Orang Krowe: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Abdullah Faqih (bicara | kontrib)
ddmss
Abdullah Faqih (bicara | kontrib)
ssss
Baris 4:
 
== Kondisi Permukiman ==
Sebagaimana yang telah dijelaskan di muka, Orang Krowe bermukim di [[Kabupaten Sikka]], [[Pulau Flores]], [[Nusa Tenggara Timur]]. Secara geografis, wilayah Sikka merupakan daerah landai dan perbukitan yang memiliki luas wilayah 1.713,91 km2. Kabupaten Sikka juga berbatasan dengan daerah-daerah lain, seperti:<ref>{{Cite web|url=http://kupang.bpk.go.id/?page_id=346|title=Kabupaten Sikka {{!}} BPK RI Perwakilan Propinsi Nusa Tenggara Timur|website=kupang.bpk.go.id|language=en-US|access-date=2017-12-12}}</ref>
* Utara : [[Laut Flores]]
* Selatan : Laut Sawu
Baris 19:
Kampung Romanduru memiliki cerita-cerita lokal tertentu terutama yang berkaitan dengan asal-usul mereka. Di dalam Kampung Romanduru, terdapat struktur kekuasaan [[tradisional]]. Struktur tersebut bermula ketika Suku Buang Baling yang merupakan suku pertama menemukan [[mata air]] dan mengajak suku Mana untuk membuka kampung baru yang disepakati sebagai ''Tana Pu’an.'' Suku kedua yang datang yaitu Suku Mana kemudian ditetapkan sebagai wakil Suku Buang. Terdapat suku lain yaitu Suku Keytimu Lamen yang ditunjuk oleh ''Tana Pu’ang'' untuk memimpin ritual penghormatan kepada awrah [[leluhur]]. Dalam hal itu, setiap suku memiliki perannya masing-masing sesuai dengan waktu kedatangan mereka ke Kampung Romanduru. Seluruh [[ritual]] penghormatan kepada arwah [[leluhur]] itu disebut dengan istilah ''tong piok''. Dalam ritual yang diselenggarakan di Kampung Romanduru itu, seluruh suku harus mengundang ''Tana Pu’ang.'' Apabila ''Tana Pu’ang'' tidak bisa hadir, maka harus diwakili oleh saudara [[laki-laki]] dari Suku Buang.<ref name=":4">Gregorius, Moa. 1986. Peranan Arwah Nenek Moyang dalam Tata Hidup Masyarakat Adat Romanduru (Suatu Tinjauan Antropologis). Maumere: Skripsi STFK Ledalero</ref>
 
Tidak hanya sampai di situ, Kampung Romanduru juga dihuni oleh puluhan suku-suku lain, selain ketiga suku yang datang terlebih dahulu tersebut. Baik Suku Buang Baling, Mana, dan Keytimu dianggap sebagai “wakil” dari suku-suku lain apabila terdapat berbagai persoalan [[adat]]. Sebagai misal, ketiga suku tersebut memiliki wewenang untuk menunjukan batas-batas tanah adat di Kampung Romanduru, sekaligus memutuskan berbagai keputusan penting terkait tanah adat mereka.<ref name=":5" />
 
== Tradisi ''Ngen'' ==
Baris 42:
Di dalam ''Lepo Gete'' tersebut juga terdapat sebuah batu bernama watu mahang yang letaknya ada di dalam kamar paling depan tepatnya di sudut sebelah kanan. Di atas batu tersebut diletakkan beberapa benda seperti [[gading]], [[emas]], biji-bijian, batu-batu kecil, dan kayu-kayu kecil. Di dalamnya juga terdapat batang bambu yang berisi benda-benda pusaka atau dinamakan dengan ''mokung''. ''Mokung'' tersebut menjadi penanda bahwa mereka memiliki hak atas ''Tanah'' ''Howakhewer'', sementara mereka yang tidak memiliki hak atas tanah itu hanya memiliki lempengan batu mendatar saja. ''Watu mahang'' tersebut biasa digunakan Orang Krowe untuk ritual-ritual [[Domestikasi|Domestik]] dalam lingkup keluarga inti.<ref name=":3" />
 
Pola perkampungan Orang Krowe seluruhnya hampir serupa, yaitu memiliki ''wisung wangar, mahe, watu mahang,'' dan ''ai tali.'' Seluruh kampung juga dikelilingi oleh tempat yang digunakan untuk buang air kecil dna buang air besar yang disebut dengan ''Siok Linok Ogor Wokor''. Tempat itu dahulu dipergunakan oleh Orang Krowe untuk melakukan aktivitas [[ekskresi]] bersama-sama, sebelum mereka memiliki [[Kamar mandi]] pribadi seperti saat ini. Tempat itu biasanya terletak di bawah [[pohon]], utamanya adalah [[pohon beringin]] yang juga mengelilingi kampung mereka sekaligus dijadikan sebagai batas antara permukiman dan hutan serta [[tanah]] garapan. Meskipun digunakan secara bersama-sama, Orang Krowe menggunakan pohon yang tumbuh di dekat rumahnya masing-masing. Perlu diketahui, [[pohon beringin]] tersebut jumlahnya sangat banyak, sehingga mereka tidak perlu memakai [[pohon beringin]] “milik” orang lain. Dalam bahasa sederhana, antar-keluarga tidak saling bergantian tempat ekskresi. Selain itu, pohon-pohon [[beringin]] tersebut juga dikelilingi oleh semak-semak belukar yang cukup tinggi sehingga dapat menjadi penutup bagi mereka ketika melakukan aktivitas ekskresi. Kotoran-kotoran yang mereka hasilkan juga kemudian menjadi [[fases]] dan dimakan oleh binatang-binatang peliharaan seperti [[babi]] dan anjing yang hidup secara bebas di sana. Perlu diketahui pula, Orang Krowe tidak mengandangkan binatang-binatang tersebut, sehingga keberadaan binatang itu mampu mempermudah mereka mengurai kotorannya. Setelah batas ''Siok Linok Ogor Wokor,'' terdapat sebuah hutan dan tanah garapan yang dapat dimanfaatkan warga untuk melakukan aktivitas pertanian dan mengumpulkan [[kayu]].<ref name=":5">Sero, Theresia. 2015. Watu Mahe dalam Struktur Masyarakat Romanduru, Desa Rubit, Kecamatan Hewokloang, Kabupaten Sikka. Skripsi. Ende: Program Studi Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Univetsitas Flores</ref>
 
== Penguasaan Tanah ==