Soetomo: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Perbaikan kesalahan pengetikan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
k Sejarah pertemuan soetomo dengan perawat belanda |
||
Baris 17:
'''Dr. Soetomo''' ({{lahirmati|[[Ngepeh, Loceret, Nganjuk]], [[Jawa Timur]]|30|7|1888|[[Kota Surabaya|Surabaya]], [[Jawa Timur]]|30|5|1938}}) adalah tokoh pendiri [[Budi Utomo]], organisasi pergerakan yang pertama di Indonesia.
Pada tahun [[1903]], Soetomo menempuh pendidikan kedokteran di [[School tot Opleiding van Inlandsche Artsen]], [[Batavia]]. Bersama kawan-kawan dari STOVIA
Pada tahun [[1924]], Soetomo mendirikan Indonesian Study Club (dalam bahasa Belanda ''Indonesische Studie Club'' atau ''Kelompok Studi Indonesia'') di Surabaya, pada tahun [[1930]] mendirikan [[Partai Bangsa Indonesia]] dan pada tahun 1935 mendirikan [[Parindra]] (Partai Indonesia Raya).
Wabah pes yang melanda beberapa tempat di Hindia Belanda pada 1917 membuat dr Soetomo harus pontang-panting. Ia datang ke berbagai lokasi untuk melayani penderita pes. Di tengah penanganan wabah itu, Blora menjadi kota paling berkesan bagi Soetomo.
Ia bertemu dengan perawat de Graff, tenaga medis yang didatangkan pemerintah Hindia Belanda membantu para dokter menangani wabah ini. Soetomo menjemput perawat itu di stasiun. Perempuan yang memiliki nama kecil Everdina Broering itu langsung membuatnya jatuh cinta.
Awalnya hubungan Soetomo-Everdina ditentang oleh kerabat mereka. Namun cinta yang terjalin sudah terlanjur erat. Keduanya menikah di Blora sebelum Soetomo ditugaskan ke Batujajar, Palembang.
Pada 1919, Soetomo berangkat ke Belanda bersama Everdina. Soetomo mendapat beasiswa memperdalam ilmu kedokteran di Universitas Amsterdam. Keberadaan Everdina tak menghalangi studi dan aktivitas Soetomo, bahkan rekan-rekannya sesame aktivis pergerakan sangat menanti masakan Everdina saat bertandang ke rumah mereka.
Pada 1923 keduanya pulang ke Surabaya. Soetomo mendapat tugas menjadi dokter di Rumah Sakit Simpang. Selain itu, pada 31 Juli 1923 ia mendapat tugas tambahan di sekolah kedokteran di Surabaya NIAS (Nederlandsche-Indische Artsen School). Sedangkan sore hari ia meluangkan waktu membuka praktek di rumahnya.
Namun udara Surabaya tak cocok untuk Everdina. Ia menderita penyakit asma akut. Rekan-rekan dokter Soetomo menyarankan agar Everdina tinggal di Malang agar menghirup udara segar kawasan pegunungan. Everdina-pun tinggal di Claket, Malang, tiap dua kali dalam sebulan Soetomo menjenguknya.
Pada 13 Februari 1934 pukul 09.10 pagi Everdina Soetomo menghembuskan nafas terakhir. Koran ''Algemeen Handlesblad'' mengumumkan pada 19 Februari 1934 Nyonya Soetomo meninggal dunia akibat penyakit pernafasan. Soetomo melanjutkan hidup tanpa menikah lagi walau tak dikarunia anak.{{Pahlawan Indonesia}}
{{indo-bio-stub}}
|