Belian sentiu: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
mm |
ss |
||
Baris 25:
== Pelaksanaan ''Belian Sentiu'' ==
Secara garis besar, pelaksanaan proses penyembuhan dalam ritual Belian Sentiu dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu tahap ''ngawat;'' tahap ''badasuq''; tahap ''nyolukng samat.'' Ketiga tahap tersebut diiringi dengan [[musik]] [[Kelentangan]] mulai dari awal ritual dimulai hingga selesai. <ref>___. 1964. Music in Primitive Culture. Cambrigde: Harvard University Press.</ref>Perlu diketahui bahwa ketiga tahapan tersebut tidak perlu dilaksanakan seluruhnya oleh penyelenggara upacara. Apabila di tahap pertama, penyakit anggota keluarga yang ingin disembuhkan sudah pulih, maka tahap kedua dan ketiga tidak perlu dilakukan. Sementara itu, apabila di tahap pertama belum mengalami kesembuhan, maka seluruh tahapan harus dilaksanakan.<ref>http://dispar.kutaikartanegarakab.go.id/berita/tampilan_belian_sentiu_dayak_benuaq</ref>
Pada tahap ''ngawat'' atau tahap pertama, waktu yang diberlukan penyelenggara untuk menggelar upacara Belian Sentiu biasanya adalah delapan hari delapan malam. Hal itu sesuai dengan perkiraan masyarakat [[Suku Dayak Benuaq]] yang amat percaya pada angka genap karena diyakini sebagai angka yang baik untuk menyembuhkan penyakit. Tahap ''ngawat'' dinilai sebagai tahap awal yang merupakan usaha awal dari pemeliatn untuk mengadakan hubungan langsung dengan makhluk-makhluk halus dan roh [[leluhur]] untuk meminta bantuan. Tujuan dari usaha itu adalah untuk memohon petunjuk kepada roh leluhur agar dapat mengetahui penyebab penyakit seseorang sekaligus meminta petunjuk mengenai obat atau ramuan apa yang cocok untuk jenis penyakit tersebut. Dalam tahapan itu, penyelenggara harus memberikan dua buah [[Sesajen]], yaitu ''entaaq'' dan ''encaak''. Keduanya merupakan sesjai yang digunakan untuk mengadakan hubungan dnegan makhluk halus dan roh [[leluhur]].<ref name=":0" />
Baris 31:
Fase lain yang akan dilakukan oleh ''Pemeliatn'' adalah ''Bejajuruq la mo'' yang merupakan fase dimana ''Pemeliatn'' terbang ke atas bersama dengan makhluk halus yang telah datang pada saat pelaksanaan [[upacara]] di tahap awal. Pada saat terbang, ''Pemeliatn'' bersama makhluk halus akan menuju ke ''puncutn jaa jatus'' atau tempat tertinggi penguasa para roh ''leluhur'' dan makhluk halus. Hak itu ditandai dengan berdirinya ''Pemeliant'' di atas jalan menuju alam gaib yang berbentuk [[pohon]] buatan yang dipenuhi oleh kain warna-warni sambil memegang salah satu kain yang menggantung untuk terbang bersama asap kemenyan yang mengebul ke [[udara]].<ref name=":0" />
Pada tahap itu, kelentangan dimainkan dengan tempo sedang, waktu yang cukup lama, tetapi dengan melodi dan pola yang sama. Hal itu dikarenakan perjalanan yang harus ditempuh ''Pemeliatn'' ke alam baik cukup panjang dan harus melewati setiap pintu, dimana pintu-pintu tersebut dijaga oleh beberapa penunggu dan ''Pemeliatn'' harus meminta izin kepada penjaga di setiap pintu tersebut. Setelah dikira cukup, ''Pemeliatn'' akan memberikan instruksi kepada pemain [[Kelentangan]] untuk berhenti memainkan alat musiknya dan menggantikannya dengan ''sulking dewa'' dan ''gimar.'' Melodi yang diciptakan dapat menghasilkan suasana yang berbeda, yaitu sakral dan magis, sehingga dirasa cocok untuk mengiringi mereka terbang kea lam gaib bersama dengan kepulan asap kemenyan.
Setelah sampai di tempat tertinggi makhluk halus tersebut, ''Pemeliatn'' akan membacakan ''bemamang '' yang bertujuan untuk meminta makhluk halus turun bersamanya guna mengobati orang yang sedang [[sakit]]. Setelah seluruhnya berkumpul, makhluk halus itu akan dipersilakan untuk menyantap sesaji yang telah dipersiapkan. Dalam fase itu, tempo musik dimainkan oleh pemain [[Kelentangan]] adalah pelan dan datar, karena pada prinsipnya untuk menjadi pengantar mereka dari alam gaib menuju ke alam [[dunia]].
|