinginan laki-laki untuk menyokong gerakan perempuan juga melibatkan peran penuh laki-laki dalam arena domestik. Kelompok ini biasanya berasal dari kelas menengah, berpendidikan baik, dan intelek (Beynon, dalam Nasir, 2007: 3). Anggapan kedua adalah bahwa new man as narcissist, hal ini berkaitan dengan komersialisme terhadap maskulinitas dan konsumerisme semenjak akhir Perang Dunia II. New man as narcissist adalah anak-anak dari generasi zaman hippies (tahun 60-an) yang tertarik pada pakaian dan musik pop. Banyak produk-produk komersil untuk laki-laki yang bermunculan, bahkan laki-laki sebagai objek seksual menjadi bisnis yang amat luar biasa. Di sini, laki-laki menunjukkan maskulinitasnya dengan gaya hidup yuppies yang flamboyan dan perlente. Laki-laki semakin suka memanjakan dirinya dengan produk-produk komersial yang membuatnya tampak sukses. Properti, mobil, pakaian atau artefak personal merupakan wujud dominan dalam gaya hidup ini. Kaum maskulin yuppies ini dapat dilihat dari penampilannya berpakaian, juga Porsche mereka. Kaum yuppies menganggap laki-laki pekerja industri yang loyal dan berdedikasi sebagai sosok yang ketinggalan zaman dalam pengoprasian modal (Beynon, dalam Nasir, 2007: 3). c. Maskulin tahun 1990-an Di era tahun 1990-an kemudian muncul juga sosok yang disebut maskulin dalam dekade tahun 1990-an. Laki-laki kembali bersifat tidak peduli lagi terhadap remeh-temeh seperti kaum maskulin yuppies di tahun 80-an, The new lad ini berasal musik pop dan football yang mengarah kepada sifat kelaki-lakian yang macho, kekerasan, dan hooliganism. Laki-laki kemudian menyatakan dirinya dalam label konsumerisme dalam bentuk yang lebih macho, seperti membangun kehidupannya di sekitar football atau sepak bola dan dunia minum-minum, juga sex dan hubungan dengan para perempuan (Beynon, dalam Nasir, 2007: 4). Pada dekade 1990-an ini kaum laki-laki masih mementingkan leisure time mereka sebagai masa untuk bersenang-senang, menikmati hidup bebas seperti apa adanya. Laki-laki bersama teman-temannya, bersenang-senang, menyumpah, menonton sepak bola, minum bir, dan membuat lelucon-lelucon yang dianggap merendahkan perempuan. Hubungan-hubungan laki-laki dengan perempuan pun terbatas dalam hubungan yang bersifat kesenangan semata. Kebebasannya menjauhkan dari hubungan yang bersifat domestik yang membutuhkan loyalitas dan dedikasi. d. Maskulin tahun 2000-an Di luar perkembangan maskulin yang dikemukakan oleh John Beynon, juga patut dicermati maskulin pada tahun 2000-an, mengingat tahun 2000-an sudah nyaris mendekati satu dekade. Hal yang terjadi dengan laki-laki sekarang ini adalah munculnya sesuatu yang khas dan semakin lama gejala kelelakian semakin penuh dengan terminologi-terminologi baru. Homoseksual yang sudah berkembang semenjak dekade 80-an, sekarang bahkan terminologi laki-laki sudah mengenal istilah metroseksual (Beynon, dalam Nasir, 2007: 5). Laki-laki metroseksual adalah laki-laki yang berasal dari kalangan menengah atas, mereka rajin berdandan, dan juga tergabung dalam komunitas yang terpandang dalam masyarakat. Laki-laki metroseksual semacam socialite (orang-orang yang senang gaul bergengsi). Mereka pada umumnya harus berpengetahuan luas, atau mereka yang disebut dengan laki-laki yang berbudaya. Laki-laki metroseksual mengagungkan fashion, mungkin mirip dengan tipe maskulin yang ada di tahun 1980-an, bahkan mungkin sama. Laki-laki metroseksual adalah orang-orang yang peduli dengan gaya hidup yang teratur, menyukai detail, dan cenderung perfeksionis. Laki-laki metroseksual berbeda dengan banci atau laki-laki normal, tapi sama saja laki-laki. Metroseksual lebih condong kepada pilihan akan identitas kelelakian, terutama karena tuntutan bahwa laki-laki metroseksual biasanya berada dalam kelas ekonomi menengah ke atas yang mampu menghiraukan remeh-temeh gaya hidup mereka. Tipe maskulin laki-laki tahun 2000-an yang berkembang cenderung ke arah metroseksual. Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengelompokan mengenai maskulinitas yang dikemukakan Beynon (Nasir, 2007) ke dalam empat kategori, yakni: (l) maskulin sebelum tahun l980-an, (2) maskulin tahun 1980-an, (3) maskulin tahun 1990-an, dan (4) maskulin tahun 2000-an. Berdasarkan keempat kelompok tersebut, dapat ditarik sifat-sifat maskulinitas seperti berikut: 1) No Sissy Stuff: Seorang laki-laki sejati harus menghindari perilaku atau karakteristik yang berasosiasi dengan perempuan. 