Sawerigading: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Menghapus Kategori:Kesultanan Luwu; Menambah Kategori:Kedatuan Luwu menggunakan HotCat
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 35:
|accessdate=2 feb 2012 }}</ref>.
 
== Perjalanan ke negeri CinaTiongkok ==
[[Berkas:Galigo.jpg|ka|jmpl| ]]
Berdasarkan pesan Batara Guru, kedua anak kembar itu harus dibesarkan terpisah agar kelak bila mereka menjadi dewasa tidak akan saling jatuh cinta. Namun suratan menentukan yang lain, sebab dirantau Sawerigading mendapat keterangan bahwa ia mempunyai seorang saudara kembar wanita yang sangat cantik, We Tenriabeng namanya. Sejak itu hatinya resah hinggah pada suatu waktu ia berhasil melihatnya dan langsung jatuh cinta serta ingin mengawininya. Maksud itu mendapat tentangan kedua orang tuanya bersama rakyat banyak, karena kawin bersaudara merupakan pantangan yang jika dilanggar akan terjadi bencana terhadap negeri, rakyat dan tumbuh-tumbuhan serta seluruh negeri kebingungan. Melalui suatu dialog yang panjang, berhasil juga We Tenriabeng
membujuk saudaranya untuk berangkat ke negeri CinaTiongkok memenuhi jodohnya di sana, I We Cudai namanya. Wajah dan perawakannya sama
benar dengan We Tenriabeng. Pada waktu Sawerigading berangkat ke [[CinaTiongkok]], We Tenriabeng sendiri naik kelangit dan kawin dengan
tunangannya di sana bernama Remmang ri Langi. Dengan mengatasi hambatan demi hambatan, akhirnya berhasil juga Sawerigading mengawini I We Cudai yang tunangannya, Settiaponga sudah lebih dahulu dikalahkan, dalam suatu pertempuran di tangah laut dalam perjalanan menuju ke CinaTiongkok. Mereka hidup rukun damai dan memperoleh tiga orang anak yaitu : ''[[I La Galigo]]'' , ''I Tenridio'' dan ''Tenribalobo''. Dari seorang selirnya ''I We Cimpau'', Sawerigading memperoleh seorang anak bernama ''We Tenriwaru''.
 
Dalam pada itu La Galigo pun menjadi dewasa, merantau, menyabung, kawin, berperang dan memperoleh anak. Pada suatu ketika
I We Cudai ingin berkunjung ke negeri suaminya, menjumpai mertua yang belum pernah dilihatnya. Sawerigading bimbang mengingat akan
sumpahnya dahulu, ketika hendak bertolak ke CinaTiongkok, bahwa seumur hidupnya tidak akan lagi menginjakkan kaki lagi ditanah Luwu, tetapi
sayang akan isteri, anak dan cucu dibiarkan berlayar sendiri tanpa ditemani, akhirnya iapun ikut serta. Setiba di Luwu, Patotoe
menetapkan akan menghimpun segenap keluarganya di Luwu. Dalam pertemuan keluarga besar itulah ditetapkan bahwa keturunan dewa-
Baris 50:
 
Tidak lama setelah para kaum keluarga pulang ke negerinya masing-masing Sawerigading bersama anak, isteri dan cucunya pulang
ke CinaTiongkok. Di tengah jalan tiba-tiba perahunya meluncur turun ke peretiwi. Di sana ternyata disambut gembira penguasa untuk
menggantikan neneknya sebagai raja peretiwi. Di peretiwi ia masih memperoleh seorang anak yang kemudian kawin dengan anak We Tenriabeng di langit, yang selanjutnya dikirim ke Luwu untuk menjadi raja di sana. Akhirnya tibalah saatnya pintu langit
ditutup sehingga penguasa yang ada di peretiwi tidak lagi leluasa pulang pergi, dengan ketentuan sewaktu-waktu kelak akan dikirim utusan untuk memperbarui darah mereka sebagai penguasa.
Baris 70:
|work =
|issn =
|publisher =Nekara di Selayar dibawa dari CinaTiongkok oleh Sawerigading..
|accessdate=3 feb 2012 }}</ref>, yang selalu dibawa berlayar dan dibunyikan setiap memasuki pelabuhan. Demikian pula kepingin perahu yang terdapat di Bontote’ne dianggap perahu Sawerigading.