Belian sentiu: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
x |
ddd |
||
Baris 1:
{{Noref}}
'''Belian sentiu''' adalah sebuah upacara [[tradisional]] yang dilakukan oleh masyarakat [[
== Gambaran Umum ==
Belian Sentiu berasal dari “''Belian”'' yang dikenal oleh masyarakat Benuaq sebagai upacara ritual perdukunan dengan cara ''Bememang'' atau membaca mantera-mantera sambil meliuk-liukan badan seperti orang menari dan diirngi dengan bunyi-bunyian atau kelentangan. Masyarakat Benuaq bahkan menggunakan berbagai macam sesajen yang telah dipersiapkan sesuai dengan niat untuk apa ''Belian'' tersebut dilakukan. Masyarakat Banuaq juga mengenal Balian sebagai tarian dewa atau ''kanjong dewa'' yang disertai dengan ilmu magis untuk mantera-mantera dan doa yang dilakukan oleh dukun atau yang biasa mereka sebut dengan ''Pemliatan.'' Ritual upacara Belian Sentiu biasa dilakukan oleh masyarakat setempat apabila ada anggita masyarakat yang mengalami sakit jasmani atau rohani untuk disembuhkan. Proses penyembuhannya sendiri dilakukan oleh ''Pameliatn'' yang dianggap sebagai perantara antara dunia realita dengan dunia metafsika serta menyampaikan permintaan dan juga hal-hal yang perlu dilakukan oleh manusia.<ref name=":1">Florus, Paulus. 1994. Kebudayaan Dayak: Aktualisasi dan Transformasi. Jakarta: PT Grasindo</ref>
Sementara itu, kata “Sentiu” yang tersemat dalam nama Belian Sentiu berasla dari kata “''Nyenteyau”'' yang memiliki makna penyelidikan terhadap berbagai macam penyakit yang diderita orang yang sakit tertentu. Mula-mula, ''Pameliatn'' akan menyelediki terlebih dahulu apa penyakit yang sedang diderita oleh masyarakat kemudian menentukan penyebab terjadinya penyakit tersebut. Baru kemudian, ''Pameliatn'' akan melakukan pengobatan. Menyelidik terlebih dahulu sumber penyakit seseorang menurut masyarakat Banuaq menjadi sangat penting karena merupakan ajaran atau tradisi yang diajarkan oleh nenek moyang secara turun temurun.
Sebagai misal, ketika salah seorang di antara mereka mengalami sakit demam panas, maka akan dibuatkan ramuan sesuai petunjuk dari wangsit yang didapatkan melalui upacara Belian Sentiu. Setelahnya, Pameliatn akan pergi ke hutan di sekitar desa untuk mengambil dedaunan dan akar-akaran yang diperintahkan melalui wangsit itu. Sementara itu, bagi mereka yang mengalami sakit akibat gangguan makhluk halus, maka upaya penyembuhan akan dilakukan dengan membuat sesajen lengkap yang telah diperintahkan sebagai upaya meminta maaf kepada makhluk halus pengganggu tersebut. Hal itu menjadi penting karena umumnya, mereka yang diganggu oleh makhluk halus telah melakukan hal-hal yang dilarang adat, seperti menebang pohon yang ada penunggunya, mencemari sungai yang dinilai penting keberadaannya, dan lain sebagainya. Apabila hal itu terjadi, upaya permintaan maaf tidak cukup hanya dilakukan melalui pemberian sesajen, melainkan juga harus mengganti atau membuatkan tempat baru untuk penunggu tersebut.<ref>Adnan, Sugeng. 1995. Ilmu Pengetahuan Sosial Lokal Kalimantan Timur. Samarinda: Taman Budaya Samarinda</ref>
== Asal Usul ''Belian Sentiu'' ==
Ada berbagai macam cerita yang berkembang di kalangan masyarakat Banuaq mengenai asal usul atau sejarah upacara Belian Sentiu. Cerita-cerita tersebut diturunkan oleh nenek moyang atau orang tua mereka melalui tardisi lisan secara turun temurun. Dengan demikian, tidak ada data yang otentik dan pasti mengenai asal mula upacara Belian Sentiu.
