Wanita Angkatan Udara Indonesia: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Jonga16 (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler
Baris 9:
=== Latar belakang pembentukan ===
 
Pasca Proklamasi Kemerdekaan Rl, peran serta kaum wanitra dalam perjuangan bangsa lndonesia tidak dapat diabaikan begitu saja. Berbekal semangat juang tokoh-tokoh wanita lndonesia pada era perjuangan merebut kemerdekaan, maka keberadaan kaum wanita pada masa perang kemerdekaan semakin nyata, mereka tidak tinggal diam melainkan ikut serta berjuang mengusir penjajah dari bumi Indonesia.
Dulu, di awal pembentukannya [[12 Agustus]] [[1963]], [[Wanita]] [[TNI Angkatan Udara]] (Wara) memang merupakan realisasi emansipasi [[wanita]]. Mereka ingin sama seperti pria, termasuk menjadi anggota [[militer]] [[Angkatan Udara]]. Kala itu, para sarjana, sarjana muda serta lulusan B-1 wanita, menembus kebiasaan dengan menjadi anggota [[TNI Angkatan Udara]]. Kepercayaan pertama diberikan kepada mereka adalah yang sesuai naluri dan kodrat kewanitaan, ditugasi bidang [[administrasi]], [[guru]] bahasa, [[dokter]]dan satu dua di bidang [[hukum]].
 
Untuk merealisasikan cita-cita Kartinidan didorong oleh semangat juang dalam mengabdikan dirinya kepada bangsa dan negara. Pada masa perang kemerdekaan, kaum wanita ikut berjuang di beberapa pangkalan AURI, antara lain di yogyakarta dan Bukittinggi. Mereka bertugas di bidang kesehatan, administrasi, penerangan, pelipat payung, PLLU, PHB dan dapur umum. para pejuang wanita inilah yang kemudian menjadi cikal bakal Wanita Angkatan Udara.
Setelah berjalan beberapa tahun, ``tangan-tangan halus`` itu ternyata mampu menunjukan kemampuan yang lebih. Tugas-tugas yang berkaitan dengan [[penerbangan]] mulai dimasuki. Mereka ikut mengatur penerbangan melalui menara pengawas lalu lintas udara (tower). Sejak saat itu Wara terus berkembang, tidak canggung lagi melakukan tugas yang biasanya dilakukan oleh [[tentara]] [[pria]].
 
Bertitik tolak dari kenyataan tersebut dan untuk mewadahi peran serta kaum wanita dalam perjuangan AURI, maka pada tahun 1962, Deputy Menteri/Panglima Angkatan Udara Urusan Administrasi Laksamana Muda Udara Suharnoko Harbani mendapat'tugas dan wewenang dari pimpinan TNI Angkatan Udara untuk membentuk Wanita Angkatan Udara (Wara), yang direalisasikan melalui pembukaan pendidikan Wara Pertama pada tanggal 10 Juni 1963 di Kaliurang yang berlokasi di lereng pegunungan Plawangan, Yogyakarta, dengan kepala sekolah Letnan Kolonel Penerbang Sumitro. Pendidikan diikuti oleh 30 orang wanita lulusan sarjana dan sarjana muda dari berbagai jurusan. Mereka mengikuti Pendidikan Dasar Militer selama tiga bulan di Lanuma Adisutjipto, dan dilantik menjadi Perwira Wanita Angkatan Udara Angkatan Pertama pada tanggal 12 Agustus 1963. Sejalan dengan pembentukan Wara, saat itu diputuskan pula bahwa Wara bukan merupakan korps tersendiri, tetapi diintegrasikan dalam korps yang berlaku di lingkungan TNI Angkatan Udara sama dengan anggota militer lainnya.
Tahun [[1982]], keadaan sudah sangat berbeda. Wara bukan hanya sebagai pengatur penerbangan, tetapi lebih dari itu mereka bahkan menjadi orang yang mendengarkan suara-suara petugas tower dari kokpit pesawat udara, sebagai penerbang. Mulanya dua orang saja yang mengawali pegang kemudi [[pesawat terbang]], Hermuntarsih dan Sulastri Baso. Setelah terbukti kemampuannya, jumlah dua orang itu ditambah lima lagi, Inana, Veronika, Ratih, Sumartini dan endrika. Tugas menerbangkan pesawat militer membuktikan bahwa Wara tidak kalah berani dari militer pria. Diberinya tugas-tugas lain yang lebih menakutkan. Kali ini melompat dari [[pesawat terbang]], sebagai peterjun bebas (free fall). Ternyata prestasi Wara di penerjunan pun menakjubkan. Tim terjun payung Wara yang diberi nama oleh masyarakat sebagai Pink Force, berhasil memecahkan rekor penerjunan beregu maupun perorangan dalam arena [[Pekan Olahraga Nasional]] (PON). Kejuaraan tingkat dunia terjun payung pun pernah diikuti peterjun-peterjun Wara, satu di antaranya adalah Kejuaraan Dunia untuk ketepatan mendarat, di [[Senayan]], [[1991]].
 
