Orang Tionghoa di Lasem: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Abdullah Faqih (bicara | kontrib)
xxx
Abdullah Faqih (bicara | kontrib)
sss
Baris 14:
 
== Akulturasi Budaya Tionghoa ==
Dalam perkembangannya, orang Tionghoa ternyata lebih banyak membaur dengan kebudayaan lokal [[Indonesia]] ketimbang dengan masyarakat [[Eropa]], dalam hal ini adalah Belanda. Namun demikian, orang Tionghoa juga tidak melunturkan budaya asli mereka. Terjadinya percampuran antara orang Jawa dengan orang Tionghoa melalui proses yang tidak sebentar. Interaksi mereka telah terbangun dalam waktu yang lama, terutama dalam hal transaksi jual-beli. Menurut orang Jawa, orang Tionghoa dikenal sebagai pedang yang ulet dan terampil, sehingga mereka banyak berguru dan meniru cara berjualan orang [[Tionghoa]]. Begitu pun bagi orang Tionghoa, mereka yang sudah memiliki lebih dari tiga generasi di Lasem menjadi terbiasa dengan bahasa dan adat istiadat yang ada di sana. Membaurnya orang TionghoTionghoa dengan budaya setempat turut memengaruhi beberapa aspek kesenian [[Jawa]], salah satunya adalah bati. Pengaruh tersebut tercermin dalam warna dan ragam hias dari batik yang ada di Lasem, bahkan sampai ke [[Cirebon (disambiguasi)]] dan [[Pekalongan]]. Beberapa orang Tionghoa bahkan juga ada yang menjadi ahli seni serta pelindung kesenian Jawa sekaligus menjadi penulis Jawa.<ref name=":6">http://www.republika.co.id/berita/gaya-hidup/travelling/11/08/16/lq0gci-ingin-melihat-asimilasi-sukses-tionghoapribumi-datanglah-ke-lasem</ref>
 
Bercampurnya atau akulturasi kebudayaan orang Jawa dengan orang Tionghoa di Lasem juga tercermin dalam bentuk atau praktik kebudayaan orang Tionghoa di Lasem yang diterima baik oleh orang [[Jawa]]. Keberadaan kelenteng-kelenteng yang merupakan tempat peribadatan orang [[Tionghoa]] masih berdiri kokoh hingga saat ini. Nuansa yang menyelimuti kelenteng tersebut sangat khas dengan budaya Tionghoa dan berada di antara kebudayaan masyarakat [[Jawa]]. Ketika hari besar orang Tionghoa tiba pun, mereka akan merayakannya dengan sukacita. Mereka menampilkan beberapa atraksi seperti barongsai, ''liang liong'', wayang ''potchi'', dan upacara-upacara keagamaan tertentu. Kegiatan tersebut juga menjadi tontonan warga lokal serta warga di sekitar Lasem. Hal itu cukup memperlihatkan bahwa keberadaan orang [[Tionghoa]] di Lasem amat diterima baik oleh masyarakat setempat. Hubungan yang saling silih asih antar kedua kelompok tercermin dalam praktik-praktik kebudayaan dan keagmaan.<ref name=":3">M. Abi Kurniawan, ” Aktivitas Ekonomi Tionghoa di Lasem Tahun 1945-1950”. Skripsi S-1, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang, 2011.</ref>
 
== Batik Tulis di Lasem ==