Menurut penuturan salah satu tokoh masyarakat Banuaq, upacara Belian Sentiu bermula ketika ada sesorang laki-laki yang memperistri seorang perempuan cantik bernama Lise. Kecantikan sang istri menimbulkan rasa cemburu yang berlebihan kepada suaminya, apabila snag istri sedang berbicara atau berkomunikasi dengan lelaki lain. Hal itu membuat sang suami memutuskan sebuah tekad besar untuk memboyong sang istri ke tengah hutan belantara dan meninggalkan desa tempat mereka tinggal. Baru beberapa saat tinggal di hutan, sang istri ternyata jatuh sakit dan kemudian meninggal dunia. Sang suami merasa panik dan ketakutan. Ia pun membuatkan sebuah peti kayu untuk menyimpan jenazah sang istri. Awalnya, ia berniat membawa jenazah itu ke tengah hutan belantara, sebab membawanya kembali ke desa mereka tentu amat jauh lokasinya. Namun demikian, snag suami khawatir jenazah Istrinya akan dimakan ''Uwokng-Uwokng'' yang merupakan makhluk halus pemakan jenazah. Akhirnya, ia memilih untuk menghanyutkan peti jenazah tersebut ke dalam sungai.<ref name=":1" />
Tanpa menunggu waktu lama, ''Uwokng'' itu kemudian mendatangi rumah laki-laki tersebut dan menanyakan dimanakah keberadaan jenazah istrinya yang baru meninggal tersebut. Untuk melindungi istrinya dari marabahaya, ia mengatakan bahwa ia tidak tahu dimana jenazah itu berada. Akhirnya, ''Uwokng-uwokng'' itu membacakan mantera yang bertujuan untuk menemukan jenazah istri dari laku-laki tersebut. Bunyi mantranya kurang lebih demikian ''owir ngoko ekai, lemeq lungun lise, dooq li turus sungkai.'' Tanpa menunggu beberapa lama, jenazah perempuan itu kemudian diketahui mereka berada di bawah sungai. Mereka menyelami sungai yang ada dan kemudian membawa jenazah Lise ke permukaan. Sebelum menyantap jenazah tersebut, mereka ingin menghidupkan kembali tubuh Lise agar lebih nikmat dan segar ketika akan dimakan. Mereka mengoleskan beberapa obat-obatan dan kemudian jenazah Lise bangkit kembali. Ketika sedang mengambil posisi akan dimakan oleh ''Uwokng-uwokng'', sang suami paham bahwa istrinya sedang dalam kondisi bahaya. Ia pun marah sejadi-jadinya dengan mengucapkan mantar seperti yang diucapkan oleh ''Uwokng-Uwokng.'' Mendengar hali itu, ''Uwokng-Uwokng'' justru lari ketakutan. Semenjak kejadian itu, sang suami memiliki kekuatan untuk mampu mengusir makhluk halus. Ilmu itu kemdian diturunkan kepada anak keturunannya sampai hari ini.<ref name=":0" />
Baris 19:
Dalam tahap persiapan, Belian Sentiu bisanya tidak terlepas dari para pelaku upacara secara langsung seperti adanya pihak penyelnggara atau adanya orang yang sakit dan membutuhkan pertolongan sehingga perlu diadakan upacara Belian Sentiu. Pihak penyelenggara biasanya mencari pengugu ramu sebagai pihak perantara atau penghubung antara pihak penyelenggara dengan ''pemeliatn'' sebagai pemimpin ritual Belian Sentiu. Beberapa pihak yang terlibat dalam Belian Sentiu antara lain adalah ''pemeliatn'', pemain musik, dan ''pengungu ramu'' yang menjadi satu kesatuan kelompok serta saling mendukung satu sama lain. Meskipun masing-masing peran tersebut memiliki posisi dan fungsinya masing-masing, terintegrasinya keseluruhan peran terlihat jelas selama proses persiapan Belian Sentiu.