2) Be a Big Wheel: Maskulinitas dapat diukur dari kesuksesan, kekuasaan, dan pengaguman dari orang lain. Seseorang harus mempunyai kekayaan, ketenaran, dan status yang sangat lelaki. Atau dalam masyarakat Jawa: seorang laki-laki dikatakan sukses jika berhasil memiliki garwo (istri), bondo (harta), turonggo (kendaraan), kukiro (burung peliharaan), dan pusoko (senjata atau kesaktian). 3) Be a Sturdy Oak. kelelakian membutuhkan rasionalitas, kekuatan, dan kemandirian. Seorang laki-laki harus tetap bertindak kalem dalam berbagai situasi, tidak menunjukkan emosi, dan tidak memunjukkan kelemahannya 4) Give em Hell: Laki-laki harus mempunyai aura keberanian dan agresi, serta harus mampu mengambil risiko walaupun alasan dan rasa takut menginginkan sebaliknya. 5) New man as nurturer: Laki-laki mempunyai kelembutan sebagai seorang bapak, misalnya, untuk mengurus anak, melibatkan peran penuh laki-laki dalam arena domestik. 6) New man as narcissist: laki-laki menunjukkan maskulinitasnya dengan gaya hidup yuppies yang flamboyan dan perlente, laki-laki semakin suka memanjakan dirinya dengan produk-produk komersial properti, mobil, pakaian atau artefak personal yang membuatnya tampak sukses. 7) Sifat kelaki-lakian yang macho, kekerasan, dan hooliganism, laki-laki membangun kehidupannya di sekitar football atau sepak bola dan dunia minum-minum, juga sex dan hubungan dengan para perempuan, mementingkan leisure time, bersenang-senang, menikmati hidup bebas seperti apa adanya bersama teman-temannya, bersenang-senang, menyumpah, menonton sepak bola, minum bir, dan membuat lelucon-lelucon yang diangap merendahkan perempuan. 8) Laki-laki metroseksual mengagungkan fashion, mungkin mirip dengan tipe maskulin yang ada di tahun 1980-an, bahkan mungkin sama Laki-laki metroseksual adalah orang-orang yang peduli dengan gaya hidup yang teratur, menyukai detail, dan cenderung perfeksionis. Citra maskulin dalam tulisan ini mengacu pada konsep yang dikemukakan Beynon (Nasir, 2007) tersebut di atas membedakan konsep maskulinitas dalam empat kelompok. Alasan pemilihan konsep maskulinitas yang dikemukakan Beynon (Nasir, 2007) tersebut karena mewakili berbagai sifat atau karakter dari laki-laki, baik dari segi usia, kelas sosial, maupun status dalam masyarakat. 3. Pencitraan Maskulinitas Dalam Media Media merupakan salah satu sarana yang berperan dalam pencitraan maskulinitas. Melalui berbagai media berbagai pihak berupaya memberikan gambaran mengenai konsep maskulinitas. Hal itu seperti dilakukan Beynon (Nasir, 2007: 5) yang melakukan kajian mengenai konsep maskulinitas melalui berbagai hal, terutama media. Berbagai media yang dijadikan sebagai objek kajian mengenai maskulinitas diantaranya: karya sastra, media cetak, media siar, media Visual dan Performatif, Autobiografi/Biografi dan Dokumentasi, dan etnografi. Hasil kajiannya mengenai konsep maskulinitas dalam berbagai media tersebut dapat dijelaskan pada Tabel 1.
Pada tahun 2008, kata "herbivora laki-laki" menjadi populer di Jepang dan dilaporkan di seluruh dunia. Herbivora laki-laki mengacu muda Jepang laki-laki yang secara alami melepaskan diri dari maskulinitas. Masahiro Morioka mencirikan mereka sebagai laki-laki 1) memiliki sifat lembut, 2) tidak terikat oleh kejantanan, 3) tidak agresif ketika datang ke asmara, 4) melihat perempuan sebagai sama, dan 5) membenci rasa sakit emosional. Herbivora laki-laki itu dikritik oleh orang-orang yang cinta maskulinitas.<ref>{{Cite journal|last=Morioka|first=Masahiro|date=September 2013|title=A phenomenological study of "Herbivore Men"|url=http://www.lifestudies.org/press/review.html|journal=The Review of Life Studies|volume=4|pages=1–20|postscript=.|ref=harv}} [http://www.lifestudies.org/press/rls0401.pdf Pdf.]</ref>
 
Pada tahun 2008, kata "herbivora men" menjadi populer di Jepang dan dilaporkan di seluruh dunia. Pria herbivora mengacu pada pria muda Jepang yang secara alami melepaskan diri dari maskulinitas. Masahiro Morioka mencirikan mereka sebagai laki-laki 1) memiliki sifat lembut, 2) tidak terikat oleh kejantanan, 3) tidak agresif dalam hal asmara, 4) melihat wanita sama, dan 5) membenci rasa sakit emosional. Pria herbivora dikritik keras oleh pria yang mencintai maskulinitas. [102]
== Catatan ==
{{Notelist}}
 
== Referensi ==