Arsyad Thawil al-Bantani: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
Baris 67:
Banyak alim-ulama [[Nusantara]] yang bersanad (muasal) ilmunya kepada Syekh Arsyad Thawil al-Bantani hingga ke atas. di antaranya seperti Habib Ahmad bin Husein bin Salim bin Djindan dan putranya, [[Salim bin Djindan|Habib Salim bin Djindan]], dan Habib Alawi bin Abdurrahman bin Smith, Dari sanad ini lah juga akan menurunkan [[Muhammad Yasin Al-Fadani|Syekh Muhammad Yasin al-Fadani al-Makki]].
==
=== Di Mekkah ===
Syekh Arsyad Thawil al-Bantani wafat di [[Manado]], [[Sulawesi Utara]], pada malam Senin, 14 Zulhijah 1353 [[Hijriyah]] / [[19 Maret]] [[1935]] [[Masehi]] pada usia 83 tahun. Yang menjadi imam salat jenazahnya yaitu al-Habib Hasan bin Abdur Rahman Maula Khailah al-‘Alawi.▼
Pada tanggal 27 Februari 1879, Arsyad diangkat menjadi seorang "[[Syekh]]" (mengurus orang berhaji yang datang dari [[Indonesia]]), dan karena ada dua Arsyad dari Indonesia, dia dijuluki Arsyad "Thawil" ([[Bahasa Arab]]: jangkung) dan satunya lagi Arsyad "Qasir" ([[Bahasa Arab]]: pendek). Ketika mengurus haji itulah dia sering berkunjung ke kantor Konsulat Belanda di [[Jeddah]] dan berkenalan dengan [[Christiaan Snouck Hurgronje]] yang akhirnya menjadi temannya dalam berdiskusi tentang ajaran [[Islam]].<ref name=:'Banten'>{{citeweb |last=Administrator |first= |url=https://dpk.bantenprov.go.id/read/informasi-perpustakaan/345/Khazanah-Literasi-Riwayat-Hidup-Kiyai-H-Mas-Muchammad-Arsyad-Thawil.html |title=Khazanah Literasi : Riwayat Hidup Kiyai H. Mas Muchammad Arsyad Thawil |date=2016-10-03 |website=Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Banten |archive-url=http://web.archive.org/web/20171222110958/https://dpk.bantenprov.go.id/read/informasi-perpustakaan/345/Khazanah-Literasi-Riwayat-Hidup-Kiyai-H-Mas-Muchammad-Arsyad-Thawil.html |archive-date=2017-12-22 |access-date=2018-01-15 }}</ref>
=== Di tempat pengasingan ===
Setelah kalah dalam [[Geger Cilegon 1888|Perang Cilegon]] tahun 1888, Arsyad ditangkap bersama 100 pejuang lain yang terlibat dalam pertempuran tersebut. Dia dipenjara di [[Serang]], lalu dipindahkan ke [[Batavia]]. Saat dipenjara di Batavia inilah Snouck Hurgronje menemuinya, namun persahabatan antara mereka tidak mengubah statusnya sebagai tahanan. Tak lama setelah dipenjara di Batavia, ia kemudian diasingkan ke [[Manado]], [[Sulawesi Utara]].<ref name=:'Banten' />
Arsyad aktif mengajar masyarakat di tempat pengasingannya, Manado. Ia mengajar di bidang ilmu pengetahuan Islam, di antaranya adalah [[fikih]], [[Ilmu nahwu|nahwu]]-[[Saraf (linguistik)|sharaf]], [[tasawuf]], [[hadis]] dan lain-lain. Tidak kurang ratusan ulama dari Manado, [[Gorontalo]], [[Ambon]], [[Ternate]], [[Kabupaten Poso]], [[Kabupaten Tolitoli]], [[Kabupaten Donggala]], dan daerah lainnya belajar kepada Arsyad. Dia juga dikenal sebagai salah satu penyebar agama Islam ke wilayah [[Kekristenan di Indonesia|mayoritas Kristen di Indonesia]]. Bahkan, dia menikahi anak seorang pendeta yang telah masuk Islam, bernama Magdalena Runtu.<ref name=:'Cilegon' />
▲
== Penghargaan ==
Nama Arsyad Thawil kemudian diabadikan menjadi nama sebuah masjid di [[Komo Luar, Wenang, Manado]] dengan nama Masjid Kiai Haji Arsyad Thawil. Haul atau peringatan hari kematiannya selalu diadakan setiap tahun di masjid ini.<ref name=:'Agustian' />
Pada haul yang ke-79, Dinas Sosial Provinsi Sulawesi Utara akan mengajukan Arsyad Thawil menjadi [[Pahlawan Nasional Indonesia]].<ref name=:'Agustian' />
== Referensi ==
{{reflist}}
|