Sebelum upacara Belian Sentiu yang sesungguhnya dimulai, para pendukung upacara tersebut biasanya akan diminta untuk melakukan ritual kecil terlebih dahulu sebagai bekal agar lebih siap dan tenang dalam menjalankan upacara Belian Sentiu. Waktu persiapan itu sendiri dilakukan beberapa hari sebelum upacara Belian Sentiu yang sesungguhnya berlangsung. Selain itu, para pengisi peran dalam upacara Belian Sentiu juga harus menghindarkan diri dari berbagai sifat jelek seperti marah-marah, berkelahi, dan membawa barang-barang tertentu yang dinilai akan membawa kesialan. Khusus bagi sang pemimpin upacara, yaitu ''Pemeliatn'', diminta untuk meminta petunjuk kepada roh leluhurnya masing-masing agar diberikan kesiapan dan kemampuan dalam menyelesaikan upacara Belian Sentiu. Persiapan semacam itu bukanlah sesuatu yang tanpa makna, mereka menyadari bahwa kemampuan mereka sebagai manusia biasa sangat terbatas, sehingga memerlukan pertolongan dari kekyatan mikrokosmos lain untuk membantunya, yaitu roh leluhur dan arwah makhluk halus.<ref>Florus, Paulus. 1994. Kebudayaan Dayak: Aktualisasi dan Transformasi. Jakarta: PT Grasindo</ref>
Beberapa unsur atau pelaku yang akan dilibatkan dalam Belian Sentiu juga perlu melakukan persiapan. Pihak penyelenggara menjadi unsur yang paling penting karena ia merupakan sebuah keluarga yang anggotanya sedang mengalami sakit sehingga membutuhkan pengobatan secara nonmedis. Keluarga sebagai penyelenggara itu bisa berupa siapa saja, baik rakyat kecil biasa maupun Temenggung yang memiliki kekuasaan, asalkan mereka memiliki biaya yang cukup untuk menggelar upacara Belian Sentiu. Pihak keluarga sebagai penyelenggara biasanya akan dibantu oleh seorang perantara yang disebut dengan istilah Pengugu Ramu yang akan menghubungkan Pemeliatn sebagai pemimpi upacara dengan pihak keluarga sebagai penyelnggara. Pihak lain yang terlibat dalam Belian Sentiu adalah ''Peeliatn'' yang merupakan dukun Belian atau pawing belian yang akan bertindak sebagai pemimpin jalannya upacara Belian Sentiu. Oleh sebab Belian Sentiu berfungsi sebagai upacara untuk penyembuhan orang sakit, segala tahap yang dilakukan harus sesuai dengan arahan Pemeliatn yang sebelumnya telah memperoleh petunjuk dari roh-roh leluhur dan roh halus di sekitarnya. Lebih dari itu, Pemeliatn yang berindak untuk memimpin upacara Belian Sentiu bisa kelompok laki-laki maupun kelompok perempuan. Apabila Pemeliatn berjenis kelamin perempuan, akan disebut sebagai ''Pemeliatn Bawe'', sementara apabila berjenis kelamin laki-laki, akan disebut sebagai ''pemeliatn turaatn''.<ref name=":0" />
Baris 50:
Setelah fase ''nyalolo'' dilakukan, tahapan selanjutnya adalah tahapan penutupan atau ''Tangai''. Tahap tersebut merupakan tahapan penutupan untuk mengakhiri segala rangkaian upacara Belian Sentiu sejak dimulainya dari tahap ''ngawat.'' Pada tahap itu, mantra-mantar yang diucapkan oleh ''pemeliatn'' akan dibacakan dengan nada tertentu yang bertujuan untuk mengembalikan para makhluk halus ke tempat semula dan mengucapkan terimakasih kepada mereka karena telah membantu mengobati orang yang sakit itu. Pada saat itu, seluruh penduduk yang menyaksikan upacara Belian Sentiu akan sangat senang dan puas karena upacara tersebut dapat berjalan lancar dan orang yang sakit itu dapat disembuhkan. ''Pemeliatn'' kemudian berkonsentrasi untuk membacakan mantra penutup dan pemain kelentangan akan memainkan alat musiknya dengan tempo sedang. Mantra yang disebut sebagai ''Bememeng'' itu diucapkan oleh ''Pemeliant'' sebagaimana ajaran dan anjuran dari leluhur mereka. Setelahnya, pemain kelentangan akan memainkan alat musiknya dengan tempo cepat dan volume yang keras menyesuaikan gerakan ''Pemeliatn''. Untuk mengungkapkan rasa bahagia dan kepuasannya terhadap prosesi ritual tersebut, seluruh penduduk biasanya akan memainkan air sisa ritual yang terlebih dahulu telah dibacakan doa dan mantar oleh ''Pemeliatn''. Orang-orang yang akan kena siraman air tersebut di antaranya adalah ''Pemeliatn'', pihak penyelnggara, pemain musik ''Kelentangan'' dan seluruh simpatisan upacara. Hal itu dimaksudkan agar segala pengaruh jahat tidak melindungi tempat mereka yang hadir di sana dan kalau pun ada diharapkan pengaruh-pengaruh jahat itu hilang, lebur, dan sirna bersamaan dengan air yang telah disiramkan. Hal tersebut juga memiliki filosofi tersendiri di mata mereka, yaitu air yang tadi digunakan berasal dari bumi dan tanah, dan sekarang segera berganti dengan pengaruh baik yang membawa keselamatan dan keberkahan bagi orang-orang yang mengikuti rangkaian upcara Belian Sentiu dari awal hingga akhir.
== Referensi ==
[[Kategori:Budaya Indonesia]]
<references />
[[Kategori:Ritual Adat]]
|