Sejak tahun 1975, pendidikan Penrvira Wara dilaksanakan di Pusat Pendidikan Korps Wanita Angkatan Darat (Pusdikowad) Lembang bersama korps wanita TNI lainnya. Seiring dengan perkembangan organisasi, pendidikan Wara berikutnya memberikan kesempatan kepada lulusan SLTA untuk dididik menjadi seorang Bintara Wara. Sejalan dengan perkembangan TNI Angkatan Udara, perjalanan Wara terus berkembang. Pelaksanaan tugas yang memerlukan keahlian khusus tidak lagi merupakan monopoli kaum pria, seperti penerbang, teknisi maupun peterjun, tetapi menyertakan anggota Wara yang berpotensi.
Di cabang olahraga udara terbang layang, mereka pun berkiprah. Dalam [[PON XV]] di [[Jawa Timur]], [[Juni]] tahun [[2000]], penerbang-penerbang layang Wara ikut ambil bagian dan bahkan menjadi juara. Medali-medali [[emas]], [[perak]] dan [[perunggu]] berhasil disumbangkan atlet-atlet Wara melalui cabang terbang layang dalam PON-PON sebelumnya, merupakan bukti bahwa mereka memang patut disegani.
 
Wara boleh berbangga hati, karena tahun 1964 dua anggota Wara tetah dididik untuk menjadi penerbang TNI AU yang pertama, dengan meraih Wing Penerbang Kelas lll, yaitu Letnan Dua Lulu Lugiarti dan Letnan Dua Herdani, mereka juga menjadi penerbang militer pertama di lingkungan korps wanita TNl. Kemudian tahun 1982, TNI Angkatan Udara mencetak kembali penerbang wanita yang berasal dari Bintara Wara yaitu Sertu Hermuntarsih dan Serda Sulastri Baso. Mereka dididik bersama para penerbang pria. Kemudian tahun 1985, kembali mencetak penerbang Wara dari bintara; Serda Veronika Tig, Serda Hendrika, Serda Martini, Serda lnana Musailimah dan Serda Ratih. Setelah 22 tahun berselang, tepatnya pada 2007 TNI Angkatan Udara mencetak dua penerbang Wara atas nama Serda Sekti Ambarwati dan Serda Fariana Dewi. Kedua penerbang yang saat ini berpangkat Kapten Penerbang berdinas di Skadron Udara 2 Lanud Halim dan Skadron Udara 7 Lanud Suryadarma.
Pada tahun [[1977]], Wara mengukir sejarahnya dengan tambahan prestasi. Kalau sebelum ini angkernya petugas Provost [[TNI AU]], penjaga gerbang-gerbang pangkalan udara, hanya didapati [[polisi militer]] yang berkumis, maka kini bisa ditemui Provost [[TNI AU]] yang memakai [[rok]]. Meskipun mereka wanita, namun seragam [[polisi militer]]nya tetap mencerminkan tingkat [[disiplin]] yang tinggi.
 
Tahun 1990, pimpinan TNI Angkatan Udara mulai memberikan kesempatan bagi Wara untuk mengikuti pendidikan olah raga terjun payung, dan terbang layang. Prestasi Wara dalam bidang olah raga semakin meningkat, dan tidak hanya olahraga dirgantara namun olahraga lainnya berhasil mengukir prestasi yang membanggakan. Cabang olahraga yang berhasil meraih beberapa medali emas dan perak adalah; terjun payung, terbang layang, menembak, tinju, bola voli, tenis lapangan dan Yongmudo. Kemudian pada tahun 2013, dilaksanakan rekrutmen wanita-wanita pilihan untuk dididik menjadi taruni sebagai calon-calon pemimpin TNI/TNI Angkatan Udara masa mendatang, mereka dididik di Akademi Angkatan Udara bersama-sama dengan taruna-taruna lainnya, dan pada tanggal 25 Juli 2017 sebanyak 12 taruni dilantik menjadi letnan dua oleh Presiden Rl di lstana Merdeka Jakarta.
Sisi lain kemampuan Wara sebagai [[militer]] [[wanita]], adalah di bidang perbaikan [[pesawat terbang]]. Wanita yang ber[[seragam]] [[biru]] muda dan [[biru]] tua itu memasuki skadron-skadron [[teknik]] untuk melakukan tugas-tugas perbaikan [[pesawat terbang]], di mana sebelumnya hanya dilakukan oleh teknisi pria. Berbaju werkpack dan bergelut dengan [[oli]], memang tidak banyak orang berminat ke sana, tetapi Wara ada di sana.
 
Selama kurun waktu 54 tahun, TNI Angkatan Udara telah memiliki prajurit Wara sebanyak 1710 personel baik perwira maupun bintara. Dengan motto "Kanya Bhakti Sakti Sejati", yang berarti prajurit wanita yang mengabdikan diri kepada bangsa dan negara dengan keahlian dan kemahiran yang dimilikinya, memotivasi Wara agar selalu mengasah diri untuk dapat meraih kesempatan lebih luas lagi. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan bila anggota Wara pernah dipercaya menduduki jabatan strategis seperti Komandan Pangkalan dan dilibatkan dalam operasi untuk mendukung misi perdamaian dunia, bahkan sudah ada yang meraih pangkat Marsekal Pertama sebanyak sebelas personel.
 
Selain itu, penempatan anggota Wara dalam mengisi kebutuhan organisasi TNI Angkatan Udara terus berkembang, meliputi semua bidang, baik di bidang staf operasi, personel, kesehatan, pendidikan maupun logistik, dan pramugari. Demikian pula dalam bidang penugasan lainnya, personel Wara tidak hanya bertugas dijajaran TNI Angkatan Udara, namun juga di instansi Kemhan/Mabes TNl. Disamping itu, beberapa anggota Wara juga pernah menjadi anggota DPR pusat maupun daerah, dan sampai saat ini Wara tetap menjalin kerja sama dengan korps wanita angkatan lain. Sedangkan dalam bidang pendidikan, berbagaijenjang pendidikan, baik dalam lingkungan TNI Angkatan Udara maupun luar negeri, telah diikuti anggota Wara dengan baik. Keberhasilan Wara dalam mengemban tugasnya tidak hanya memberikan sumbangan positif bagi keberhasilan pelaksanaan tugas-tugas TNI Angkatan Udara, akan tetapi juga merupakan salah satu bukti keberhasilan perjuangan kaum wanita lndonesia. Semoga Wanita TNI Angkatan Udara (Wara), tetap menjadi srikandi kebanggaan Angkatan Udara khususnya, bangsa dan negara pada umumnya.
 
=== Teknisi Pesawat Terbang ===